Bab 6 : Pengasingan

192 16 0
                                    

Harry's POV

"Maafin aku," ucapku lagi dan kali ini Ele hanya diam.

Ele terlihat mulai kehilangan keseimbangannya, dan tiba-tiba dia jatuh. Untung refleks ku cukup baik, aku menangkap tubuhnya dan membaringkannya dengan tanganku yang menopang kepalanya.

"Ele.. Ele.." teriakku cemas sambil menepuk-nepuk pipinya.

Namun sayang dia sudah keburu pingsan, mungkin dia sudah kecapekan menangis seharian ini. Aku pun mengangkat tubuhnya dan membawanya masuk ke mobilku. Aku meletakkan tubuhnya di kursi belakang mobil.

*drrtt drrtt*

Aku mengambil handphone-ku dan melihat nomor tidak diketahui sedang meneleponku. Aku mematikannya dan kembali fokus ke jalanan.

Sesampai di depan rumah aku memarkirkan mobilku di garasi dan membawa Ele masuk ke kamarnya. Aku melihat Louis, Liam, dan Niall sedang duduk di ruang tengah sambil melihatku membawa Ele yang tidak sadarkan diri.

"Ele, kenapa?" Tanya Niall.

"Dia pingsan," jawabku singkat dan langsung membawanya ke kamar.

Aku memandangi mukanya yang mulai pucat dan juga bekas air mata yang sudah mengering di pipinya.

"Ele, maafkan aku kemarin aku tidak ada buat kamu. Kemarin aku harus mengantarkan anak temannya guruku mengelilingi surabaya ini. Sorry juga sudah ninggalin kamu di McD sendiri, sebenarnya aku tidak ingin meninggalkanmu. Kini, aku sakit melihat kamu seperti ini, kamu yang tidak seperti biasanya. Aku kini ikut menderita karena harus melihatmu seperti ini. Mom, aku janji akan membahagiakan Ele untukmu, aku akan menjaganya untukmu." Ucapku lirih sambil memainkan tangan Ele.

"Jangan, jangan dia pelakunya," terdengar suara orang diskusi di bawah.

"Iya, bisa jadi. Bisa saja dia melakukan hal yang sama saat dia membunuh papa kita," sahut suara lainnya.

Aku pun memutuskan keluar dan mengintipnya dari lantai atas. Ternyata itu suara Louis, Liam dan Niall.

"Lihat saja, kemarin aja dia tidak ada di rumah. Bisa jadi dia sengaja melakukannya dengan diam-diam," ucap Niall.

"Louis, apa kamu mendapat gambaran apa yang kemarin telah terjadi?" Tanya Liam.

"Eh, menurut pengelihatanku. Kemarin itu ada seseorang yang masuk melalui pintu belakang, lalu orang tersebut mengambil pisau dan berbicara sejenak dengan mama. Kemudian dia menusukkan pisau itu ke perut mama, tidak hanya itu pelakunya kembali menusuk-nusukkan pisau tersebut pas di jantung mama. Setelah itu pelaku itu lari ke kamar Ele dan lompat pergi lewat balkon kamar Ele, di situ sudah ada mobil Harry terparkir di garasi." Jelas Louis panjang lebar.

"DASAR KEPARAT!" Teriak Liam.

"Ssttt.. santai, belum tentu juga pelakunya Harry," ucap Louis menenangkannya.

"Lalu siapa lagi kalau bukan Harry, dulu dia juga sudah melakukan ini." Tambah Liam dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Hmm.. Kita semua juga pada gak tahu. Gimana kalau kita cari bukti dulu aja?" Usul Niall.

"Boleh, tapi gimana caranya?" Tanya Louis.

"Oya! Kemarin kan ada pisau tuh di samping mama, gimana kalau kita selidiki sidik jari di pisau itu?" Usul Liam.

"Tapi pisaunya kemarin sudah aku bumi hanguskan, soalnya aku jijik lihatnya." Sahut Niall dengan nada polosnya.

"NIALL!!!" Teriak Louis dan Liam serempak.

Unconditionally {One Direction}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang