Ragil dan kawan-kawan jogging rutin sejauh lima kilo meter setelah salat subuh bersama di musala terdekat.
"Jadi tontonan nih kita, Bang," ujar Arjuna.
"Iyalah. Mana ada orang waras lari sejauh kita dengan santai," sahut Suparman sambil menggeplak rekannya itu.
"Harusnya kan bule-bule itu." Arjuna keukeuh.
"Ya kali mereka udah keseringan lihat bule disini daripada elo," kata Elang.
"Dan kita jadi tontonan tuh karena cakep. Dasar oon!" ejek Conan. "Biasanya juga narsis kok sekarang gitu? Bah!"
"Diem bae, Bang," tegur Arjuna pada Ragil yang jogging di sampingnya.
"Terus mau ngapain?" tanya Ragil.
"Patah hati, Bang?" goda Arjuna.
"Ck! Patah hati sama siapa?" Semua tahu bagaimana Ragil memegang teguh agamanya termasuk jomlo sampai halal.
"Mas Rahil? Ditinggal kawin duluan." Arjuna menaik-naikkan kedua alisnya.
"Ya jodohnya ada." Ragil menatapnya datar.
"Ya cari dong, Bang. Apa taaruf gitu," usul Arjuna.
"Nggak ah. Cari sendiri dulu aja," tolak Ragil.
"Betul. Cari sendiri dulu." Dukung Conan. "Kali aja ketemu bidadari di sini...kayak yang kemarin tuh. Di warung ikan bakar."
Arjuna dan Suparman langsung bersiul.
Bahkan Elang juga mengangguk setuju. "Itu baru bidadari turun ke bumi. Asli. Murni. Tanpa polesan. Kalau ke Jakarta dan jadi artis...wah...tersaingi semua. Pasti. Yap. Yap."
"Tuh, Bang. Bang Elang aja setuju. Cari tahu gih, sudah dikapling atau belum. Kaplingannya udah ada sertifikatnya atau belum. Kalau masih tak bertuan, buruan dikapling," dorong Arjuna semangat.
Ragil hanya tersenyum.
"Jiaaah...senyum doang!" seru Suparman gemas.
"Harus koprol gitu?" ujar Ragil santai. "Lagian, kalian tuh juga jomlo kok sodorin ke aku. Katanya bidadari?"
"Ck! Kita sih tau diri, Bang. Kalau ada Abang, cewek-cewek pasti larinya ke Abang," dengkus Suparman. "Biar kata baret kita sama, ada satu yang beda. Snelli. Kita nggak punya snelli."
"Kok minder? Masa tempaan sekeras itu kurang?" Ragil mengernyit heran.
"Bukan minder, Bang. Itu namanya cerdas. Lagian kata Abang, jodoh nggak perlu dikejar. Pasti datang, yang penting doa," timpal Conan.
"Ya dikejar dong. Tapi ngejarnya yang elegan. Terutama kejar dengan doa. Jangan modus. Kalau yakin, langsung pengajuan," kata Ragil. "Modus doang, malu-maluin baret aja!"
Usai jogging, mereka istirahat sebentar lalu snorkeling. Maunya menyelam tapi yang menyediakan jasa penyelaman hanya ada di pulau utama.
Tentu saja kegiatan bawah air bukan hal asing bagi mereka. Sertifikat menyelam pun ada. Untuk kedalaman tertentu, mereka sanggup berenang tanpa alat bantu.
Selesai melihat indahnya bawah laut, bersama pihak penginapan dan wisatan asing lainnya, mereka membantu membuat rumah untuk terumbu karang yang baru.
"Setelah ini ngapain, Bang?" tanya Conan. "Di satu sisi enak ngapain aja tanpa jadwal. Bebas. Tapi justru terlalu bebas jadi bingung mau ngapain."
"Ke goa aja," usul Elang. "Katanya di ujung goa ada air terjun bagus banget."
"Boleh tuh." Suparman mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISLAND
Short Story#01 Novelette (02-03-2019) #02 Bencana (21/02/2019) #29 Abdinegara (04/05/2019) #35 Militer (04/05/2019) Short escape yang seharusnya menjadi liburan manis harus berantakan. Terjebak dalam bencana alam membuat Letda Sahil Aditya dan keempat rekannya...