"Assalamu'alaikum, tante Andrea..."
Andrea bergegas membukakan pintu, kemudian nampaklah Tsania dengan kaos abu-abunya tengah menenteng tas kecil.
"Wa'alaikumsalam, Tsania. Ada apa pagi-pagi udah ngapel aja, kalo kangen Ivan kan besok masih bisa ketemu di sekolah."
Tsania tersenyum canggung. "Bukan, tan. Ini tadi Bunda masak lebih, terus katanya suruh nganter ke rumah tante."
"Ya ampun, jadi enak nih tante." Andrea nyengir gak jelas, sedangkan Tsania menatap Andrea sambil tersenyum geli. Mungkin batinnya, nih emak-emak wagelaseh banget.
Andrea menepuk keningnya, ia lupa sesuatu. "Haduh, tante lupa kalo lagi rebus air. Tolong kamu bangunin Ivan, yah. Tante mau bikinin susu buat Papanya Ivan. Kamarnya di lantai dua, yang ada gambar sempak superman, maaf ngerepotin." Andrea langsung melenggang ke dapur tanpa mendengar persetujuan Tsania. Dengan terpaksa, Tsania melangkah gontai menuju kamar yang di maksud. Dalam hati, ia ngakak so hard saat mendapati kamar yang di maksud. Gimana gak ngakak? Orang itu beneran gambar sempak yang biasa dipake superman kalo lagi beraksi. Nih pemilik kamar bener-bener anti mainstream banget.
Ia membuka kamar dan mendapati Ivan yang masih bergelung dengan selimutnya. Ia membiarkan pintu terbuka lebar dan masuk untuk membangunkan Ivan.
Tsania mengguncang-guncang bahu Ivan, namun tak membuat Ivan bangun sama sekali. Tsania menarik-narik rambut Ivan, namun hasilnya masih sama.
Emilio yang kebetulan lewat depan kamar Ivan melihat Tsania yang berupaya membangunkan saudaranya yang kebo itu.
"Lu kalo mau bangunin Ivan, anggep aja lagi main bola di lapangan." Ambigu sangad, pusying deh Tsania.
Namun kemudian Tsania paham dengan apa yang di maksud oleh Emilio. Ia merangkak menuju sisi kiri ranjang, ia menatap Ivan yang tidur memunggunginya. Ia menarik nafas perlahan, kemudian...
Bruak,, gedebug,, prang,,
Asw bunyi apaan njer_-Ivan terguling ke samping ranjang dengan selimut yang melilit pada tubuhnya.
"Adaw..." ia meringis dan mengusap pinggangnya yang pasti sangat sakit itu.
"BANGSAD, LU APA-APAAN ANJ- eh Tsania, kamu ngapain ke sini? Kangen, yah?" Ivan masih dengan muka bantalnya itu tengah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Tsania yang merasa Ivan sudah bangun pun melenggang pergi, namun saat di depan pintu, ia menengok ke arah Ivan sambil menatap Ivan jutek. "Di suruh tante Andrea bangunin lu."
Udah? Gitu aja? Ivan cengo. O mai gad, tega sekali gadis itu, untungnya Ivan sayang.
Ivan segera mandi dan turun untuk sarapan.
Gak sekolah? Enggak, hari ini hari libur nasional. Abis libur panjang, masuk sehari dan libur lagi. Nikmat dunia. Pinginnya sih kemarin si Ivan gak mau berangkat sekolah. Harpitnas, katanya.
Harpitnas apaan? Hari kejepit nasional.😂 Hm... tapi berhubung kemarin adalah hari pertama Tsania pindah ke sekolahnya, jadi dia memutuskan untuk masuk sekolah walaupun dengan ogah-ogahan.
Ivan melihat mama, papa dan saudara kembarnya di ruang makan. Mamanya sedang menata makanan, papanya yang memperhatikan mamanya dengan intens dan Emilio yang ngupil. Ewh, gak etis banget ngupil di meja makan.
"Tsania mana, ma?" Ivan celingukan. Baru turun langsung nyari Tsania, bukannya nyapa keluarganya atau apa kek.
"Di kamar mandi, kebelet katanya."
Ivan segera menuju kamar mandi di dekat dapur dan mendapati Tsania yang baru saja keluar dari sana.
"Eh?" Tsania kaget melihat Ivan yang tiba-tiba sudah ada di depannya.
"Ayo makan, buruan." Ivan menarik tangan Tsania.
Tsania terkejut, ia menarik tangannya. Ivan menoleh pada Tsania. "Kenapa?"
Tsania menunduk. "Maaf..."
Ivan mengernyit bingung. "Maaf kenapa?" Ia kembali berjalan mendekati Tsania.
"E-um. Yang kemarin, gua minta maaf. Lu sampe berantakan kemarin, kenapa? Lu... nangis?" Tsania masih menunduk.
Ivan terkekeh. "Gua di sini, yang di bawah itu lantai kalo lu gak tau."
Tsania mendongak kesal. "Gua minta maaf serius juga, ih!"
Ivan ngakak melihat ekspresi Tsania yang menggemaskan itu. "Iya, gua gak papa kok. Gua nangis juga bukan karena lu."
"Bohong..." lirih Tsania.
Dia aja masih pake lu-gua, biasanya juga aku-kamu. Masih marah pasti. Lah? Ngapain juga gua perduli? Gua kan udah minta maaf. Batin Tsania.
Ivan seolah tau apa yang dipikirkan oleh gadis di depannya ini. "Aku gak papa, kok. Udah, ayo makan. Mereka udah nungguin kita buat sarapan bareng nih." Ivan kembali menarik tangan Tsania menuju meja makan untuk makan bersama.
***
Mereka sudah selesai makan, dan kini Tsania tengah membantu Andrea membereskan meja makan.
"Semur tahunya enak banget loh, Tsan. Tiap-tiap hari aja bawain ke sini." Emilio dengan gak tau dirinya ngomong gitu, kemarin aja sinis sama Tsania.
"Hus, Em, kamu ngomong apa sih? Harusnya jangan gitu!" Andrea menepuk bahu Emi pelan.
"Terus, harusnya gimana, ma?" Emilio menatap kilatan antusias di mata mamanya.
"Harusnya ngomong gini, 'semur tahunya enak banget loh, besok nikah aja sama Ivan, biar bisa masak enak terus di sini.' Gitu!"
Tsania terkejut saat mendengar perkataan Andrea. Hatinya tiba-tiba deg-degan karena Ivan menatapnya sambil tersenyum lebar.
Duuuh, tante jangan gitu dong!
"Setuju, biar Ivan gak nempel mulu sama mamanya, mending kalian nikah dan kamu urus si Ivan itu. Kalo perlu, bawa ke kutub selatan sekalian." Rey ikut menimpali.
Ivan semakin berbinar, sedangkan Tsania semakin bersemu.
"Cieeee Tsania blushing. Cieeee." Emilio menggoda Tsania yang sedang salah tingkah.
Ivan mengetahui posisi Tsania yang sedang malu, ia mencoba mengalihkan perhatian. "Udah-udah, Ivan mau keluar dulu. Jalan-jalan sama Tsania." Ia menarik tangan Tsania ke luar rumah.
"CIEEEEE" Emilio dan mamanya kompak sekali, coba saja ada Yash, pasti makin rame. Sayangnya, tuh perjaka tua sedang bisnis ke luar kota.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVAN [Completed]
HumorSquel 'Childish Boy' So, yang belum baca 'Childish Boy' ya silahkan dibaca dulu... Monggo... Ini Savage Twins seri 1, oke? *** Ivan Suhanda dan Emilio suhanda adalah saudara kembar dengan sifat yang sama-sama jahil membuat orang tua mereka sering ke...