9

4.8K 197 0
                                    

"Hei..."

Rey menoleh dan tersenyum ketika Andrea menyapanya.

"...tayo" Andrea terkikik geli melihat ekspresi Rey yang cemberut. Ia berjalan menuju ranjang tempat Rey dirawat, kemudian mengusap rambut suaminya dengan lembut membuat Rey memejamkan matanya menikmati sapuan halus di kepalanya.

"Kapan boleh pulang?" Rey benar-benar sudah gak tahan berada di ruangan berbau aneh itu.

"Nanti juga udah boleh kok. Makanya, jangan panikan jadi orang." Rey menarik tangan Andrea yang mengelus kepalanya dan menggenggam tangan itu dengan lembut. Tatapan mata itu menjadi sendu.

"Segak penting itu aku buat kamu, sampe kamu gak ngangkat telfon dari aku dan ninggalin aku, yah?" Andrea tak lagi terkejut. Memang masa lalu lah yang membuat Rey merasa sedih dan berfikir negatif terhadap Andrea.

"Ngomong apa sih, Al? Aku cuma pergi ke rumah Caca, gak ke mana-mana lagi."

"Tapi kamu gak izin dulu ke aku."

"Kalo aku izin, kamu pasti bakal ikut dan ninggalin kerjaan kamu di kantor."

"Tapi seenggaknya, angkat telfon aku." Rey tetap keras kepala dan tak mau mengalah pada Andrea.

Andrea akhir-akhir ini memang drama queen, ia menatap Rey dengan mata berkaca-kaca. Sebenarnya Andrea hanya pura-pura, ia tau setelah ini pasti Rey akan mengalah.

"Kamu nyalahin aku? Iya, aku salah. Kamu emang selalu benar."

Rey merasa sesak saat melihat istrinya berkaca-kaca. Ia menggeleng keras sambil meneteskan air matanya. "Kamu gak salah, m-maafin aku. Aku,, aku bener-bener minta maaf karena udah nyalahin kamu, maaf, maaf, maaf." Dan pada akhirnya wanita memang selalu benar.

Andrea terkekeh. Benar, kan? Wanita selalu benar, baik dalam hal berdebat maupun prediksi yang tak pernah meleset. Ia mengenal dengan betul sifat Rey, jadi ia bisa menghadapi Rey dengan mudah.

Andrea memeluk Rey dan mengusap punggung kokoh itu. "Ya udah, ayo siap-siap. Kamu udah boleh langsung pulang kok." Kemudian mereka bersiap meninggalkan Rumah Sakit.
































***



































"Happy birth day!" Rey tak kuasa menahan senyum bahagianya dan memeluk istrinya yang merentangkan tangannya lebar. Rey menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan sambil memeluk Andrea. Astatang, dia bahagia sekali. Ada bundanya, papa mertuanya, kedua anak kembarnya, dan... Yash? Hah, bodoamat lah! Yang penting sekarang Rey bahagia banget.

"Tiup lilinnya dulu dong, Rey." Celetuk Athaya saat tau lilinnya akan meleleh.

Ivan mengangguk. "Biar cepet makan-makannya. Ivan udah laper banget nih!"

Emilio menoyor kepala Ivan. "Makan mulu idup lu, noh makan daging anjing dengan sayur kol!"

"Sayur koool! Sayur koool~ makan daging anjing dengan sayur koool." Si kembar malah nyanyi bareng_-

Yash mengernyitkan alisnya. "Lagu apaan tuh?"

Andrea terkekeh. "Makanya jangan kelamaan di luar negeri!"

Yash cemberut. "Terakhir aku disini, masih jamannya tuh yang 'qerja lembur bagai quda'."

"Gitu lah orang Indonesia, nanti Rey tiup lilin pake hidung juga jadi viral kalo divideoin." Celetuk Dave.

Athaya melotot seolah teringat sesuatu. "Ayo tiup lilinnya dulu!"

Rey cengar-cengir gak jelas. "Tiup api, bun." Kemudian ia meniup api yang berada di atas lilin yang berada di atas kue yang berada di atas tangan Ivan. Apaan dah, thor_-

Dan yang bersorak paling gembira adalah Ivan. "Yey! Saatnya makan!" Mereka yang melihatnya hanya memutar bola mata malas.

Merekapun menuju meja makan dan memakan makanan yang sudah Athaya masak ketika Rey dan Andrea masih berada di Rumah Sakit.

Dengan semangatnya, Ivan menyendok pecel dari mangkuk ke piringnya. Andrea memukul punggung tangan Ivan. "Pelan-pelan, kalo belepotan nanti kamu bersihin sendiri pokoknya!" Dan berakhir dengan Ivan yang senantiasa cemberut selama acara makan berlangsung.

Athaya membuka suaranya di tengah keheningan yang melanda. "Kita ada tamu spesial nanti."

Dengan keponya, Emilio bertanya. "Cewek atau cowok, nek? Kalo cewek, cantik gak?"

Saat Athaya hendak menjawab, bel rumahpun berbunyi, alhasil ia melupakan pertanyaan Emi. "Nah! Mungkin itu orangnya." Kemudian Athaya berjalan menuju pintu.

Yash yang duduk di samping kiri Andrea menyenggol pundak kembarannya. "Kangen~" Andrea hanya memandang geli Yash sambil berkata. "Iya, nanti dulu." Yash cemberut dan melengos kesal.

Rey memandang Yash mencemo'oh. Seolah berkata "rasain lu! Emang enak dicuekin Andrea!"

Tak lama kemudian Athaya datang dengan seseorang di belakangnya. "Nah, ayo duduk! Kita makan sama-sama."

Ivan dan Emilio terkejut melihat seseorang yang ada di belakang Athaya. "TSANIA!"


TBC.

Hayo loh, kenapa Tsania ada di situ? Gimana bisa?

FYI: Tsania itu nama temen sebangku Rea. Rea bingung mau kasih nama siapa, jadilah pake nama temen sendiri. Kayak namanya Andrea yang diambil dari nama Rea sendiri, dan nama Caca yang diambil dari temen Rea waktu kelas 8, tapi cuma nama panggilannya aja kok, nama lengkapnya mah Rea ngarang :v

Oke, See ya at next part!

IVAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang