16.

794 113 7
                                    

Taehyung menghempaskan tubuhnya di atas kasurnya.

Tangan kanannya menutupi matanya dan satu lagi tergeletak begitu saja di samping tubuhnya.

'Kenapa aku melakukan hal seperti itu?' pikirnya.

Ia memejamkan kedua matanya, dengan keadaannya yang seperti itu, ingatannya otomatis memutar kembali kejadian-kejadian yang sudah di alaminya.

"ARGH!" Ia bangkit dari posisi tidurnya, nafasnya tersengal-sengal, entah mengapa rasanya ia ingin menangis saja.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dengan malas Taehyung mengambil untuk melihat siapa peneleponnya.

'Kenapa harus disaat seperti ini?! SIAL!' Umpatnya, lalu mengangkat panggilan itu.

"Halo?" ujarnya.

"Kerja bagus di meeting hari ini.." ujar suara wanita di seberang sana.

Jantung Taehyung terhenti untuk sesaat. 'Bagaimana ia bisa tahu?' pikirnya.

"Ah, ya.. terimakasih, Ibu.." ujar Taehyung.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Ibunya.

Taehyung mengerutkan keningnya. "Bagaimana apanya Bu?" tanyanya bingung.

"Hm? Apa lagi? Tentu saja.. Seolhyun." ujar Ibunya sambil tertawa pelan.

Entah mengapa, mendengar nama itu membuat perasaan Taehyung tidak tenang dan ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dadanya.

"Ah, benar.. dia, dia cantik. Seperti biasa.." ujar Taehyung berusaha untuk tertawa.

"Syukurlah kalau begitu.. Taehyung, jangan pernah lupakan janjimu dengannya. Untuk perempuan yang saat ini bersamamu, teruslah buat dia semakin tergila-gila padamu. Keluarganya sudah membuat kita sengsara, jangan lupakan itu." Ujar Ibunya dengan nada dingin dan tajam.

Taehyung mengepalkan tangannya erat. "Baik, Ibu.." ujarnya, kemudian panggilan diputuskan.

Tok tok..

"Taehyung?" Panggilku sambil mengetuk pintu kamar Taehyung.

"Ya, buka saja. Tidak di kunci.." ujar Taehyung dari dalam.

"Tidak, hanya ingin memberitahumu, makan malam sudah siap.." ujarku lagi.

"Aku akan keluar sebentar lagi. Duluan saja," ujar Taehyung.

"Baiklah," jawabku, lalu aku meninggalkan kamar Taehyung dan pergi menuju ruang makan lebih dulu.

***

"Oh! Jimin!" Panggilku saat melihat Jimin di koridor.

"Sowon, ada apa?" tanya Jimin.

"Ah, bukan apa-apa.. hanya saja, senang rasanya melihatmu di sekitar lagi." Ujarku sambil tersenyum melihatnya.

Ia tertawa hingga membuat kedua matanya menghilang. "Tidak ku sangka kau akan mengatakan hal itu kepada orang yang dulu pernah mengintipmu?" Ujarnya sambil tersenyum mengejek.

Aku memukul lengannya pelan dan ia tertawa. Benar-benar menyenangkan sekali bisa melihatnya lagi. Sepi sekali rasanya tidak ada dirinya di sekitarku, Jimin memang benar-benar teman yang luar biasa.

"KIM SOWON!" Teriak Yerin. Aku dan Jimin menoleh ke arahnya.

Ia terlihat pucat dan berantakan, di belakangnya ada Jisoo yang sama pucatnya dengan dirinya.

Stone Head (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang