MCP 7

1.1K 80 0
                                    

' Akad..'

***

Naina menatap wajahnya di depan cermin, gaun putih dan bunga lengkap menghiasi tubuhnya. Ada rasa bahagia yang ia tepis saat menyambut hari ini, hari pernikahannya dengan makhluk bernama Nino.

"Bahagia lah, Nak. Papa akan memberi yang terbaik untukmu." Ucap Hendro, mengelus pundak putri semata wayangnya. Naina berbalik dan berhambur di pelukan Ayahnya.

Naina menangis, entah apa yang ia rasakan saat ini. Pernikahan ini memang bukan inginnya. Tapi ia pun tak ingin bermain-main dengan pernikahan, mengikuti pesan Mama tirinya beberapa hari lalu.
Hendro mengecup kening Naina, membawanya ke tempat akad akan di langsungkan.

Nino menatap penuh binar, Naina terlihat sangat menawan dengan make up tipis. Sudut bibirnya tersenyum, menyambut tangan Naina untuk duduk di sampingnya.

"Kamu cantik." Ucap Nino setengah berbisik, Naina mencebikkan bibirnya, terlihat menggemaskan.

"Jangan ganjen." Ketusnya, melirik tajam ke arah Nino yang terkekeh.

Akad pun di mulai, dengan satu kali tarikan nafas, Nino dengan lantang mengucap ijab qabul di depan penghulu dan para saksi pernikahan.

"Bagaimana saksi..." Pak penghulu menengok ke arah saksi, "Sah!" Para saksi mengangguk "Alhamdulillah.." sorak semua tamu yang menyaksikan.

"Yes!!" Teriak Nino merentangkan tangan, memeluk Naina tiba-tiba, membuat terkekeh tamu yang hadir.

"Dasar cowok gila! Lepasin, Gua malu tahu." Bisik Naina kesal, menepuk punggung Nino pelan, tersenyum kikuk melirik tamu yang melihat.

Hendro, Boby dan Sandra malah bersorak kegirangan.

"Hai, Boy. Sudah lepaskan Istrimu! Nanti malam, kan bisa." Kata Boby, tertawa menggoda. "Dasar anak muda," Gumam Boby, menggelengkan kepalanya.

"Manis sekali..., Mama jadi iri." Timpal Sandra menyandarkan kepalanya manja, pada dada Hendro.

"Ingat muda ya, Ma.." balas Hendro, terkekeh, Sandra mencubit pinggang Suaminya.

Nino melepaskan pelukannya, tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi pada Istrinya.
Ya, gelar Suami sudah ia dapatkan sekarang.

"Dasar gila..!" Gerutu Naina, mencebikkan wajahnya.

Setelah menandatangani buku nikah dan menyematkan cincin, tibalah proses pengambilan foto keluarga dan sahabat.

"Oke, sekarang giliran ambil foto pengantin berdua, yaa. Mohon maaf untuk Bapak dan Ibu turun dulu ya..," Pinta sang Fotografer dengan sopan.

"Mas, kasih arahan yang romantis, ya..., Mereka ribut mulu tuh aslinya." Ujar Talita terkekeh, seraya turun bersama Rivan dan keluarga besar pengantin. Sang Fotografer pun mengangguk dengan senyum ramah.

"Ish, dasar kambing. Mulutnya...," Gerutu Naina pelan, sahabatnya memang luar biasa menyebalkan.

Nino menarik pinggang Naina, mendekatkan wajahnya pada sang Istri. Karna arahan sang fotografer, dengan terpaksa Naina menurut, padahal hatinya sudah berdebar tidak karuan. Menatap mata dan senyum Nino adalah hal paling menggoda buatnya, apalagi bibir 'lelaki gila' itu.

"Cium dong!" Bisik Nino, setengah menggigit nakal telinga Naina, memangku tubuh Istrinya di pelaminan. Naina meremang, menatap Nino sambil menggigit bibir bawahnya sendiri, gugup.

Nino terkekeh, tatapan matanya benar-benar membuat Naina terpedaya. Okay ! Naina mulai menikmati sesi foto, sesuai permintaan sang fotografer. Lagi pula, ia tidak ingin di hari pernikahannya terlihat kacau dan jelek.

My Crazy Partner (Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang