Bab 7 : I meet you

208 10 0
                                    

Pagi ini aku bangun pagi-pagi sekali, aku berencana untuk pergi ke rumah Harry. Ini masih pukul 05.00 pagi, jadi aku jamin kakak-kakakku belum bangun. Aku mengendap-endap menuruni tangga dan berjalan keluar rumah. Aku memutuskan untuk naik sepeda anginku yang sudah lama tak kupakai. Aku mengayuh sepeda itu dengan cepat, kebetulan jalanan juga masih cukup sepi. Aku menempuh perjalanan selama 30 menit, cukup melelahkan atau lebih tepatnya sangat melelahkan karena aku sudah lama tidak olahraga.

*tok tok tok*

"Harry," panggilku.

Namun tidak ada jawaban, akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintunya. Benar saja pintu itu dikunci, untung saja tadi aku sempat berpikir untuk membawa kunci cadangan. Aku masuk dan mencari di mana kamar Harry.

*klek*

"Ya kan, masih tidur," ucapku sambil tersenyum melihat Harry masih tertidur pulas di kasur yang dulu juga pernah jadi tempat tidurnya.

Aku memutuskan untuk pergi ke dapur dan mencari apa yang kira-kira bisa aku masak, karena tidak mungkin aku harus menunggu Harry bangun. Aku mencari di setiap lemari dan juga kulkas, namun yang aku temukan hanya 3 buah pisang, roti tawar, selai kacang, madu dan jus jambu.

"Oke, akan dibuat apa ya semua bahan ini?" Tanyaku sendiri sambil mengambil semua bahan tersebut.

Akhirnya aku memutuskan untuk memanggang rotinya, aku kasih selai kacang diantara kedua rotinya. Setelah itu aku tuangkan madu diatasnya, juga irisan pisang.

"Semoga enak," ucapku.

Aku membuat dua porsi, untukku dan untuk Harry. Lalu aku menuangkan jus jambu itu di dua gelas juga. Setelah itu aku mengaturnya di atas nampan, dan membawanya ke kamar Harry. Aku meletakkan nampan tersebut di meja kecil di sebelah tempat tidur Harry.

"Harry, bangun!" Ucapku sambil memnggoyang-goyang tubuhnya.

Namun Harry masih belum bangun juga. Akhirnya aku masuk ke kamar mandi dan mengambil air di tanganku. Aku mencipratkan air tersebut ke muka Harry, berharap dia tidak kelagepan. Seketika Harry bangun dan mengusap-usap mukanya.

"Wah hujan!" Serunya sambil bergegas menyingkirkan selimutnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya seperti anak kucing yang baru kebasahan.

"Hahaha.." Tawaku lepas.

Dia menoleh ke arahku dan mencoba menebakku.


"Ele?" Tanyanya.

Namun aku masih ketawa melihat reaksinya tadi ketika aku mencipratkan air ke mukanya.

"Ele, ini kamu?" Tanyanya lagi yang langsung berlari ke arahku dan menggendongku sambil diputar-putar.

"Haha.. Iya ini aku," jawabku sambil menikmati pelukan hangatnya itu.

"Kok kamu bisa sampai sini?" Tanyanya menurunkanku dan membiarkanku kembali berdiri dengan kedua kakiku.

"Bisa dong," jawabku menyombongkan diri.

"Gak ketahuan Liam, Louis sama Niall? Terus kamu ke sini naik apa? Siapa yang mengantarkanmu? Dan darimana kamu tahu aku di sini?" Tanyanya tanpa henti.

"Santai Haz, aku jawab satu-satu ya. pertama, Liam, Louis dan Niall masih tidur jadi mereka gak tahu aku ke sini. Kedua sekaligus ketiga, aku ke sini sendiri naik sepeda. Yang terakhir, aku tahu kamu di sini karena kemarin aku sempat dengar percakapan kalian." Jawabku.

"Oh, Ele kamu ke sini sendiri naik sepeda sepagi ini dan kamu gak bilang aku. Kenapa kamu gak bilang aku kalau kamu mau ke sini sih, kan nanti aku bisa..." aku mencium pipinya dan itu berhasil membuatnya berhenti berbicara.

Unconditionally {One Direction}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang