MCP 6

1.1K 81 0
                                    


H-3 menuju akad,

Naina masih bergelut dengan game favoritnya di ruang tamu, Ia tidak menghiraukan lagi soal pernikahan. Lagi pula mau di tolak seperti apa pun, Naina pada akhirnya akan tetap menikah dengan Nino.

Sandra terlihat sibuk mengatur dekorasi rumahnya, pesta pernikahan Naina memang akan di lakukan di bangunan mewah milik keluarga Hendro. Sebentar lagi Naina akan menjadi seorang Istri, tapi tetap sikapnya seperti anak kecil.

"Hai, Tante.." Sapa Talita yang baru saja sampai, mencium punggung tangan sandra.

"Hallo Sayang, Kamu manis sekali." Sandra mencubit gemas Talita yang tersenyum manis padanya.

"Cih, alay!" Cibir Naina,

Talita dan Sandra tertawa "Iri nih, yee.." kompak meledek Naina.

Sandra mendekatkan diri pada talita seraya berbisik, Talita manggut-manggut dan memberi isyarat 'Okay' dengan jempolnya.

"Ah, itu Dia calon mantu Mama.."

"He is perfect ! Iya kan, Tan ?" Puji Talita, saling lirik dengan Sandra ke arah Naina. Sayangnya Naina tampak biasa saja. Ternyata sulit sekali membuat gadis itu membuka hati.

Naina benar-benar risih dengan tingkah Talita dan Mama tirinya, sedari tadi terus saja memuji lelaki bermuka ganda itu di hadapannya. Padahal Nino kan calon suaminya, tapi Ia malah biasa saja melihatnya Nino.

"Kalian lanjutin aja ngobrolnya, Tante ngatur dekor depan dulu ya.." Sandra meninggalkan ruang tamu, setelah di balas anggukan oleh ketiganya.

Talita mendekatkan duduknya pada Nino, "Kak, Kok Lo mau sih di jodohin sama si combro. Padahal masih mending Aku kemana-mana." Ucap Talita, mencari perhatian Nino.

"Terpaksa." Jawab Nino datar, pandangannya sejak tadi tidak berpaling dari Naina, padahal Naina sibuk dengan game nya.

"Ya sudah, nikah aja Lo berdua..., Gua dukung !" Cetus Naina, nadanya sedikit meninggi. Tak ambil waktu lama, Naina segera menuju teras samping.

Berjalan sambil fokus main game itu tidak baik, bukan ? Lihat saja, sekarang Naina menabrak pintu teras, cukup keras, sampai ia terjatuh.
"Aww.." Ringisnya,

Talita da Nino tertawa terpingkal-pingkal, menghampiri Naina yang menggerutu menyalahkan pintu.

"Hati-hati dong, calon Istri.." Ucap Nino mengulurkan tangannya, "Jangan ceroboh." Naina berdecih, menatap tajam Nino dan Talita yang menahan tawa.

"Engga usah so care!" Naina menepis kasar tangan Nino, "Gua bisa sendiri. Minggir!" Pekiknya kesal, bangkit dan berjalan meninggalkan Nino dan Talita.

Perlu kalian tahu, Naina paling tidak suka terlihat lemah di hadapan siapa pun, termasuk orang tuanya. Ia punya alasan sendiri akan sikapnya yang seperti ini, baginya cinta itu menyakitkan.

**

Sepulang dari cafe miliknya Rivan segera menemui sahabatnya di rumah  Hendro, tapi kali ini ia membawa seorang anak laki-laki berusia sekitar lima tahun.

"Anak siapa tuh?" Tanya Talita, ketika Rivan menghampiri ketiganya.

"Adiknya pacar Gua." Jawab Rivan dengan bangga.

"Bukannya Naina pacar Lo?" Selidik Nino heran. Tempo hari kan Naina mengakui Rivan adalah pacarnya, dan Naina adalah anak tunggal.

"Ups ! Sorry, Nai.." Rivan nyengir, ia lupa sandiwaranya, "Gua keceplosan!".

Naina menghembuskan nafas pelan "Oke!", Kembali melanjutkan game nya.

Talita tertawa geli "Asli.. ngakak!", Nino pun ikut tertawa.
Tapi sepertinya Naina tidak memperdulikan mereka, ia menghampiri Rivan dan anak kecil itu.

My Crazy Partner (Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang