Menangis bukan berarti diri ini lemah, tapi dengan menangis, kita belajar memahami makna senyuman yang sebenarnya..
Karena kebahagiaan tercipta, setelah kita melewati kesedihan yang ada..---...---
Bukan hanya zahra yang sedang bersedih mengingat kenangan dari ayahnya yang hilang, tapi tepat didepan teras rumahnya, rivan pun sedang merenung, ia terdiam seribu bahasa. Ia masih memikirkan perkataan orang yang ia temui dimasjid tadi. Sejak saat itu, tak ada senyum indah menghiasi bibir tipisnya, hanya guratan kecemasan yang nampak diwajah pria tampan itu.
"Van.. kok masih diluar, masuk toh lee..! ndak baik kena angin malam, nanti kamu masuk angin" pinta ibunya yang kini sudah berada disampingnya.
Rivan hanya membalas ucapan ibunya dengan tersenyum ramah, lalu mengangguk.
"Kenapa..?, Apa ada masalah?, kok mukanya kusut banget, kaya baju belum disetrika gitu toh..!" Canda ibunya
"Hehe, ibu ini.. Bisa aja bikin aku ketawa" Sahut rivan mendengar ucapan ibu Rahma, yang sebenarnya bukde rivan
"Sekarang cerita sama ibu ada apa..?" Pintanya dengan begitu lembut pada anaknya itu.
Ya.. Rivan memang keponakan dari Bu Rahma, namun ia sudah menganggap pemuda itu seperti anak kandungnya sendiri. Sejak kecil ia diasuh olehnya, karena kedua orang tua Rivan telah meninggal dunia.
Rivan dibesarkan dengan penuh kasih sayang, meski ia menjadi anak yatim piatu. Namun ia tumbuh menjadi pemuda yang tampan, bertanggungjawab dan sangat menyayangi orang tuanya. Kesabarannya dalam menjalani hidup, ketaatannya dalam menjalankan kewajibannya pada sang pencipta dan kepatuhannya pada kedua orang tua asuhnya, membuat banyak orang terkagum-kagum padanya, termasuk Zahra. Yang kini telah menjatuhkan hatinya pada laki-laki itu.
Rivan menarik napasnya dalam-dalam, dan mengeluarkannya pelan. Batinnya bergejolak, dadanya terasa sesak, ia seakan tak sanggup mengeluarkan satu kata pun untuk menceritakan semua yang terjadi.
"Kamu itu anakku Rivan, jadi jangan sembunyikan apapun dari ibu, karna ibu tau, kamu sedang ada masalah.. Iya kan?!" Tutur Ibu Rahma meyakinkan agar rivan mau menceritakan masalahnya.
Rivan mencoba menatap lekat wajah
Ibu tercintanya, "Boleh rivan bertanya sesuatu Bu..?" tanyanya pelan."Kenapa harus minta izin, tentu boleh, tapi jangan sulit-sulit nanti ibu ngga bisa jawab.." balasnya dengan begitu tenang sembari tersenyum.
"Apa aku memiliki saudara kandung Bu??" tanya rivan tanpa basa basi
Bu Rahma terperangah mendengar pertanyaan yang rivan lontarkan.
"Bu, tadi aku bertemu dengan seseorang dimasjid, beliau teman dekat ayah dulu, dia bilang aku punya seorang Kakak laki-laki, apa itu benar..??" tanyanya lagi memastikan
"Dengar Rivan..!" bu rahma memandang anaknya lekat, terlihat ada guratan kesedihan yang mendalam diwajah wanita itu,"Kamu sudah besar nak, ibu tidak mungkin merahasiakan apapun lagi darimu. Sudah saatnya kamu tau yang sebenarnya" ucap ibunya dengan begitu hati-hati.
"Saat itu.." lanjutnya mengenang masalalu..Flashback on..
(Rahma prov)
Saat itu dihalaman rumah adikku Aisyah, aku bermain bersama Alvaro, kalo tidak salah usianya sekitar 2 tahun lebih. Ia sangat tampan dan ceria. Ia selalu bertanya banyak hal padaku, meski terkadang aku tak mengerti apa yang ia katakan, karena bicaranya masih belum begitu jelas. Rasanya ingin sekali aku memiliki putra seperti Alvaro.
Namun, Allah belum mempercayaiku untuk mempunyai seorang anak. Meskipun begitu, aku tak pernah mengeluh, kehadiran Alvaro membuat hidupku penuh warna. Rasanya aku seperti memiliki seorang anak kandung sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK SENDU
SpirituellesViolina az-zahra, perempuan cantik nan sholihah, tutur katanya yang lembut dan penuh akan kasih sayang, membuat banyak hati pria terpikat padanya, namun zahra tetap berpegang teguh pada prinsip hidupnya " No pacaran ", karena hal itu hanya akan memb...