☆9

8.7K 934 81
                                    

Manajer penginapan menyilahkan Conan menggunakan bahan-bahan makanan mereka. Bagaimanapun juga penginapan tidak bisa langsung beroperasi. Katanya juga, bukannya tidak boleh, ia tidak kepikiran sama sekali ditambah dirinya dan tukang masak penginapan termasuk yang cidera berat.

Segera saja Conan, Elang dan Suparman bersama beberapa warga menuju penginapan untuk mengambil bahan makanan apapun yang masih bisa diambil. Dan mengubur apapun yang busuk.

Conan agak pesimis karena empat hari telah berlalu.

Entah karena posisi dapur, Conan dan yang lainnya menyebut sebagai mukjizat. Dapur memang berantakan tapi tidak hancur total. Tempat penyimpanan makanan dan minuman relatif aman.

Mereka segera mengubur apapun yang busuk dan mengambil apapun yang masih baik seperti beras, air mineral, gula, kentang, wortel, buah-buahan dan lainnya.

🌴🌴🌴

Malam harinya terdengar deru helikopter. Sahil dan yang lain segera siaga untuk mengamati dan melihat siapa yang datang.

Satu helikopter yang ia kenal tampak memutari pulau lalu berputar ke beberapa titik pengungsian mereka.

"Sepertinya menuju arah pantai. Kita ke sana," kata Elang pada Sahil.

Ternyata ketiga rekannya yang lain juga menuju arah pantai.

Di sana masih ada helikopter lain yang baru datang. Satu pasukan diturunkan dan Elang mengenali satu diantaranya sebagai komandan mereka. Lettu Malik. Ada juga rekan mereka, Serka Nando.

Elang, Sahil dan yang lain langsung menghormat saat Malik mendekat. Mereka menjelaskan situasinya secara cepat lalu Malik memerintahkan untuk segera mengangkut para korban cidera ke rumah sakit apung milik TNI AL yang sudah merapat di dekat daratan utama kemarin.

Dengan cepat dan sigap, secara bergantian dari yang paling parah dibawa menuju rumah sakit apung.

Malam itu juga dibangun perlindungan yang lebih layak yaitu tenda milik TNI.

Ketika Abu dan seluruh masyarakat bergembira dan lega karena bantuan mulai datang, Hilwana hanya terpaku. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa takut. Takut saat mengetahui sosok lain dari dokter Ragil yang dilihatnya beberapa waktu ini. Atau lebih tepatnya siapa Ragil yang sebenarnya. Dan itu membuatnya semakin tak bisa tidur karena gelisah.

"Anda tidak apa-apa?" tanya Malik. Kejeliannya menjadi salah satu alasan yang membuatnya menjadi komandan regu.

"Ah? Saya? Ti...tidak apa-apa," jawab Hilwana terbata-bata.

Tak jauh dari sana, di mana terdapat satu tenda khusus untuk komando dan pusat informasi tengah duduk Sahil sambil meminum tehnya.

Lalu Elang mendekat dan membisikkan sesuatu pada Malik yang dibalas anggukan.

"Saya permisi sebentar," pamit Malik lalu berbalik menuju Sahil yang masih duduk santai. "Kamu juga nggak istirahat? Istirahat dululah sejenak. Biar kami yang berjaga," katanya setelah di depan Sahil. Lalu duduk di sampingnya.

"Hmm..." hanya gumaman tak jelas dari Sahil.

"Letkol menghubungiku," beritahu Malik.

Sahil mengangguk. "Mama pasti cemas. Mungkin Mas Rahil juga ada di sana bersama istrinya."

"Ya."

"Mama wanita paling tangguh yang pernah kutahu. Tapi Mama juga seorang ibu yang halus hatinya."

"Kupikir mungkin saat ini Letkol sudah mendengar bahwa kamu selamat." Lalu ia memandang rekannya dan Hilwana bergantian. "Ada sesuatu antara kamu dan nona itu?" bisiknya.

ISLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang