sembilan belas

17.1K 1.4K 126
                                    

Pagi-pagi sekali lisa bangun, mandi dan bersiap. Hari adalah hari yg berbeda untuk lisa. Si jangkung itu begitu bersemangat. Ia tak henti-hentinya tersenyum sejak kejadian malam tadi.

Dengan kecepatan 60km/jam lisa mengendarai motor sportnya menuju rumah jennie. Jantungnya terus berdebar tidak karuan. Sampai rumah jennie, lisa mematikan motornya. melepas helm fullfacenya. lalu melihat spion untuk memastikan tidak ada yg aneh dari wajahnya.

Setelah sudah dirasa ganteng, dengan gagahnya lisa berjalan memasuki halaman rumah jennie. Ini pertama kalinya lisa memasuki halaman rumah itu. sebelum-sebelumnya ia hanya mengantar jennie sampai depan pagar, lalu jennie mengusirnya.

Didepan pintu, lisa menarik dalam nafasnya kemudian menghembuskannya perlahan. Tangan kanannya mulai terangkat dan menekan bel rumah yg cukup mewah itu. Lisa nampak gelisah, ia begitu gugup.

Tidak lama kemudian pintu rumah itu terbuka dan memunculkan seorang wanita tidak terlalu tua, tapi juga tidak muda. Apa dia ibunya jennie?

Lisa tersenyum saat wanita itu menatap lisa dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"selamat pagi tante, saya lisa.. pa-" ucapan lisa terhenti disana. Apakah salah kalau lisa memperkenalkan dirinya sebagai pacar jennie? atau sebaiknya tidak? lisa nampak bingung, ia menelan air liurnya.

"kamu siapa? temennya non jennie ya?" ucap wanita itu membuat kedua alis lisa terangkat.

non jennie? kok pake non? ini ibunya jennie bukan sih?

"i-iya tante, jennienya ada?"

"ahahahaa.. gausah dipanggil tante atuh non, saya cuma asisten rumah tangga disini. Panggil bibi aja, bi seulgi" jelas wanita itu sambil mengajukan tangannya.

Lisa mengenggam tangan wanita itu dengan senyum yg terasa canggung. Asisten rumah tangga ternyata. Untung belum sungkeman segala, batin lisa.

"non jennie masih di kamar, non.. siapa tadi?"

"lisa"

"ah iya non lisa, mau masuk dulu? bibi lagi nyiapin sarapan buat non jennie, non lisa sarapan aja sekalian"

"ahh.. gausah repot-repot bi"

"lah si non gimana sih, kalo saya gak repot saya gak digajih atuh non.." ucap bi seulgi sambil memukul lengan lisa, "mangga masuk dulu sarapan sambil nungguin non jennie yg kalo dandan bisa sampe 10 jam"

"ehhehe.. yaudah deh, kebetulan saya juga belum sarapan"

"tuh kan belum sarapan. Bibi mah tau muka-muka orang yg susah cari makan. Mari mari masuk"

Bibi seulgi tertawa lalu berjalan masuk diikuti lisa yg berjalan dibelakangnya sambil geleng-geleng kepala.

Rumah jennie cukup luas dengan furniture yg berkelas. Perpaduan modern klasik. Tapi kalo dibandingin sama rumah bokapnya lisa, rumah jennie mah paling seperempatnya doang.

Beberapa frame foto terpajang disalah satu sudut dinding. Banyak foto jennie semasa kecil disana. lisa senyum-senyum sendiri melihat foto-foto pacarnya dimasa kecil. Lucu.

"non lisa" panggil si bibi seulgi membuat lisa menoleh seketika.

"ngapain disitu, sini.. katanya mau sarapan"

"eh iya bi, ngeliatin foto-fotonya jennie" ucap lisa berjalan menuju meja makan dan duduk disalah satu kursinya.

Bi seulgi nampak sibuk menyajikan nasi goreng yg baru saja ia masak keatas piring lalu meletakkan piring itu diatas meja lisa, ia juga membuatkan segelas susu hangat untuk lisa.

Jenlisa : Cara Seorang Lalisa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang