Jaehyun menatap lekat-lekat sosok yang terlelap persis di hadapannya. Mereka terbaring miring dengan posisi saling berhadapan. Jendela yang berada tepat di atas kepala ranjang mulai menyusupkan cahaya mentari yang membias di wajah Johnny. Jaehyun lagi-lagi mengulas senyum.
Matanya melirik tangannya yang digenggam erat Johnny dan dipeluk ke dada pria itu, membuat Jaehyun bisa merasakan degupan jantung yang seirama dengan miliknya. Milik soulmate nya.
Senyum masih membekas di wajah Jaehyun, lesung pipinya menjadi tanda jika saat ini kebahagiaan membuncah bukan main didalam rongga dadanya. Setelah sekian tahun, akhirnya ia menemukan soulmate nya. Belahan jiwanya, seseorang yang terlahir untuknya.
Tak hentinya Jaehyun menggumam syukur dalam hati, mensyukuri takdir yang akhirnya mempertemukan mereka dalam garis kehidupan. Jaehyun merasa rongga-rongga yang selama ini kosong, penuh sesak oleh kebahagiaan.
Johnny masih terlelap, saat tangan Jaehyun yang sebelah lagi mengusap rahangnya.
"Hei, ini sudah lewat pukul sembilan, kau masih tak mau bangun?" Jaehyun terkikik saat Johnny justru mengerang dalam tidurnya.
Tapi beberapa detik setelahnya, Johnny membuka mata. Ia tersenyum tampan sebelum mengecup sekilas belah bibir Jaehyun.
"Good morning, mate." Gumamnya dengan suara serak.
Jaehyun tersenyum, "sebenarnya aku masih tak percaya kalau sekarang aku punya soulmate."
Johnny mengerutkan keningnya. "Kenapa? Kau berfikir kalau aku menipumu?" Katanya, terdengar nada tak suka dalam suaranya.
Tapi nada suara Johnny di telinga Jaehyun justru seperti anak-anak yang sedang merajuk.
"Selama ini aku sudah berusaha mencari kemana-mana, aku bahkan sempat berfikir kalau soulmate ku mungkin sudah mati, atau justru tak pernah hidup karena kena aborsi sebelum dilahirkan." Jelas Jaehyun kemudian, menimbulkan decakan dari bibir Johnny.
"Aku malah sempat berfikir kalau kau mungkin hidup lebih jauh dari sekadar benua yang berbeda, aku kira kau hidup di galaksi lain." Tambah Johnny sekenanya.
Jaehyun cemberut sesaat tapi kemudian tawa mereka berderai bersama. Menyadari betapa konyolnya pemikiran mereka. Well, soulmate selalu memiliki banyak kesamaan dan sekarang mereka sudah tahu salah satu persamaan mereka.
Keduanya lalu diam. Hanya saling tatap dengan penuh cinta. Johnny lagi-lagi mendekatkan wajahnya, kali ini mengecup ujung hidung mancung Jaehyun.
"Omong-omong, kita belum berkenalan dengan benar." Jaehyun akhirnya berucap, ia tidak ingin pipinya bersemu karena kecupan-kecupan mendadak Johnny.
Johnny tertawa singkat, mereka sudah seintim ini, tapi mereka bahkan belum saling bertukar nama. Ya, bagaimana lagi, rindu terlanjur menyerang.
"Namaku Jung Jaehyun, aku lahir di hari kasih sayang, dua puluh delapan tahun yang lalu. Aku adalah dokter spesialis bedah jantung di Hankuk National Hospital, aku suka bernyanyi sebagai hobi. Aku alergi kacang polong, dan tidak terlalu suka dengan hewan berbulu. Nomor induk mahasiswa ku 402-14-02-1997, salam kenal, soulmate." Jaehyun berbicara panjang lebar mengenai dirinya.
Johnny terkekeh pelan. "Tidak perlu buru-buru, Jaehyun. Ada banyak hari di kalender untuk kita saling mengenal satu sama lain." Sergah Johnny, mengusap sisi wajah Jaehyun dengan telapak tangannya yang lebar.
Jaehyun menggeleng cepat. "Tidak, kau harus mengingat nya sebagai modal dasar sebelum mengetahui lebih banyak tentang ku."
Johnny mengangguk. "Aku akan mengingat nya dengan baik, Jaehyun." ucapan Johnny membuat Jaehyun menyemat senyum lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Weeks: Destiny Line (JOHNJAE FANFICTION)
FanfictionJaehyun memutuskan untuk pergi liburan, setelah memergoki kekasih nya berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri. Mengambil paket liburan selama dua minggu di Amerika, justru membuatnya terlibat dalam hubungan rumit bersama seorang Aktor yang sedang...