T w i n s
-
Lelaki itu terus menutupi kedua telinga adiknya, seolah apa yang sedang terjadi akan membuat telinga si gadis mungil itu ternodai.
Terhitung sudah dua jam lamanya mereka berada di ruangan tersebut.
"Adek, jangan buka mata, oke?"
"Hmm!"
Aca bingung, ada apa memangnya? Sedari tadi sang kakak tak henti - henti memerintah agar ia terus menutup kedua matanya. Dan juga, untuk apa kakaknya menutupi kedua telinganya? Memang ada apa di luar?
Aneh sekali.
PRANG!
Keduanya terperanjat, membuat Aksa kembali mengeratkan pelukan di tubuh sang adik.
"Kakak," Panggil Aca, sembari menengadahkan kepalanya, masih dengan mata yang tertutup.
"Hm?" Saut Aksa, harap - harap cemas akan perkataan yang nanti terlontar dari bibir adiknya.
"Aku mau pipis." Sambung Aca.
Fyuh, Aksa tersenyum lega. Melihat sang adik meringis, ia pun segera membawa tubuh kecil itu ke dalam gendongannya.
"Iya, ayo pipis." Ucapnya, kemudian membuka kunci kamarnya ragu - ragu. Bagaimana? Ujung - ujungnya memang akan berakhir sia - sia. Percuma saja sedari tadi ia menutupi kedua mata dan telinga sang adik, jikalau nantinya gadis mungil itu akan melihat segala kekacauan yang terjadi di luar sana.
Tak ada pilihan lain, ia harus keluar dan menyelamatkan Aca dari neraka seperti mereka.
"Adek, dengerin kakak. Nanti kalo udah di luar kamar, tutup mata sama telinga kamu, ya?" Ujar Aksa kembali memerintah, membuat guratan itu kembali muncul di wajah mungil Aca.
"Iya." Jawabnya, memilih untuk mengikuti perintah sang kakak lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is he, My Twin Brother? {Revisi}
Roman pour AdolescentsTidak selamanya, anak kembar itu sama. (+) Aksa & Aca Revisi 🍭