Tidurlah, agar aku bisa merasuk ke dalam mimpi-mimpimu, tidurlah
agar masa laluku kabur dari sesuatu yang kau takuti.
Tidurlah agar aku bisa melupakanmu, tidurlah agar aku bisa melupakan kedudukanmu.
Di atas gandum pertama, di ladang pertama, di bumi pertama, di genggaman tangan terakhir, yang malaikat menangis diatasnya.Tidurlah,
agar aku bisa masuk melalui semak-semak rambut pada tubuh yang terbuat dari kicau merpati.
Tidurlah agar aku mengerti pada garam manakah aku akan mati, dan pada persaksian manakah aku akan dibangkitkan kembali.
Tidurlah agar aku bisa menghitung langit demi langit yang ada pada dirimu, juga bentuk tumbuh-tumbuhan yang ada pada dirimu, lalu kuhitung jemari tanganku sendiri.
Tidurlah, agar bisa kugali aliran ruhku yang kabur dari ucapanku
yang beranjak ke pangkuanmu untuk menangis kepadaku.Aku tak dapat kembali pada laut pertama
tak dapat pergi ke laut yang lain. Katakanlah
ke mana laut ini akan membawaku dalam syahwatmu?
Dan berapa kali binatang-binatang kecil ini akan melolong di atas batu-batumu?
Bawalah aku, bawalah aku untuk mengambil makanan hujan di atas batu-batu petir pada pangkuanmu.Bogor 11 february 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Doa Siwalan
PoetryTak ada yang tahu bagaimana hujan menyampaikan rindunya sebab setiap rintik dan hembusan angin selalu berkamuflase menjadi candu dan selalu ingin lagi, lagi dan lagi