Cinta yang terungkap

27 1 0
                                    

Senyuman dan tangisan bukanlah tolak ukur sebuah kebahagiaan dan penderitaan.
Karna hidup bukan hanya soal tertawa dan menangis.

___---___


Motor rivan pun sudah masuk kedalam area parkir. Dan kedua remaja itu turun.

"Zahra" panggil rivan lirih

Zahra nampak terkejut. Suara khas rivan, selalu saja membuat zahra gugup. Apalagi saat namanya disebut.

"Soal tadi, jangan tanya kenapa. Karna aku juga nggak tau apa alesannya" jelas rivan

Zahra hanya menunduk malu, hatinya bergetar hebat. Seakan ia ingin melayang setinggi tingginya.

"Mungkin aku sedang cemburu zahra. Aku takut kau akan mencintainya lebih dulu. Dan aku kehilanganmu.." Batin rivan bergemuruh

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya mereka pun pergi menuju kelas. Zahra nampak sedikit canggung saat berjalan bersama rivan, hingga ia putuskan untuk berjalan lebih dulu dan meninggalkan rivan dibelakang.

Dalam raut wajah rivan terlihat sangat jelas bahwa ia sangat menyayangi perempuan yang ada dihadapanya itu. Sorot matanya seakan menyimpan berjuta kasih sayang yang tak sanggup ia ungkapkan.

Andai ada rasa yang lebih dari cinta, mungkin itu yang tengah rivan rasakan. Sebab, begitu dalamnya rasa itu bersemayam dihati rivan, hingga ia sendiri lupa apa yang sebenarnya terjadi dengan hatinya.

Rivan menatap lekat punggung zahra, ada guratan senyum yang mengembang dibibirnya. Kemudian rivan berlari kecil untuk menyamai langkah zahra.

"Jadi aku ditinggal nih" protesnya saat dirinya sudah disamping gadis itu

Zahra sempat menengok beberapa detik kearah rivan, dan menangkap seutas senyum yang diberikan rivan padanya.

"Aku buru-buru, anna pasti udah cemas nunggu aku dikelas" timpal zahra

"Tapi zahra, laki-laki itu kan seorang pemimpin. Jadi, harusnya kamu jalan dibelakangku" ucap rivan tidak mau kalah

"Loh kok gitu, emangnya kamu pemimpinku" eluh zahra

"Bukan, tapi calon" ujar rivan singkat

"Calon apa?"

"Caaalooon... Pemimpin rumah tangga kita berdua, hhehe" jawab rivan seraya melepaskan tawanya

Seketika Zahra menghentikan langkahnya dan memasang wajah heran seraya memandang pria itu.

Sedangkan rivan yang ditatap penuh tanya, langsung membalas menatap mata zahra begitu lekat disertai senyuman yang masih terukir jelas dibibirnya.

Pandangan mereka berdua beradu menjadi satu, cinta itu terasa begitu kuat dan nyata. Hingga bel masuk menghentikan tatapan mereka berdua.

"E e e, bel udah bunyi, aku duluan ya, Assalamu'alaikum" salam zahra dan berlari meninggalkan rivan sendiri

"Kenapa kamu selalu ingin aku kejar zahra?" lirih rivan saat melihat zahra pergi dari hadapannya.

"Tapi jangan khawatir, aku nggak akan lelah buat ngejar kamu zah" lanjutnya meyakinkan dirinya sendiri.

___---___

"Assalamu'alaikum" salam zahra saat memasuki ruang kelasnya

Dan semua siswa menjawab salam itu dengan kompak. Tapi lain lagi dengan anna, ia tidak bicara sekata pun.

Ia berdiri tegap didekat tempat duduknya sambil melipat kedua tangannya. Sorot matanya begitu tajam, bibirnya mulai mengerucut. Anna benar-benar siap menerkam mangsanya kini.

RINTIK SENDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang