05.

1K 137 18
                                    

"Jimin, ada laporan terbaru lagi?" Tanya Tuan Kim melalui alat komunikasi khusus.

"Belum ada, Tuan. Tapi, target sepertinya sedang menuju ke suatu tempat...." Ujar Jimin.

"Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu." Perintah Tuan Kim.

"Siap, Tuan!" Jimin kembali berlindung di balik bayangan. Sedetikpun matanya tidak lepas menatap kedua target di depannya.

***

"Mau kemana kita?" tanyaku saat Taehyung menarik tanganku dengan buru-buru.

"Diam dan ikuti saja!" Aku tidak bertanya lebih jauh dan diam mengikuti langkahnya.

Sepulang sekolah tadi, ia melemparkan selembar kertas padaku dan bilang agar menemuinya di gerbang belakang. Disana ia menungguku sendirian, tanpa mobil kebangaannya atau transportasi mewah lainnya.

"Kita sampai." Ujarnya sambil melepaskan tanganku.

Aku menatap gedung di hadapan kami. Sebuah toko perhiasan. Besar, mewah, dan penuh permata di dalamnya. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan menguceknya karena tidak percaya dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri.

"Hei! Kau ingin masuk atau tetap berdiri disana?" Tanya Taehyung sambil mendorong pintu toko. Aku tidak menyadari kepergiannya karena sibuk terpukau.

"Ah, ya aku ikut!" Aku berlari menyusulnya dan kami memasuki toko perhiasan yang besar itu.

Di dalamnya lebih berkilau dan seluruh ruangan dipenuhi dengan perhiasan mengkilap yang membuat mataku berputar karena kilaunya. Sebenarnya, ini adalah pertama kalinya aku memasuki toko perhiasan seperti ini. Selama belasan tahun hidupku, aku tidak pernah memakai perhiasan pada bagian tubuhku.

"Hana, carikan cincin dengan kualitas terbaik. Terserah apapun itu, ah, kalau bisa berlian." Taehyung memberi perintah pada salah satu karyawan wanita disana.

"Baik, Tuan Taehyung." Wanita itu membungkuk hormat dan pergi dari ruangan itu.

"Tunggu dulu... dia baru saja memanggilmu Tuan?!" Tanyaku tidak percaya.

"Ya, benar? Hampir semua toko perhiasan dan pakaian di daerah ini adalah milik Ayahku. Beberapa toko aku yang memegangnya, salah satunya toko perhiasan ini." Taehyung mengambil kursi terdekat dan Pelayan lainnya datang untuk memberinya minuman serta makanan manis.

"Ah, aku bisa sendiri. Terima kasih." Aku menolak bantuan dari Pelayan yang lainnya dan mengambil kursi yang berada di seberang Taehyung.

"Kau... benar-benar orang kaya?" Aku mengambil teh panas yang ada di hadapanku.

"Bagaiamana menurutmu?" tanyanya sambil memakan Kue Stroberi miliknya.

"Apanya?" Aku menatapnya dari balik cangkir teh.

Dia menaikkan sebelah alisnya, "Aku. Aku ini bagaimana menurutmu?" tanyanya. Aku tersedak teh panas dan para Pelayan mendatangiku sambil membawakan sapu tangan dan air putih.

Aku mengambil sapu tangannya, "Hah? Ditanya bagaimana... Kau hanya seorang anak dari pengusaha, sombong, semena-mena, sok memerintah dan selebihnya tidak ada yang spesial." Ujarku dengan maksud membuatnya kesal atau lebih tepatnya agar ia sadar diri.

Tapi, ia tertawa dan itu pertama kalinya aku melihat senyumnya. "Begitukah? Dan sekarang kau akan menikahi pria dihadapanmu ini. Mendebarkan, bukan?" Ia tersenyum padaku. Apa ini... kenapa ia terlihat menawan dan sangat tampan.

Aku tidak bisa membalas kata-katanya. Aku diam dan mengalihkan pandanganku pada perhiasan yang ada di sebelahku. Ia mengikuti arah pandanganku.

"Kau menyukainya?" tanyanya sambil mendekat.

Stone Head (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang