Rion berlari setelah sampai dirumah sakit tempat Ryan dirawat perkataan bu Nuri terus terngiang dikepalanya.
Rion membelalakan matanya,"A-apa?"
Bu Nuri menghela nafas," benar Rion, penyakit itu sudah diderita selama setahun oleh Ryan, kamu mungkin terkejut sama seperti ibu, tapi inilah kenyataanya, dokter itu bilang bahwa Ryan adalah pasiennya selama setahun ini, Ryan ambruk karena ia tidak meminum obat yang diberikan dokter itu selama dua minggu...
...dokter itu juga bilang Ryan berusaha melawan sakitnya tanpa bantuan obat, maka dari itu puncaknya Ryan tidak sadarkan diri malam itu" jelas bu Nuri.
Rion membeku tanpa mengucapkan sepatah katapun, hatinya serasa matirasa, pantaskah ia disebut sahabat ketika sahabatnya sendiri malah berjuang dengan sakitnya sendirian?
Pantaskah ia disebut sahabat ketika sahabatnya berjuang dengan rasa sakit tapi ia malah tidak tau?
Pantaskah ia? Sahabat macam apa sebenarnya dia?
Rion berlari keruangan tempat dimana Ryan dirawat, ia tidak peduli tatapan menegur dari perawat disana, yang ia pedulikan adalah bertemu dengan Ryan.
Rion berhenti dikamar bertuliskan angka 207, kamar inap Ryan.
Rion membuka pintunya saat pintunya terbuka Rion melihat Ryan sedang menatap luar jendela dengan membelakangi dirinya.
"Ryan...."
Merasa dipanggil Ryan menolehkan kepalanya kebelakang.
Tatapanya menyiratkan keterkejutan tak lama setelah itu senyum kecil terbit dibibir Ryan.
"Kau sudah tau?" Tanya Ryan pandanganya beralih ke luar jendela.
"Maaf, ku fikir aku sahabat yang tidak berguna" Rion menunduk dengan posisi dibelakang Ryan.
Ryan menggeleng,"Tidak, aku tidak pernah berfikir begitu, jika kau sudah berada disini itu artinya kau memang berteman tulus denganku".
"A-apa maksudmu?" Tanya Rion kepalanya mendongak menatap punggung Ryan.
"Nita" satu nama itu berhasil membuat kening Rion mengerut, tapi Rion hanya diam mendengarkan apa yang akan Ryan ucapkan.
"Dia berbohong, aku sudah tau sejak awal jika dia memang berbeda, ada yang janggal dari tatapan yang ia berikan padaku, ia bekerja sama dengan Shin, orang yang pernah membuliku saat masa JHS dulu, dia bekerja sama untuk menghancurkanku, tapi aku tidak akan marah pada mereka" jelas Ryan tanpa mengalihkan tatapannya melihat luar jendela.
"Aku menyayangi Nita, maka dari itu seberapa besarpun ia menyakitiku aku tidak akan marah padanya..
"Aku menyayangi Nita lebih dari aku menyayangi diriku sendiri maka dari itu, satu tahun yang lalu saat aku di vonis mengidap kanker hati stadium awal aku bertekad untuk sembuh, aku ingin Nita melihatku bahwa aku menyayanginya, tapi sepertinya Tuhan tidak mengijinkanku untuk terus bersama Nita dan kau Rion, nyatanya selama setahun lebih aku berusaha sembuh dan ketergantungan obat, aku tidak bisa sembuh, bahkan dokter sudah meyerah kerena memang kankerku terus menyebar seiring dengan berjalannya waktu" Rion yang mendengar itu tidak bisa berbuat apa apa, ia hanya menangis dalam diam, sebesar itukah pengorbanan Ryan?
"Aku menyerah Rion, aku sudah menyerah sekarang, aku lelah, aku ingin bebas dari obat obatan itu, aku ingin menjalani kehidupaku yang normal, walau bisa dibilang hidupku memang tidak pernah normal, aku manusia yang gagal Rion, hidupku tidak ada artinya didunia ini, tapi meskipun begitu aku berterima kasih padamu, kau mau jadi temanku selama ini, terimaksih untuk waktunya yang berharga" lanjut Ryan, Ryan tidak mengubah posisinya tetap menatap luar jendela.
"Ryan... Kau sudah berjuang selama ini, kau pantas bahagia, biarkan aku masuk dihidupmu dan menemanimu, kau harus sembuh Ryan, kau harus sembuh" ucap Rion setelah sekian lama terdiam, ia menghapus air matanya kasar lalu berjalan mendekati Ryan.
"Aku lelah" dua kata itu menyiratkan bahwa Ryan benar benar menyerah dengan keadaan, tapi Rion akan terus berusaha agar Ryan mau sembuh.
"Kalau begitu istirahatlah, aku akan berada disini menemanimu" kata Rion, Ryan mengangguk lalu berbaring dan menutup matanya.
Rion memandang sendu Ryan, ia tidak menyangka beban yang dipikul Ryan begitu berat.
Setelah memastikan Ryan tertidur, Rion berjalan keluar ruangan Ryan.
Rion merogoh saku celananya lalu mengambil handphone dan menekan sesuatu disana, setelah itu kembali memasukannya kedalam kantong celananya.
"Ryan bertahanlah"
To be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt > He Is A Fail?[END]
Teen FictionAku hanyalah seorang manusia yang diperlakukan tidak manusiawi. Seorang lelaki berumur 13 tahun yang begitu pengecut karena tidak mempunyai tujuan hidup. Seseorang yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Sekeras apapun aku mencoba melawan...