Matahari pagi perlahan mulai naik, cahayanya menerobos jendela kamar Naina. Ah, gadis itu rupanya masih tertidur di bawah selimutnya.
Beruntung hari ini orangtuanya pergi ke Surabaya."Ya ampun..." Talita menepuk jidatnya, setelah membuka pintu kamar sahabatnya itu. "Pantas saja di jodohin, kelakuan masih kayak gini aja."
"Lo lihat kan, Van..., Kelakuan Naina masih kayak gini." Rivan menggeleng tidak percaya. Talita menyingkap selimut Naina "Eh, anak onta.. Bangun Lo, mau sampe kapan molor terus."
"Bencong, bangun woi.., janjian jam sembilan, jam sepuluh masih molor Lo." Timpal Rivan, menepuk kaki Naina.
Naina menggeliat, membuka matanya malas "Berisik deh, ganggu kemerdekaan Gua aja."
"Buruan mandi, Kita harus atur strategi perjodohan Lo." Ujar Talita, "Ayo, Van ke bawah. Kita nyari makanan, Gua belom sarapan." Lanjutnya, Rivan mengangguk.
Naina mengerutkan keningnya, rasanya malas melakukan kegiatan hari ini. Di tambah lagi pernikahannya dengan Nino akan di laksanakan minggu depan, membuatnya sedikit frustasi.
Sepeninggal sahabatnya, Naina tidak langsung mandi, Ia menatap langit - langit kamar. Kenangan masa lalu mulai teringat, sungguh indah waktu itu.
Flashback
"Kak Ge, jangan jauh - jauh!" Ucap gadis kecil, usianya sekitar sepuluh tahun. Dia berjalan mensejajarkan langkahnya dengan seorang remaja laki - laki.
"Kamu lama jalannya. Sini Kakak gendong aja ya." Dengan sigap Ge menggendong tubuh Naina kecil.
"Kak Ge jangan tinggalin Nai, ya." Rengek Naina, memeluk erat Ge, seolah tidak ingin melepaskannya.
Karna pelukan Naina kecil yang erat, Ge sampai terbatuk - batuk.Ge menurunkan Naina "Nai mau bunuh Kakak ? Sakit nih kecekik." Keluhnya, setelah Naina melepaskan pelukannya di gendongan Ge. "Lagian Kakak engga mungkin ninggalin Adik secantik Kamu." Lanjutnya, mengelus puncak kepala Naina.
Naina kecil tersenyum, berjalan bergandengan menemui orangtua mereka.
Lamunan Naina buyar seketika, ponselnya berdering.
Naina merengut mendapati nomor tidak di kenal menelponnya 'Siapa nih..?' Batinnya,Satu detik,
Dua detik,
Lima detik,
Sepuluh detik, "Hallo, siapa ?"
"---"
"Mau ngapain ?"
"---"
"Gua engga mau ikut. Bye .." Naina memutus saluran telponnya sepihak, melempar ponsel ke atas kasur king size miliknya.
Hatinya berasa panas, mendapati Wiky yang menelponnya. Sumpah serapah mulai bercengkrama di hatinya.
"Dari pada mikirin Si Wiky, mending mikirin Aluchar." Naina bergidik ngeri, bergegas membersihkan diri.
Di ruang makan Talita dan Rivan sedang asik menikmati roti, dan susu coklat.
"Ta.."
"Hm,"
"Lo yakin rencana Kita berhasil ?" Rivan berhenti mengunyah, menunggu jawaban Talita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Partner (Love)
Teen FictionGimana sih rasanya punya pasangan yang benar-benar miring otaknya ? Menguras otak dan hati, bukan ? ____ Cerpen, Fiksi remaja : Romance #Crazy_Love Sinopsis, "NAINAAAAA . . " Teriak Pak Hendro, sepertinya marah . "Yes, Papaaa . . " Sahut gadis manis...