10.

1.1K 126 7
                                    

"Leo, bagaimana dengan perisapannya?" Taehyung berbicara dengan Leo melalui ponselnya.

"Ya, sebentar lagi pekerjaan ku selesai. Ya, baiklah." Taehyung menutup teleponnya.

"Bagaimana denganmu?" tanyanya padaku.

Aku menoleh sebentar ke arahnya dan kembali fokus dengan beberapa berkas yang berada di hadapanku. "Ya, tinggal menyusunnya dan semuanya selesai." Ujarku sambil memilah tumpukan kertas itu.

"Bagus. Sebaiknya kita tidak usah terburu-buru." Ujarnya sambil menyenderkan tubuhnya di kursi hitam mahal miliknya.

"Kenapa?" tanyaku sambil menyerahkan berkas yang ku pegang padanya.

"..Bukan apa-apa, aku hanya ingin istirahat sebentar." Ia mengambil berkas itu dan menaruhnya di dalam laci meja kerjanya.

Yah, memang wajahnya terlihat kelelahan, belakangan ini kami mempersiapkan ujian kenaikan kelas, di waktu senggang bekerja, dan Taehyung mengalami cedera di kedua jari kanannya. Aku sudah menyuruhnya untuk tidak memaksakan diri, tetapi karena sifat keras kepalanya, ia tetap melakukan pekerjaannya.

"Aku akan bilang pada Leo kalau kau--"

"Sstt.. aku baik-baik saja. Kau yang sebaiknya tidak terlalu memaksakan diri." Ia berdiri dari posisinya dan menaruh jari telunjuknya tepat di depan bibirku.

Aku menyingkirkan tangannya dengan kesal. "Jangan bersikap sok gentleman padaku. Kau tetaplah kau, tidak ada salahnya kau menuruti perkataanku meski hanya sekali." Aku lupa kalau jarinya terluka dan ia mengaduh kesakitan.

"Oh! Maafkan aku!" Aku langsung menyentuh jarinya dan ia hanya menatapku dengan kesal.

Setelah merapikan ruang kerja, kami pulang untuk membersihkan diri dan bersiap untuk menghadiri acara keluarga antar kedua keluarga paling berpengaruh di Kota.

***

"Taehyung, benarkah ini di dalam rumah?" Bisikku sambil menarik lengan baju Taehyung.

"Apa? Bukannya ini hal yang biasa?" Ujarnya santai.

"Tidak, tidak! Ini luar biasa! Bagaimana bisa sebuah rumah memiliki aula sebesar ini?!" Aku menahan suaraku agar tidak berteriak.

Taehyung menghembuskan nafasnya, "Sudahlah, saat kita menikah nanti, akan ku belikan kau rumah yang lebih besar di bandingkan ini. Jadi, diam dan ikuti aku sekarang." Taehyung merangkul pinggulku dan menyeretku pergi bersamanya.

"Singkirkan tanganmu!" Aku memukul tangannya, ia semakin mendekatkan tubuhku dengan tubuhnya.

"Diam atau aku akan memakai cara paksa." Ujarnya tanpa menoleh ke arah ku. Aku mengikuti perintahnya, aku tahu apa yang di pikirkannya.

Kami menuju ruang makan yang letaknya cukup jauh dari Aula depan. Aku hanya mengikuti arahan Taehyung karena memang ini pertama kalinya aku berada disini. Lokasinya sendiri berada di kediaman Keluarga Bae atau lebih tepatnya, rumah Kak Irene.

Aku tidak terlalu mengenalnya, sama sekali tidak mengenalnya, tetapi karena sudah terlanjur menerima Surat Undangan itu, akhirnya aku dan Taehyung menghadirinya. Tujuan dari Undangan itu sendiri aku tidak tahu karena begitu tiba-tiba. Isinya sendiri tidak menjelaskan maksud dari Pertemuan ini, hanya mengatakan makan malam bersama.

Ketika kami tiba, pintu besar di hadapan kami terbuka dengan sendirinya dan menampilkan berbagai macam orang-orang kaya dengan penampilan khas mereka. Gaun, Kemeja, Pelayan, bahkan musik Orkestra.

Stone Head (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang