14.

903 123 5
                                    

*Dibaca baik-baik yaw, chapter kali ini (sedikit?) penting, so jangan di skip.. hhe😙

***

Aku pulang lebih sore dari yang ku bayangkan. Alasan pertama karena aku ingin memperbaiki suasana hati dan alasan kedua karena aku ingin menghilangkan bekas sembab di kedua mataku.

Tiba di rumah, tidak ada seorangpun yang menyambutku. Jimin pergi melaksanakan tugas, sedangkan si brengsek Kim itu aku tidak tahu berada dimana dan aku tidak peduli.

Aku mengganti pakaianku, lalu turun menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa  dimakan. Telur, tomat, daun bawang.. baiklah, aku akan membuat telur dadar.

"Sowon?" suara berat Taehyung terdengar. Aku tidak menyahut dan terus memasak.

"Tidak biasanya kau pulang lebih sore." Ujarnya sambil mengambil minuman dari dispenser. Aku masih mengabaikannya, tidak ada alasan bagiku untuk bicara dengannya.

"Hei, aku bicara dengan--ada apa?!" Ia segera menghampiriku.

Aku mendesis pelan karena punggung tanganku baru saja menyentuh sisi pinggir teflon panas. Ini benar-benar nyeri hingga aku tidak bisa berpikir jernih dan terus memegangi tanganku.

Taehyung mendekat dan dengan cepat mengambil tanganku, kemudian ia menyalakan keran di wastafel dan menaruh tanganku.

"Aw!" Aku mencoba untuk menarik tanganku, tetapi genggamannya terlalu kuat.

Setelah itu ia segera menarikku menuju kamar mandi dan mengolesi punggung tanganku dengan pasta gigi. Ia melakukannya sambil menghembuskan nafas panjang. Wajahnya keras seperti batu, tetapi gerakannya yang ceroboh dan beberapa kali menjatuhkan barang membuatku sangat yakin ia panik sekali.

"..bau apa ini?" tanyanya. Aku ikut mengerutkan alisku.

"Astaga! Telurnya! Aku menggoreng telur!" Ujarku ingin bangkit, tetapi Taehyung lebih dulu bangkit dan segera mematikan kompor. Aku menyusul setelahnya.

"Ah.. telur dadarku.." Aku menatap telur gorengku yang setengah gosong, rasanya air mataku ingin jatuh saja.

Taehyung mendekat ke arahku dan menepuk punggungku. "Ayo kita makan di luar," ujarnya. Aku menoleh tidak percaya padanya.

"Aku yang akan menyetir, Leo memiliki tugas penting dan hanya ada kita berdua di rumah sekarang. Cepat ganti bajumu dan segera temui aku 30 menit lagi." Ujarnya, kemudian pergi begitu saja menuju kamarnya.

Setelah 30 menit berlalu, aku kembali turun. Aku hanya menggunakan sebuah kaos putih polos dengan kardigan coklat oversize di luarnya dan sebuah celana jeans berukuran gantung. Aku juga membawa tas tenteng berwarna hitam yang berisi ponsel, dompet, dan hal lainnya.

Di bawah, ku lihat Taehyung menggunakan jaket jeans dengan lapisan kaos putih polos juga di dalamnya dan celana kain berwarna hitam.

"Ku pikir kau akan keluar menggunakan gaun atau semacamnya." Ujarnya saat melihatku menuruni tangga. Aku hanya mendengus mendengarnya.

"Cepatlah. Aku lapar!" Ujarku berniat meninggalkannya, tetapi ia menarik lenganku dan tanpa peringatan apa-apa ia menautkan jari-jarinya di sela-sela jariku.

"APA YANG--" Ia menaruh jari telunjuknya tepat di bibirku.

"Diam atau kau ingin makan makanan gosong?" Ujarnya sambil menatapku. Aku menjauhkan jarinya dan mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya, tetapi mustahil.

Kami berjalan menuju garasi dengan tangan saling menggenggam. Ini pertama kalinya bagiku dan rasanya sedikit aneh dan.. mengganggu karena sangat sulit untuk berjalan.

Stone Head (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang