duapuluh tiga

15.5K 1.3K 37
                                    

"selamat pagi my honey 😘 30 menit lagi aku berangkat jemput kamu. oke? see u baby💕"

Jennie tersenyum membaca pesan dari lisa, selalu begitu setiap pagi. Jennie sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sambil menunggu lisa, ia turun untuk sarapan. Hari ini kedua orang tua jennie ada dirumah, mereka lebih dulu sarapan dimeja makan.

"pagi sayang" kata mama jennie.

"pagi mah" jennie menarik kursi yg bersebrangan dengan ibunya, lalu ia menjatuhkan bokongnya.

Jennie hanya menatap ayahnya sekilas, kemudian bibi seulgi menyiapkan sandwich dan segelas susu dihadapan jennie. Gadis bermata kucing itu menyantap sarapannya.

"kapan kamu mulai ujian?" suara bariton ayah jennie menggema diruang makan.

Tapi kembali hening, jennie tidak berminat untuk menjawab pertanyaan sang ayah. Ia hanya sibuk menyantap sarapannya.

"jennie" kini ibunya yg memanggil dengan lembut.

"pertengahan januari" jawab jennie, dari pada ayahnya mengamuk lebih baik ia menjawab.

"pastikan nilai kamu tetap baik, papah berencana mendaftarkan kamu di universitas ternama di auckland, belajar yg rajin"

Seketika kegiatan makan jennie terhenti. Apa-apaan ini? kenapa ayahnya harus repot-repot mengirim jennie ke new zealand. Jennie bahkan tidak berniat untuk berkuliah diluar negeri.

"aku gak mau kuliah diluar negeri" jawab jennie pelan namun tegas.

"papah punya banyak kenalan di University of Auckland, kamu bisa ambil program bisnis disana"

Setelah beberapa lama tidak ingin menatap wajah ayahnya, akhirnya jennie mengangkat wajahnya, ia menatap tajam mata sang ayah. Ini benar-benar keterlaluan. Bagaimana mungkin ayah jennie bisa jadi overprotective begini. Jennie paling tidak suka jika hidupnya terlalu diatur-atur orang lain, termasuk orang tuanya sendiri.

"aku bukan anak kecil lagi pah. aku berhak nentuin hidup aku sendiri"

"jangan lupa kalau kamu itu putri tunggal dikeluarga ini. Papah sudah kerja keras membangun perusahaan. Kamu cuma perlu nerusin perusahaan papah nanti"

"iya tapi kan gak harus diluar negeri juga kuliahnya pah, aku gak mau. lagian universitas di sini juga banyak yg nyediain program bisnis"

"tapi diluar negeri jauh lebih baik"

"tapi aku gak mau pah"

"kenapa?" tanya ayah jennie yg tatapannya mulai tajam.

Jennie hampir membuka suara, tapi ia kembali menutup mulutnya. Apa yg harus dia katakan sekarang? Didalam otaknya, jennie hanya tidak mau berpisah dari lisa. Tapi bagaimana mungkin jennie bisa menjelaskan semua itu pada ayahnya.

Tidak mungkin jennie jujur, sama saja dia bunuh diri. Mana mungkin ayahnya setuju dengan hubungan gila antara lisa dan dirinya.

"kenapa diam?"

"a-.. pokoknya aku gak mau kuliah diluar negeri, titik" jennie bangkit dari kursinya. Gadis itu mengabaikan orang tuanya begitu saja. Tapi sayang, baru beberapa langkah, ayahnya kembali bersuara.

Jenlisa : Cara Seorang Lalisa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang