10

5.1K 186 4
                                    

Mulmed itu castnya yah...

***

"Aku kangen kamu masa?" Yash menyenderkan kepalanya di bahu Andrea. It's childish time.

"Ah masa?" Andrea benar-benar gemas dengan tingkah Yash yang tak sadar umur itu, jadilah ia menggoda bujang lapuk itu.

Yash berdecak kesal. "Iyaaaaa~"

Andrea memicingkan matanya seolah tak percaya. Yash lagi-lagi berdecak. "Gak percayaan kamu mah."

Andrea terkekeh lagi. Serius deh, wajah Yash kalo cemberut tuh gemesin, jadi pengen banting gitu. "Iya, percaya kok."

Ngomong-ngomong, mereka ini bisa quality time berdua, karena Rey lagi ada kerjaan di kantor yang mengharuskan dia pergi, padahal baru keluar dari Rumah Sakit. Dan Yash teramat bersyukur untuk kesibukan Rey itu.

"Kamu berapa hari di sini?" Andrea bertanya dengan keponya.

Yash dengan ringannya menjawab, "selama-lamanya juga bisa, kalo kamu bolehin"

Dan dengan pasti Andrea menjawab. "Bagus, karena aku gak ngebolehin, jadi besok kamu boleh pergi."

Yash melotot, kemudian Andrea nyengir. "Bercanda..."

"Kalian temu kangen gak ngajak papa, papa udah terlupakan, yah?" Devan datang dan duduk di depan anak-anaknya.

"Eh, papa." Ucap Andrea dan Yash bersamaan.

"Kalian ngapain di sini terus? Yang di luar lagi asyik godain si Ivan, tuh. Gak mau ikutan emang?" Tanya Devan.

Andrea bingung, maksud papanya ini apa?

"Maksudnya?"

"Itu si Ivan lagi PDKT ama Tsania, masa kalian gak tertarik buat ngegoda mereka?"

Andrea terkejut dan kemudian berseru. "Akhirnya anak Andrea dan Reynaldi dapet jodoh!" Kemudian ia pergi meninggalkan Yash dan Devan yang terbengong melihat tingkahnya tadi.

Dan akhirnya Devan menanyakan hal yang sangat sensitif bagi Yash. "Ivan udah PDKT, bentar lagi juga pasti pacaran. Lah, kamu kapan? Udah tua loh kamu tuh, papa pingin gendong cucu yang dari anak bungsu papa ini."

Dengan kesalnya, Yash melenggang pergi tanpa menghiraukan papanya. Ia akan mengobrak-abrik wajah Ivan karena sudah mendahuluinya dalam hal mendapatkan jodoh! Dasar keponakan laknat!



























***

































"Lu gimana bisa ada di sini? Katanya pindah." Emilio menanyakan hal yang sedari tadi ingin Ivan tanyakan.

"Iya, emang pindah, tapi ternyata pindahnya di rumah samping kiri rumah kalian." Dan Ivan merasakan kebahagiaan yang aneh. Aneh? Ya karena dia belum pernah merasa seperti ini. Rasanya tuh kayak, apa ya? Susah jelasinnya, intinya si Ivan senang tiada tara.

"Sekolahnya juga pindah gak?" Tanya Ivan. Kepo mode on.

Tsania mengangguk. "Di SMA Tirta Bening."

Dan dengan hebohnya Ivan bertepuk tangan. "Besok berangkat bareng gua, yah. Gak ada penolakan, karena gua gak nerima segala bentuk penolakan." Kemudian ia menoleh pada Emilio yang memandangnya seperti memandang alien. Si Ivan kerasukan apa yak?

"Dan lu, Emilio, kembaranku tersyentah, besok berangkat pake mobil lu sendiri." Ivan kalo lagi jatuh cinta nyebelin, minta ditikung! Untung Emilio peka, tapi kayaknya enggak sama Tsania yang lagi kedip-kedip polos itu.

"Ngapain? Gak usah. Besok gua bisa naik angkot, gak perlu bareng sama cowok nyebelin kayak lu!" Tsania menatap Ivan dengan sengit, masih sakit hati sama kejadian buah mangga itu.

Ivan menatap Tsania terkejut. "Jangan galak-galak, cantik! Nanti cepet tua, loh."

Tsania makin berang, rasanya pingin nimpuk Ivan pake gergaji mesin. "Lu do'a in gua cepet tua?!"

"Bukan gitu maksud gua, ih, gua kan cuma berjanda."

"Bercanda." Setelah membetulkan ucapan Ivan, Emilio pergi. Tak berniat mengganggu proses PDKT saudaranya itu dengan si ayam betina.

"Bodo, ah." Tsania kemudian menghampiri Athaya berniat pamit undur diri, tapi kedatangan Andrea membuat niatnya itu ia urungkan.

"Eh, mau kemana, Tsan?" Tanya Andrea.

Tsania masih kikuk karena belum akrab dengan Andrea. "Eng- mau pamit, tan. Mau pulang dulu, lupa belum nyuci baju."

Andrea menepuk tangannya sekali. "Wah, ternyata kamu anaknya rajin, yah. Nyuci baju sendiri, gak kayak anak gadis lain yang lebih milih buat bawa baju kotor mereka ke laundry. Menantu idaman banget. Iya kan, Ivan?"

Ivan menoleh pada mamanya yang sangat baik hati itu. Dengan semangatnya, ia menjawab. "Iya dong, ma."

Sayangnya Tsania tidak peka, ia hanya tersenyum segan karena di puji seperti itu.

"Gimana kalo kamu sama Ivan aja?" Pertanyaan frontal itu membuat Ivan terkejut sekaligus senang, mamanya sudah merestui, sedangkan Tsania malah memasang tampang blo'on. Emang mau ngapain sama Ivan? Main gundu?

Hendak bertanya, namun Tsania urungkan saat Rey duduk di samping Andrea dan merangkul pinggang istrinya. "Kamu ngapain disini? Mending ayo ke kamar." Rey menarik pergelangan tangan Andrea dengan lembut dan membawa wanitanya ke kamar utama, meninggalkan Ivan dan Tsania berdua. Entah kemana yang lain, mungkin lagi barbequean di halaman belakang.

Emilio datang tiba-tiba dan melihat mama dan papanya yang berjalan menuju kamar utamapun berteriak heboh. "HAYO, PAPA SAMA MAMA MAU NGAPAIN KE KAMAR BERDUAAN?!"

Dan dengan semangatnya Rey menjawab. "BIKIN ADEK BUAT KAMU SAMA IVAN!" Oh, Rey, bersiaplah untuk tidur di teras nanti malam.

TBC.

Gimanah? Komen kalo ada kesalahan penulisan kata, atau pemborosan kata, atau apa kek, asal jangan "next,,next" aja_-

IVAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang