Awalnya seluruh rangkaian pernikahan di-set hanya di Malang, makanya gak cari referensi lagi. Terus aku pikir2...lagi kok cuma di Malang ya? Akhirnya buru-buru cari referensi dulu deh gak jadi nulis 😄😄😄
Kepada para tamu, sugeng rawuh 👍👍👍Selamat datang...
💐💐💐
Sampai di Cijantung Sahil dan rombongan langsung ke hotel yang ada di sekitar Balai Komando tempat resepsi diselenggarakan.
Tapi Sahil tidak langsung istirahat. Ia bertemu WO dan beberapa rekan prajurit yang membantunya mengurus semuanya di Balai Komando untuk melakukan pengecekan. Frannie dan Rashad ikut, sedang Hilwana istirahat di kamar. Dia kelihatan capek sekali.
"Rumah dinasnya gimana, Dek?" tanya Rashad setelah urusan kami selesai dan akan kembali ke hotel.
"Alhamdulilah beres. Barangnya baru dikirim nanti saat aku pindahan. Mas Rahil baik deh kasih aku hadiah satu set tempat tidur hehehe...tapi kok rasanya kayak balikin hutang ya?" Sahil terkekeh.
"Disyukuri saja. Duuuh...tugas Mama dan Papa sudah selesai. Mama bersyukur bisa mengantar Mbak Ai, Mas Rahil dan Adek sampai ke pernikahan." Frannie tiba-tiba memeluk Sahil. Matanya berkaca-kaca.
"Aku juga makasih atas kasih sayang Mama dan Papa selama ini. Sampai kapanpun aku nggak bisa balas." Sahil balas memeluk Mamanya lalu Papanya. "Makasih udah sabar menghadapi aku yang suka ajaib ini."
"Selamanya Adek akan selalu jadi bayi kecil Mama," kata Frannie.
Rashad balas memeluk dan menepuk punggung anaknya itu berkali-kali tapi matanya berkaca-kaca. "Maafkan Papa selama Adek tumbuh kembang, Papa jarang di rumah. Dan mungkin itu akan kamu alami juga ke anak-anakmu. Adek sudah tumbuh jadi lelaki hebat, jadi Papa yakin anak-anakmu akan jauh lebih hebat darimu."
"Aamiin Ya Rabb. "Sahil mengangguk. "Terima kasih. Doanya saja dari Papa dan Mama."
"Pasti, Nak. Pasti."
Setelahnya Sahil dan kedua orang tuanya kembali ke hotel.
🌴🌴🌴
Esok harinya mereka menuju Balai Komando. Hilwana tampak cemerlang dengan gaun merahnya. Resepsi pernikahan dimulai dengan upacara pedang pora terlebih dulu. Pedang pora yang berasal kata gapura pedang yang dilaksanakan untuk melepas masa lajang prajurit yang diiringi dengan rangkaian formasi hunusan pedang. Hanya saja pedang pora diperuntukkan untuk perwira, sangkur pora atau pedang yang lebih pendek untuk bintara dan hasta pora atau gapura tangan untuk tamtama. Dan upacara tersebut hanya dilakukan sekali seumur hidup. Jika menikah untuk kedua kalinya, sudah tidak dilakukan upacara pedang pora.
Komandan regu telah melaporkan bahwa kedua belas pasukan telah siap kepada Sahil dan Hilwana. Lalu keduanya berjalan diiringi formasi-formasi pedang yang memiliki makna tertentu seperti hunus pedang artinya selalu siap untuk mengatasi segala rintangan dan menerobos semua hambatan yang akan menghalangi kehidupan mereka, formasi berbanjar artinya turut bersuka cita mengantarkan menuju pintu gerbang kebahagiaan kehidupan baru yang akan ditempuh, formasi melingkar menunjukkan ikatan batin yang kuat antar prajurit, payung pedang pora artinya Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi. Setelah itu dilakukan pemasangan cincin sebagai ikrar dan tanda akan selalu bersama dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Dilanjutkan pemberian seragam Persit untuk Hilwana.
Kemudian Sahil dan Hilwana dipersilahkan menuju pelaminan, lalu pembacaan puisi dan laporan komandan upacara pedang pora.
Dan resepsi pun berlanjut.
"Capek ya?" tanya Sahil setelah sesi foto bersama seluruh pasukan pedang pora.
Hilwana meringis. "Lumayan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISLAND
Short Story#01 Novelette (02-03-2019) #02 Bencana (21/02/2019) #29 Abdinegara (04/05/2019) #35 Militer (04/05/2019) Short escape yang seharusnya menjadi liburan manis harus berantakan. Terjebak dalam bencana alam membuat Letda Sahil Aditya dan keempat rekannya...