25.

655 67 16
                                    

Mobil bermerek Ford Mustang berwarna hitam itu melaju membelah jalanan di kota pada malam hari itu. Taehyung tidak dapat mengemudi dengan tenang, pikirannya hanya berisi hal-hal terburuk dari semua kemungkinan yang ada. Taehyung terus-menerus menggigit bibirnya sendiri yang mana hal itu merupakan kebiasaan yang dimiliki Taehyung ketika ia merasa gelisah. Jimin mengetahui hal itu dan hanya bisa membantu untuk menenangkan Taehyung dan juga berharap tidak terjadi sesuatu yang besar pada teman sekaligus nona nya itu.

"Berapa lama lagi, Jimin?" tanya Taehyung, matanya masih sambil menatap fokus jalan yang ada di hadapannya.

Jimin mengecek layar ponselnya dan menampilkan peta tempat tujuan mereka. "Sepuluh menit lagi", sahut Jimin.

Taehyung mendecakkan lidahnya. Yang benar saja, sepuluh menit itu memakan waktu yang cukup lama. Apa tidak ada jalan lain? Pikir Taehyung. Kemudian, matanya menatap sebuah jalan kecil yang terlihat gelap dan sedikit sempit.  Taehyung meminggirkan mobilnya dan berhenti sejenak.

"Apa yang ingin kau lakukan, Tae?" tanya Jimin bingung saat Taehyung tiba-tiba menghentikan mobilnya.

"Aku akan berlari lewat jalan itu. Bawa mobilku dan masuklah dengan alasan perintah dariku, aku akan mengambil jalan pintas dan masuk lewat pintu belakang", ujar Taehyung sambil melepaskan sabuk pengamannya.

"Taehyung, tunggu!" Jimin menahan lengan Taehyung. "Apa kau yakin? Bagaimana dengan Se–" ucapan Jimin dipotong lebih dulu oleh Taehyung.

Taehyung memeras pergelangan tangan Jimin dengan erat sambil menatap Jimin tajam. "Aku tidak memerintahkanmu untuk boleh menyebut namanya secara terang-terangan, Jimin. Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Jika paham, lakukan seperti apa yang ku perintahkan dan kita akan bertemu lagi dua jam setelahnya disini", dan Taehyung pun dengan segera meninggalkan Jimin yang hanya bisa diam dan mematuhi perintahnya.

Taehyung segera berlari meninggalkan mobilnya yang bersama dengan Jimin. Setelah Taehyung mendengar suara mobilnya mulai menghilang, ia memelankan langkahnya dan kini mulai berjalan kaki. Pikirannya kacau, ia bahkan merasa bukan seperti dirinya yang biasanya. Ia yang biasanya hanya memikirkan dirinya sendiri dan keuntungannya, tapi mengapa sejak tadi bayangan tentang gadis bernama Kim Sowon itu terus-menerus mengahntuinya. Bahkan, seorang Kim Taehyung merasa khawatir dengan gadis yang dianggapnya berisik, menyebalkan, tidak tahu malu, dan mengganggu itu.

"SIAL!" Taehyung memukul tembok yang terdapat di sebelah kanannya.

Jika boleh jujur, saat ini Taehyung merasa takut, bimbang, dan tidak tahu harus berbuat apa. Disaat dirinya merasa terpuruk seperti itu, tiba-tiba bunyi ponselnya menyadarkannya dan segera mengangkat panggilannya.

"Halo?" ujar Taehyung dengan nada bicaranya yang tenang seperti biasa.

...

Taehyung terdiam sejenak dan mematikan ponselnya. Apa-apaan ini? Kenapa jadi serumit ini, sialan!

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Taehyung segera berlari dan menuju tempat yang menjadi tujuannya, Hotel Kim, lebih tepatnya, hotel milik keluarganya sendiri. Sekarang dipikirannya hanya satu, menyelesaikan urusannya dan keluar dari semua masalah ini.

***


"Dimana Sowon?" Tanya Taehyung pada wanita yang saat ini duduk membelakangi dirinya.

Keringat bercucuran di wajahnya, pakaiannya juga ikut basah akibat keringat dan rambutnya sangat berantakan. Akan tetapi, itu tidak menghilangkan pesona seorang Kim Taehyung, justru menambahnya.

Wanita di hadapannya itu memutar kursinya dan menatap lurus ke arah Taehyung yang berdiri di seberang meja mewah berbahan kayu jati berwarna coklat kehitaman milik wanita itu. Dibalik wajahnya yang terlihat muda, sorot matanya terlihat tajam dan terdapat ketidaksukaan di dalamnya.

Stone Head (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang