Semua telah selesai, pemakaman papa Ivan sudah selesai, pengajian juga sudah diadakan dua jam yang lalu. Sekarang seluruh keluarga tengah berkumpul di ruang makan untuk memakan hidangan makan malam.
Suasana duka masih sangat terasa. Bagaimana tidak? Sosok kepala keluarga mereka ternyata lebih awal meninggalkan mereka. Siapa yang menyangka jika akan secepat ini? Mama Ivanpun masih nampak tak dapat menerima semuanya, ia masih duduk termenung sambil menatap kosong tanpa menyentuh hidangan makan malam yang tersedia.
Ivan menatap sendu mamanya, kemudian ia merangkulnya. "Ma, mama udah baca suratnya?" Tanyanya lembut.
Ivan rasanya ingin menangis saat melihat kondisi mamanya, begitupun dengan Emilio. Mamanya nampak sangat menyesali semuanya. Mamanya terus menggumamkan kata 'seandainya' yang bagaimanapun juga tidak akan bisa diubah, semuanya telah terjadi.
Mama Ivan menggeleng pelan. Ivan tersenyum lembut. "Mama baca sekarang, yah. Papa 'kan nulis itu biar bisa mama baca. Pasti ada sesuatu yang belum bisa papa ucapkan, makanya papa nulis itu."
Mama Ivan menatap anak-anaknya dengan ragu, ia belum siap. Namun, anak-anaknya nampak menguatkannya, memberikannya dukungan agar tak terus menerus dalam kondisi seperti ini. Kemudian ia mengangguk. Ia mengambil surat yang ia kantongi sejak di Rumah Sakit.
"Kotak biru." Bacanya. Semua orang yang ada di meja makan mengernyit bingung. Hanya itu?
Tak lama kemudian mama Ivan tersadar akan sesuatu. Ia berlari menuju kamarnya dan suaminya. Ivan dan Emilio mengikuti mamanya dari belakang, mereka takut terjadi sesuatu pada mamanya.
Andrea membuka laci di samping ranjang, kemudian ia mendapati kotak biru yang Rey maksud. Itu adalah kotak biru yang dulu merupakan kotak hadiah ulang tahunnya dari Rey saat mereka masih remaja. Nampaknya Rey masih menyimpan kotak itu. Andrea kemudian membukanya dan mendapati surat yang terlipat rapih.
Ia membukanya, kemudian membacanya.
Untuk istriku
Sayang, maaf.
Aku sadar, apa yang aku lakukan pada Yash memang gak bisa ditolelir lagi.
Aku belum sempat menjelaskan ke kamu semuanya, maka aku nulis surat ini buat kamu.
Aku gak sanggup kalo berhadapan langsung sama kamu, aku gak mau lihat sorot kecewa kamu buat aku.
Makanya aku nulis surat ini:)Sebulan sebelum aku dorong Yash dari lantai dua, dokter memvonis jantungku mulai mengalami masalah.
Aku memang udah menyadari gejalanya sejak dulu, tapi aku gak berpikir kalau semuanya akan menjadi separah ini.
Jantungku hampir sama kondisinya seperti jantung ayah dulu, dan pengobatannya cukup beresiko.
Aku gak mau kamu sedih, gak mau kamu kecewa dan ninggalin aku.
Aku tau, aku terlalu berpikir buruk tentang kamu, tapi apa salahnya aku takut?Sebulan setelah divonis, aku memutuskan buat ngasih tau kamu yang sebenernya, tapi aku mendengar sesuatu yang semakin buat aku takut.
Ternyata Yash masih mencintai kamu.
Aku takut, karena aku penyakitan, kamu lebih memilih hidup bersama Yash dan meninggalkan aku sendiri.
Aku kalut, kemudian saat tau Yash sedang berada di caffe, aku memutuskan buat ngomongin masalah ini sama dia. Aku mau minta dia jauhin kamu supaya perasaannya hilang.
Kami memutuskan bicara di atas rooftop caffe.
Tapi semuanya gak berjalan mulus. Kami berdebat, saling tonjok, sampe akhirnya aku dorong dia dari atas caffe. Dan dari sana semua penyesalan aku kembali datang.
Bodohnya aku udah bikin orang tersayang kamu celaka.
Bodohnya lagi, aku bikin hati kamu terluka.Maaf, maaf, maafin aku, walau aku rasa, aku gak pantes dapat maaf dari kamu.
Berbahagialah, sayang. Bahagia, ya :)
Aku sayang kamu, aku cinta kamu, terlalu cinta kamu hingga membutakan aku.
Aku udah bikin kamu kecewa, aku salah.
MaafRabu, 1 Mei 2019.
Aldinya Andrea.
Andrea terisak saat membaca surat itu. Surat itu ditulis dua hari sebelum hari kematian Rey. Ia menyesal, kenapa ia tak mengetahui sakit yang suaminya derita sejak awal? Kenapa ia membiarkan suaminya dihantui rasa takut dan was-was? Seandainya ia tau sejak awal, semuanya gak akan seperti ini. Seandainya, hanya seandainya.
Ivan dan Emilio juga ikut membaca surat itu di belakang mama mereka. Mereka memeluk sang mama yang sudah terisak keras. Tangis itu begitu pilu dan penuh penyesalan."Ma, semuanya akan baik-baik aja. Kita akan mulai lembaran baru, ma. Kita sama-sama lagi, kita harus bahagia walau tanpa papa. Tadi papa juga nulis, mama harus bahagia. Berati mama harus wajib kudu mesti bahagia." Andrea terkekeh mendengar celotehan Emilio. Benar, ia harus bahagia. Setidaknya, ia harus bahagia untuk Rey, Aldinya, suaminya tercinta.
"Semua akan baik-baik aja, tante. Tsania juga ada di sini buat tante." Tsania tiba-tiba muncul dari balik pintu.
Andrea tersenyum senang, kemudian merentangkan tangannya. Mereka berempat berpelukan dengan erat. Dan inilah mereka, para manusia yang akan memulai lembaran baru hidupnya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVAN [Completed]
HumorSquel 'Childish Boy' So, yang belum baca 'Childish Boy' ya silahkan dibaca dulu... Monggo... Ini Savage Twins seri 1, oke? *** Ivan Suhanda dan Emilio suhanda adalah saudara kembar dengan sifat yang sama-sama jahil membuat orang tua mereka sering ke...