23.

494 54 26
                                    

Beberapa hari sudah berlalu semenjak hari itu, Taehyung bersikap seperti biasanya. Ya, keras kepala, batu, semena-mena, egois, dan berisik. Tetapi ada satu hal yang belakangan ini berubah, entah menurutku sendiri atau memang seperti itu, rasanya kami.. jadi semakin dekat.

Semakin dekat yang kumaksud salah satunya adalah ia terkadang membantuku memasak, merapikan rumah dan sesekali memintaku untuk menemaninya tidur. Ahh, aku mengatakannya, memalukan sekali.

Ehem, jadi intinya meski kita tetap berisik seperti biasa, tapi juga ada perubahan positifnya. Dan ku akui, aku lebih bahagia dari sebelum-sebelumnya.

"Mau kemana dengan pakaian rapi begitu?" tanya Taehyung begitu melihatku turun dari lantai atas.

"Hm? Aku ingin menemui teman-teman ku," ujarku santai.

Ia melihatku dari atas kepala hingga ujung kaki, kemudian berdiri dan menghampiri ku. "Ganti celanamu karna itu terlalu pendek, jangan pakai kaos putih, kalau keringatan bisa terlihat dan tidak usah pakai make-up, itu hanya membuat orang-orang memperhatikan mu," ujarnya rewel seperti ibu-ibu.

Aku berpikir, sejak kapan ia peduli dengan penampilanku? Aku baru kali ini mendengarnya mengomentari cara berpakaianku dan itu membuatku sedikit.. senang. Dan aku jadi ingin menggodanya.

"Kenapa kau tiba-tiba peduli cara berpakaian ku? Aku hanya menemui Yerin dan Jisoo di cafe dekat rumah kita, aku tidak akan lama," ujarku dengan nada sedikit protes.

Taehyung mendecakkan lidahnya. "Apa? Jadi kau sengaja ingin menampilkan kulitmu pada pria lain juga? Baiklah, lakukan sesukamu karna aku tidak tahu akan membalasnya seperti apa nanti," ujar Taehyung finish sambil meninggalkanku yang masih berdiri di ambang tangga. Ia kembali duduk di atas sofa dan memainkan ponselnya dengan wajah cemberut.

Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraanku, meski khawatir juga karena ia mengancam ku seperti itu. "Baik-baik, tuan muda sedang marah, saya akan menuruti perkataan tuan muda," ujarku dan segera kembali ke kamarku untuk mengganti pakaian dengan celana kain panjang berwarna khaki dan sweater hitam dilapisi dengan baju tipis di dalamnya.

Aku buru-buru turun karena hampir mendekati waktu yang dijanjikan. "Taehyung, aku pergi dulu, tolong jaga rumah. Kalau ingin makan, panaskan sup yang ada di dalam panci di dapur, nasinya juga masih banyak. Aku berangkat," ujarku buru-buru. Taehyung tidak menanggapi, tetapi aku yakin ia masih bisa mendengarku.

Aku segera pergi menuju kafe yang dijanjikan. Letaknya tidak begitu jauh, tetapi aku tetap menggunakan taksi karena aku tidak ingin tempat tinggalku diketahui, terutama oleh teman-teman sekolahku. Maafkan aku Yerin, Jisoo. Aku hanya bisa berulang kali meminta maaf di dalam hati.

Ini sudah 10 menit perjalanan tapi kenapa tidak juga sampai? Aku berkali-kali mengecek jam dan menerima pesan dari Yerin kalau ia dan Jisoo sudah menunggu di kafe. Saat melihat sekitar, tanpa sengaja mataku dan mata sang supir bertemu, kemudian supir itu dengan cepat mengalihkan pandangannya. Perasaanku tidak enak dan benar saja, aku segera mengecek peta melalui ponselku dan kita sudah melewati tempat janjianku sejauh 800m hampir 1km. Karena ketahuan olehku, supir itu mempercepat laju taksinya dan terlihat sangat buru-buru.

Aku ingin mengabari Yerin, tetapi entah bagaimana tiba-tiba sinyalku hilang, padahal saat ini kita sedang berada di tengah kota. Bahkan aku tidak bisa mengakses telepon ataupun pesan. Taksi ini.. bukan taksi biasa.

Aku mencoba untuk menenangkan diriku, kemudian secara tiba-tiba menyerang sang supir dengan menendang-nendang kursinya dan memukulinya sehingga taksi yang dikendarainya bergerak kesana-kemari. Setidaknya aku bisa mati dengan keadaan suci daripada harus kehilangan kehormatanku. Maka akupun semakin terus menendang, menghajar, bahkan melempar semua barang yang dapat ku temukan agar ia segera menghentikan taksinya.

Stone Head (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang