Kota New York, salah satu kota metropolitan paling modern di Amerika. Mobilitas tinggi dan masyarakat yang sibuk membuat kota ini tak pernah terlelap. Siang atau malam, tetap ramai dan sibuk.
Jaehyun menyeret kopernya dari gerbang kedatangan luar negeri, ia memperhatikan sekeliling sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan bandara. Jaehyun melirik jam digital yang menempel di dinding berdampingan papan jadwal pesawat. Dan mendapati angka dua dini hari.
Pemuda bersurai cokelat madu itu mendengus. Tubuhnya terasa pegal-pegal dan sepertinya jetlag akan segera menghampirinya, maka cepat-cepat ia mendekati salah satu taksi yang terparkir didepan bandara. Seorang pria paruh baya dengan wajah ramah menyambut nya.
Jaehyun menunjukkan brosur kecil yang sejak tadi di genggamannya, menyebutkan nama hotel yang letaknya tidak seberapa jauh dari bandara. Sang supir taksi itu mengangguk paham lalu tersenyum hangat.
Dan beberapa saat Jaehyun sudah dibawa oleh taksi itu. Dia memejamkan mata sambil menyandar pada jok belakang nya.
🍁🍁🍁
"Untuk malam ini, kau menginap disini saja dulu." Richard menghentikan mobilnya di depan sebuah hotel menengah.
Johnny menatap bangunan di depannya dari balik kaca hitam jendela mobilnya. Ia mengernyit heran. Biasanya manajernya itu akan menyuruh nya menginap di hotel berbintang, atau setidaknya di gedung agensi. Jangan salah, gedung agensinya punya kamar-kamar khusus untuk para artis berisitirahat.
"Ini supaya tidak ada wartawan atau stalker haus info yang membuntuti mu." Richard, seolah mengerti isi kepala aktornya.
Johnny mengangguk paham lalu turun dari sana.
"Aku sudah memesan kamar tadi siang, ini kuncinya." Johnny menerima sodoran kunci dari Richard.
"Aku akan mencarikan mu pakaian ganti, sementara beristirahat lah."
Richard benar-benar pergi setelah nya, menyisakan Johnny yang mulai masuk kedalam hotel. Ini bukan pertama kalinya Johnny harus tinggal di hotel begini, karena skandal yang membuat namanya jadi headline itu, gedung agensi dan gedung apartemen nya di penuhi oleh para wartawan. Bahkan hotel-hotel yang dulu pernah jadi tempat pelarian nya.
Di dalam lift, ia melihat sekilas kunci hotelnya. "143" Lalu menyandarkan punggungnya menunggu lift sampai di lantai tujuannya.
Tak lama, lift berdenting dan Johnny segera menuju kamarnya.
Sayang sekali, Johnny tidak sadar kalau kamarnya masih satu nomor lagi, dan dia juga tidak tahu kalau kunci seluruh kamar hotel itu bentuknya sama persis, sehingga satu kunci bisa dipakai membuka semua pintu.
🍁🍁🍁
Guyuran shower dan sabun hotel beraroma vanilla itu cukup membuat kesegaran Jaehyun kembali. Ia merasa tidak selelah tadi, meski ia tetap akan tidur setelah mandi.
Jaehyun keluar kamar mandi sambil menggosok rambutnya dengan handuk, sedangkan tubuhnya sudah memakai piyama hotel yang tadi ada di dalam kamar mandi.
Meskipun hotel ini bukan penginapan mewah dan mahal, tapi fasilitas nya cukup lengkap, harganya terjangkau dan pelayanan nya juga bagus. Itulah kenapa Jaehyun memilihnya, selain karena letaknya dekat dengan bandara.
Jaehyun bersenandung pelan sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Ia mulai merebahkan tubuhnya lalu berguling ke arah lain, tapi tiba-tiba ia merasa sesuatu yang janggal.
Ia merasa ada hawa hangat di sisi lain ranjang nya. Cepat-cepat ia menoleh, dan seketika berteriak kaget saat melihat ada orang asing di sisi lain kasurnya.
"Siapa kau?!" Teriaknya nyaring, dalam bahasa Inggris dengan logat Korea yang membuatnya terdengar lucu.
Orang itu menggeliat karena merasa terusik, dia bangun lalu menoleh. Dan melotot saat melihat Jaehyun.
"Apa yang kau lakukan disini? Ini kamarku?!" Pria itu -Johnny- , menatap horor Jaehyun yang juga menatapnya terkejut.
"Seharusnya itu pertanyaan ku! Apa yang kau lakukan disini? Jelas-jelas ini kamarku!" Jaehyun meraih kunci kamar yang tergeletak di atas nakas, menunjukkan nya.
"Ini kamarku, lihat nih!" Johnny juga tak mau kalah menunjukkan kunci yang sejak masuk kamar tadi digenggamnya.
Jaehyun mengamati kunci ditangan Johnny, lalu mengamati kunci ditangan nya sendiri. Keningnya mengernyit saat menyadari kalau nomor di kunci-kunci itu hanya beda satu angka.
"Ayo kita buktikan, lihat papan nomor yang menggantung di depan pintu!" Seru Jaehyun akhirnya.
Johnny mendengus tapi ikut bangkit mengikuti Jaehyun ke pintu.
Dan sesaat setelah keduanya sama-sama melihat papan nomor itu, Jaehyun tersenyum penuh kemenangan. "See?" Tanyanya dengan ekspresi meremehkan.
Johnny terdiam. Malu sekali rasanya. Ya ampun, dia salah masuk kamar! Buru-buru dia berjalan keluar dari kamar itu, dan berdiri di ambang pintu.
"Maaf, sepertinya aku kelelahan sampai-"
"Johnny? Ada apa?" Richard yang baru datang dengan sebuah tas jinjing di tangannya memotong kalimat Johnny, lalu menghampiri aktornya itu.
Johnny menggeleng. "Bukan apa-apa, hanya masalah kecil." Ucapnya, sementara Jaehyun hanya diam saja mengamati dua orang itu.
Rasa-rasanya Jaehyun pernah melihat pemuda jangkung bernama Johnny itu, tapi entah dimana. Mungkin nanti saja dia coba mengingat.
"Oh begitu, ya sudah cepat masuk kamarmu." Richard kemudian membawa Johnny masuk.
Tapi sebelum benar-benar masuk kamarnya, Johnny menatap Jaehyun yang masih berdiri di ambang pintu.
"Maaf kan aku soal yang tadi, dan selamat malam!"
Lalu pintu sebelah itu tertutup rapat, Jaehyun menggeleng pelan dan kemudian memilih ikut masuk kedalam kamar nya.
🍁🍁🍁
Jaehyun terbangun karena tubuhnya terasa memanas, terutama pada bagian pergelangan tangannya. Tanda soulmate nya. "Uh, sial apa yang terjadi?" Gumamnya.
Ia mengamati pergelangan tangannya yang memerah karena rasa panas itu. Mencoba mengingat-ingat siapa saja yang ditemui nya hari ini, karena ia pernah dengar kalau tanda soulmate baru menunjukkan reaksi setelah dia bertemu soulmate nya.
Well, fikiran Jaehyun buntu, selama lebih dari sepuluh jam ia berada di pesawat, sejak kemarin. Sedangkan orang yang ditemuinya hanya supir taksi tadi,
Dan juga pemuda yang tadi merecoki kamarnya. Oh, beserta seseorang lagi yang mengikuti pemuda jangkung itu.
Jaehyun tercenung, diantara ketiga orang itu, ada soulmate nya?
Dengan perasaan penuh tanya, Jaehyun bangkit lalu meraih mantel nya yang sejak tadi tergeletak diatas sofa single di sudut ruangan.
Dengan sandal hotel, ia berjalan keluar kamarnya. Entahlah, kakinya sendiri yang membawanya melangkah.
Jaehyun tercenung sesaat begitu dia keluar kamarnya. Tepat di saat yang sama, Johnny juga keluar dari kamarnya dan mereka sama-sama saling tatap di ambang pintu.
Kening Johnny mengernyit, ia menyibak pergelangan tangannya yang memerah. Mengangkat nya di udara, dan mata Jaehyun membulat sesaat melihat tanda itu.
"Des-destiny Line?!" Pekiknya tertahan. Johnny juga sama terkejutnya saat Jaehyun memperlihatkan pergelangan tangannya.
Tanda soulmate mereka sama. Persis. Itu artinya--
Keduanya terdiam lama, tapi tangan mereka bergerak dan berakhir saling menggenggam, membuat tanda soulmate itu bersentuhan. Dan reaksi nya lumayan terasa, seperti dikejut listrik tegangan rendah.
Mereka masih sama-sama terdiam sampai akhirnya, Johnny inisiatif buka suara.
"Hello, soulmate!"
🍁🍁🍁
H
appy birthday, Johnny!
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Weeks: Destiny Line (JOHNJAE FANFICTION)
FanfictionJaehyun memutuskan untuk pergi liburan, setelah memergoki kekasih nya berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri. Mengambil paket liburan selama dua minggu di Amerika, justru membuatnya terlibat dalam hubungan rumit bersama seorang Aktor yang sedang...