4

7.8K 294 4
                                    

"EMILIO, KAMU KEMANAIN SEMUA DASI OM?" Tanya Yash sambil berteriak kesal. Ia curiga jika keponakannya yang satu itu mengapa-apakan dasi-dasi mahalnya. Sialnya, dasi itu ia butuhkan untuk menghadiri rapat dengan rekan bisnisnya satu jam lagi.

Emilio yang berada di luar kamar tamu hanya terkikik geli kemudian berlari menuju halaman belakang.

Leo dan Eno? Mereka sudah kembali ke habitatnya untuk mempersiapkan pernikahan Leo yang tinggal menghitung minggu.

Andrea mendengar teriakan Yash karena pintu kamar tamu memang dibiarkan terbuka oleh Yash.

Ia berjalan tergopoh-gopoh ke kamar tamu diikuti Rey di belakangnya yang memasang wajah merengut karena waktu berduaannya bersama sang istri harus terrenggut oleh teriakan sialan Yash itu.

"Kenapa, Yash?" Tanya Andrea setelah berada tepat di samping Yash yang nafasnya sudah tak beraturan karena menahan kekesalannya. Ya kali nahan boker_-

"Dasiku..." hanya dengan mendengar kata yang diucap dengan lirih itu saja Andrea langsung konek dengan apa yang terjadi.

Andrea berdecak kesal kemudian berjalan menuju halaman belakang dimana tadi ia sempat melihat Emilio yang berjalan ke sana.

Rey masih setia mengikuti istrinya itu di ikuti Yash di belakangnya.

Di tengah tangga, Ivan yang melihat mamanya berjalan dengan kesal menuju halaman belakangpun bertanya pada papanya. "Ada apa, pa?"

Rey menjawab tanpa memandang Ivan. "Ada gajah bertelur."

Ivan merengut kesal, ia merasa belum mendapat jawaban yang ia inginkan, kemudian ia bertanya pada Yash yang berjalan di belakang papanya. "Ada apa, om?"

"Ada tai rasa strawberry." Dan lagi-lagi Ivan tak mendapat jawaban yang ia inginkan.

Astaga, jangan bilang entar lagi bakal ada kura-kura terbang. Batinnya yang kemudian memutuskan untuk mengikuti mereka menuju halaman belakang.




***




Emilio tertawa sambil memandang dasi-dasi di hadapannya.

Tak lama kemudian ia merasakan panas pada telinganya yang dijewer oleh Andrea.

"Pinter banget kamu ya, di ajarin siapa kamu hah?" Andrea sangat kesal pada putranya yang satu ini, jailnya gak ketulungan.

"Aduh duh, ma ini bukan kerjaan Emi kok, Ivan tuh!" Tunjuk Emi pada saudara kembaranya yang baru datang bersama dengan papa dan om tercintanya.

Ivan yang di tunjukpun melotot dan menyangkal tak terima. "Dih apaan? Gua baru dateng, Nyet! Ma, Ivan gak tau apa-apa ya..."

Yash memandang dasi-dasi mahalnya dengan miris. Dasi-dasi itu di tali menjadi satu dan dijadikan tali jemuran! Astaga, keponakannya yang satu itu bikin darah tinggi tau gak!

"Emilio, itu dasi-dasi mahal om kamu apain? 45 menit lagi om ada meeting, Ya Tuhan."

Rey yang berada di samping Yash angkat bicara. "Pake dasi gua dulu, ambil aja di kamar." Setelah itu Yash pergi dengan wajah dongkolnya.

Masih dengan tangan yang menjewer telinga Emi, Andrea menyeret putranya itu ke dalam rumah dan mengomelinya habis-habisan.

Emilio mengerucutkan bibirnya, sungguh, tangan mamanya itu sangat mematikan.

Ivan hanya cekikikan tanpa berniat membela saudaranya, salah sendiri tadi nuduh-nuduh.

"Tapi kan-"

"Ngeles mulu kamu ya, udah salah kok gak mau ngaku!" Potong Rey dengan segala kekesalannya. Bukan karena dasi-dasi itu, tapi karena waktunya bersama Andrea harus terenggut untuk mengatasi penyakit jahil stadium empat anak sulungnya itu.

"Udah, ma. Anter aja ke rumah nenek, biar di rawat ama nenek di sana." Kompor Ivan. Pasalnya nenek mereka, Athaya sangat tidak menyukai sifat jahil kedua cucunya. Ia akan menjadi sangat kejam jika salah satu dari mereka melakukan aksi jahilnya yang merugikan orang lain.

Emilio melotot horor. "J-jangan, ma. Mama cantik deh... papa pasti makin cinta."

Andrea menyeringai. "Bagus juga ide kamu, Van. Mama setuju deh, lagian mama juga udah capek sama tingkah kalian itu. Biar kamu sekalian di anter kesana."

Ivan ikut melotot, sedangkan Emilio sudah tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya.

"Jangan ketawa! Udah salah masih bisa ketawa kamu ya!" Rey melotot garang.

Entah kenapa papa mereka berubah menjadi singa jantan yang lupa sikat gigi pake sensoden, sensitif dan nyeremin.

"Besok pagi, mumpung liburan, kita anter mereka ke rumah neneknya. Biar bunda nggak sendirian." Rey hanya mengangguk mengiyakan. Ia tak akan berani menolak istrinya itu, takut di tinggal kan berabe.

Tiga tahun yang lalu, Dave meninggal dunia karena penyakit jantung yang di deritanya. Maka dari itu Athaya tinggal sendirian di rumahnya.

Kenapa gak sama Rey dan Andrea aja? Kata Athaya, dia pingin mengenang kenangan-kenangan manisnya bersama sang suami ketika suaminya masih hidup.

Devan? Setelah pensiun, ia tinggal bersama Yash di Paris. Yash memang tinggal dan menetap disana dengan alasan kantor pusat berada di sana. Dan untuk saat ini, ia sedang mengunjungi kantor cabang yang ada di Indonesia sambil melepas rindunya pada kembaran tercintanya.

Nyatanya, ia belum menikah hingga saat ini karena rasa cintanya pada Andrea masih belum bisa ia hilangkan. Sampai kapanpun, Andrea akan selalu mendapat tempat khusus dihatinya.

Emilio dan Ivan menghela nafasnya pasrah. Tamat sudah riwayat mereka.

TBC.

Dan perlahan semua menjadi lebih jelas.😊

Masih ada yg nunggu kah? Kalo gak, di stop aja kali yak? Soalnya seminggu lagi, Rea ada kemah akbar😂

IVAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang