Setelah mengantar jennie pulang, siangnya lisa and the gang termasuk juga anak buah mino mendatangi kantor kepolisian lagi untuk melakukan pemeriksaan yg bertele-tele.
Kabarnya mino sudah sadarkan diri dirumah sakit, hanya saja masih dalam keadaan lemah.
Lisa juga sudah tau kalau berita perkelahiannya tersebar kemana-mana. Termasuk berita melemahnya saham perusahaan ayahnya. Sudah 3 bulan ini lisa tidak bertemu ayahnya karena sibuk, tapi selepas dari kantor polisi tadi lisa menyempatkan diri untuk menelpon sang ayah dan meminta maaf atas kelakuannya.
Untungnya mr.marco adalah sosok ayah yg pengertian. Dia tau betul bagaimana lisa yg tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan. Tapi meski begitu, beliau juga menasehati lisa agar mengurangi hoby berkelahinya.
Jam menunjukkan pukul 8.35 malam.
Lisa merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Menatap langit-langit kamar. Pikirannya kembali tertuju pada sosok Jennie kim.
Tangan lisa dengan sendirinya bergerak mengusap tempat tidur yg semalam menjadi tempat beristirahatnya jennie. Kedua sudut bibir lisa tertarik keatas membentuk senyuman khasnya.
drrttt.. drttt..
Dengan malas lisa meraih ponsel yg tergeletak diatas nakas. Tapi saat ia melihat nama panggilan yg tertera di layar ponsel itu, seketika lisa bangun dan terduduk diatas kasur.
"jennie?" gumamnya tidak percaya. lisa mengucek matanya bahkan menampar pipinya sendiri memastikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi. Tapi tulisan di layar ponsel itu bener-benar nama jennie.
"Hallo jen? ini beneran lo nelpon gue?" ucap lisa sambil menggigit kuku jempolnya menahan gugup.
Ini pertama kalinya jennie menelpon lisa. Biasanya dulu lisa lah yg rajin menghubungi jennie, sampai jennie pernah memblokir kontak lisa sangking jengkelnya.
"lo kenapa gak jujur sama gue?" suara jennie terdengar sangat serius. jennie kenapa?
"hah? maksudnya? jujur soal apa?" tanya lisa sambil menautkan alisnya tidak mengerti.
"tadi malam lo kemana?"
Mampus, jadi jennie udah tau berita berantemnya lisa? wajar aja sih, beritanya kan juga udah kemana-mana. Yg jadi masalah, lisa gak ada ngomongin hal ini ke jennie sebelumnya.
"tadi malam gue.." lisa nampak memberi jeda dalam kalimatnya, ia masih bingung mau bilang apa. "..gue nongkrong sama temen-temen gue. kenapa jen?" tanya lisa balik sok tenang kayak gak ada terjadi apa-apa.
"Ngapain aja lo sama temen-temen lo?"
"ya- ya- ngobrol lah, mabar sama anak-anak tongkrongan kayak biasanya"
"Dasar Pembohong!" semprot jennie.
Mata lisa langsung terpejam mendengar jennie bicara begitu. Sesaat kemudian lisa mengusap kasar wajahnya. Lisa tau ia salah telah membohongi jennie. Tapi lisa juga merasa sulit untuk menceritakan yg sebenar-benarnya.
"Lo berantemkan di klub?" tanya jennie dengan suara sedikit lebih tinggi.
Lisa menghembuskan nafasnya pasrah, tidak mungkin lisa berbohong lagi dan lagi. "iya" hanya satu kata itu yg bisa lisa ucapkan dengan suara lemah.
"Lo tau gak, salah satu hal yg bikin gue gak suka sama lo tu apa? ya karena hoby lo tu berantem! Dan kemarin sama siapa lo berantem? kenapa lo bisa berantem sama dia? apa lo ngelakuin itu semua karena gue?"
Lisa menurunkan kakinya kelantai. Ia duduk ditepian ranjang. Tangan kirinya memijat pelan kepala yg terasa nyut-nyutan sekarang.
Hanya deru nafas lisa yg terdengar ditelinga jennie.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa : Cara Seorang Lalisa [Completed]
Novela JuvenilPerjuangan panjang seorang lalisa manoban untuk bisa mendapatkan hati dan cinta jennie kim. Gadis kecil yg pernah ia temui saat kunjungan sekolah dasar delapan tahun silam. Usaha yg tidak mudah karena jennie kim bersi keras mengatakan bahwa dia tida...