Naina menatap Nino geram, sesekali mendumel dengan pelan. Laki - laki yang menjabat sebagai suami nya ini selalu saja membuat jantungnya berdebar tidak karuan.
Ya, semenjak sampai di kediaman Talita, Nino tak henti mengoceh tentang kejadian konyol malam pertama mereka.
Ada rasa tidak terima ketika Nino tertawa bersama Talita, padahal ia sendiri saat ini tengah asik dengan Rivan bermain game."Eh, Lu yang bener dong mainnya.., kalah nih!" Oceh Rivan dengan nada sedikit kecewa, ia melirik ke arah Naina yang tengah memperhatikan Nino dan Talita.
Rivan Terkekeh geli sambil memegangi perutnya, "Kalo cemburu tuh bilang kali Nai, Lu sih gengsi mulu di gede in." Celetuk Rivan membuat mata Naina membulat dan mencebikkan pipinya.
"Ish Lu tuh, mulutnya... Rewel banget sih!" Naina menjambak rambut Rivan, sampai mengaduh kesakitan.
"Ampun ampun ampun ?" Kata Rivan meringis.
Mendengar teriakkan Rivan, alhasil Talita dan Nino pun menoleh secara bersamaan.
"Uh, tontonan gratis lagi." Ujar Talita santai, lalu ia menyambar makanan ringan yang ada di meja.
"Gak usah heran, Kak! Bini Lu emang kayak gitu, gak tau malu." Lanjut Talita dengan lantang.
Naina yang mendengar itu pun menoleh ke arah Talita, dan menangkap wajah Nino yang menatap datar padanya.
"Apa sih Tali.., Sepupu lu aja nih gila." Ungkap Naina membela diri, ia menggigit bibirnya.
"Ye..., Nyalahin gue. Lempar batu sembunyi tangan lu.. Dasar anak onta!" Cibir Rivan, lalu beranjak menjauhi Naina.
Nino hanya menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia harus ekstra sabar menghadapi Istrinya.
"Sepertinya memang Talita lebih mempesona." Talita tersedak mendengar Nino memujinya.
Pria itu dengan sigap mengambil tissue dan mengelap bibir Talita, membuat gadis itu membeku.' Oh My God ! Jantung Gue...' Talita membatin di tengah degup jantungnya yang kencang.
"Hahaha.., rasain! Kualat Lu nyinyirin Gue terus sih," Pungkas Naina, lalu meninggalkan keduanya dengan acuh.
"Bebi, ayo pulang." Teriak Naina dengan nada sinis.
Mendengar itu Nino menyadari bahwa Naina tengah berada dalam fase cemburu.
Pria itu tersenyum senang, lalu menyeruput kopinya."Okay, Ta. Kayaknya Gue harus bawa Naina balik, bisa perang dunia kalau terus disini." Talita menelan ludahnya, sembari memegang tissue yang di berikan oleh Nino.
"Ta.." Tangan Nino menggoyangkan bahu Talita yang masih mematung, "Are You Okay?" Lanjutnya bertanya.
"Oh, ya.. i am good." jawab Talita kikuk, lalu mengangguk setelah Nino berpamitan.
'Astaga Ta.., otak Lu tolol amat sih!' Batin Talita meradang.
"Engga engga engga, Dia punya sahabat Lu." Talita bermonolog sambil menepuk kedua pipinya. "Sadar Talita.., sadar! Huh,"
Tak jauh dari sana Rivan memperhatikan tingkah Talita, ia mengerutkan dahi lalu mendekati Talita.
"Kenapa Lu?" Tanya Rivan membuat Talita terkejut.
"Enggak."
"Gue kira Lu udah mulai gila, gak jadi deh Gue senengnya." Ejek Rivan sembari mengambil kunci mobilnya di meja, lalu berjalan keluar.
"Ah, rese..!"
"Bodo! Ayo cepet, bolos kuliah bukan berarti bolos jaga cafe." Tukas Rivan dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Partner (Love)
Teen FictionGimana sih rasanya punya pasangan yang benar-benar miring otaknya ? Menguras otak dan hati, bukan ? ____ Cerpen, Fiksi remaja : Romance #Crazy_Love Sinopsis, "NAINAAAAA . . " Teriak Pak Hendro, sepertinya marah . "Yes, Papaaa . . " Sahut gadis manis...