Bab 8 : New Princess and New Prince

120 10 0
                                    

Ele's POV

Aku bangun sedikit lebih pagi dari kemarin, karena aku ingin membuatkan Harry roti yang kemarin dia inginkan. Aku membuatkannya 2 porsi, aku memasukkannya dalam tempat makan. Lalu aku kembali mengambil sepeda dan berangkat ke rumah Harry. Aku bisa merasakan diriku tersenyum sendiri selama perjalanan.

*cciiittt*

Aku mengerem mendadak, ketika melihat Harry dengan cewek lain. Cewek itu menggandeng tangan Harry, lalu mereka mulai berlari bersama menuju arah yang searah denganku. Tiba-tiba dadaku sesak, aku rasa atmosfer mulai menipis. Ingin rasanya aku berteriak, memanggil nama Harry agar dia berbalik dan menghampiriku. Namun rasanya tenggorokanku mengering dan tidak ada satu kata pun yang berhasil keluar. Seketika aku membalik sepedaku, menaikkannya ke trotoar dan mengayuhnya dengan cepat. Air mataku mulai mengalir seperti derasnya air terjun. Aku tidak melihat apapun yang ada di depanku. Aku menghantam angin yang mencoba menghentikanku.

*Bruukk*

"Hey! What's wrong with you?" Ucap orang yang aku tabrak.

"Sorry, sorry," jawabku sambil membantu orang tersebut berdiri.

"OMG! My camera," teriaknya sedikit alay.

Aku menatapnya memungut kameranya dan mengusap-usapnya seperti hewan peliharaan, sedangkan aku mengambil dan membuang roti yang sudah jatuh berantakan.

"Kamu ini gimana sih? Punya mata gak sih? Ada orang jalan ditabrak aja," ketusnya.

"Maaf, aku gak sengaja." Jawabku tidak kalah dengannya.

"Sekarang, kamu harus membayar semua kerusakan yang aku tanggung!"

"Enak aja!" Seruku sambil mengusap air mataku dan memberdirikan sepedaku.

"Emang aku juga gak rugi, sepedaku juga jadi lecet-lecet ini karena kamu jalan gak pake mata. Sudah tahu ada orang lagi ngebut, gak berusaha minggir." Tambahku.

"Ya bukan salahku lah, seharusnya yang naik sepedalah yang harus berhati-hati dan mengalah dengan pejalan kaki. Sudah tahu ini tempat pejalan kaki juga," sahutnya tidak mau kalah.

"Ya tapi kan ini juga buat jalan sepeda," jawabku mencoba untuk mengimbangi.

"Sudahlah gak usah ngeles, sekarang kamu ganti rugi aja kan beres toh!" Serunya.

"Enak aja, emang apanya yang rusak?" Tanyaku.

"Lensaku retak ini, kalau gini caranya aku gak bisa kerja tahu." Jelasnya.

"Oke aku ganti rugi lensa kamera kamu, tapi kamu juga harus ganti rugi sepedaku dan makananku yang hancur karena kamu." Sahutku sambil menyilangkan tangan di dada.

"Gak bisa gitu, ih nih orang ya! Arrgghh.. yang salah siapa coba, kenapa harus minta ganti rugi juga!" Gerutukunya.

Aku pun tidak menanggapinya, hanya memandangnya dari ujung mataku.

"Oke gini, aku gak minta ganti rugi lensaku ke kamu." Lanjutnya.

"Nah gitu dong," jawabku sambil tersenyum.

"TAPI! Tapi, kamu harus membantu aku bekerja selama 1 minggu!" Serunya.

"Enak aja, emang aku kurang kerjaan gitu bantuin kamu kerja. Aku juga ada pekerjaan lain tahu," jawabku.

"Emang apa pekerjaanmu? Bukannya setahuku sekolah masih libur ya?" Ucapnya yang berhasil memojokkanku.

"Darimana kamu tahu aku masih sekolah?" Tanyaku heran.

"Tahulah, anak ingusan kayak kamu gini masa gak tahu." Ledeknya.

"Enak aja aku gak ingusan ya toh," gerutuku.

"Cengeng kalau gitu?" Balasnya.

"Bukan!" Teriakku.

"Ah sudahlah, pokoknya mulai besok kamu harus ikut aku bekerja. Ini aku kasih alamatku, besok kamu harus sampai ke alamat ini pukul 08.00 tepat." Jelasnya sambil menekankan kata 'tepat'.

"Pagi banget?"

"Masa kepagian, buktinya kamu jam segini aja udah kelayapan." Sindirnya.

"Oke!" Seruku sambil mengambil kertas alamat tersebut dari tangannya dan menuntun sepedaku pulang.

Aku masih terus menggerutu selama perjalanan.

Sampai akhirnya aku sampai di halaman depan rumahku.

"Hai Ele," sapa Niall yang sedang menyirami tanaman.

"Hai Ni," jawabku sama-sama singkatnya.

"Loh, kenapa sama sepedamu?" Tanyanya begitu melihatku menuntun sepedaku dan meletakkannya ke tempatnya.

"Habis kecelakaan," jawabku dengan nada datar.


Seketika Niall melepaskan selangnya dan berlari ke arahku.

"Apa ada yang terluka? Sakit gak? Siapa yang nabrak kamu?" Tanya Niall yang membuatku semakin tidak mood.

"Aku gak kenapa-napa Ni, gak usah khawatir. Yang salah juga aku kok," jawabku langsung masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Niall dengan selangnya yang masih menyala.

"Ele, ayo makan dulu!" Seru Louis yang sudah siap di meja makan.

"Nanti dulu, aku mau mandi dulu." Jawabku dan naik ke lantai atas.

Aku membuka kamarku, meletakkan kertas alamat itu di atas kasur. Lalu aku pergi mandi, karena sudah tidak betah dengan bajuku yang kotor.

Aku menyalakan airnya dan membiarkan air itu mengalir ke seluruh tubuhku. Tiba-tiba memoriku menggunggah kejadian yang tadi sempat membuatku menghadapi masalah. Kejadian di mana Harry terlihat sedang bersenang-senang dengan perempuan lain yang mana perempuan itu bukan aku. Aku bahkan tidak pernah melihat perempuan itu, atau jangan-jangan Harry sudah tidak cinta lagi sama aku sehingga dia diam-diam mencari perempuan lain.

"Aarrgghhh..." Teriakku kesal.

-----

Sorry, terlalu pendek...


Don't forget
Vote, comment and suggestion!

Thanks x

-Avanti:)x

Unconditionally {One Direction}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang