☆1

21.1K 1K 103
                                    

Begitu jatah cutinya turun setelah sekian lama, Ragil langsung pulang ke rumah orang tuanya. Selain melepas rindu juga untuk mengenalkan diri secara resmi kepada kakak iparnya yang baru walaupun kenyataannya mereka sudah pernah bertemu sebelumnya.

Setelah itu ia segera bergabung bersama rekan-rekannya untuk berlibur. Menghilangkan penat sejenak sebelum kepala mereka meledak.

Dan kini mereka berlima tengah menikmati perjalanan melelahkan dengan kapal kecil menuju sebuah pulau terpencil nan cantik.

Mereka berlima bukanlah satu-satunya rombongan wisatawan yang ada di kapal tersebut. Ada rombongan lain termasuk ada dua pasangan di antaranya. Dari pendengaran Ragil yang memanh bisa beberapa bahasa asing ada Francophone dan orang Korea selain penutur bahasa Inggris.

Setelah menempuh perjalanan selama berjam-jam, akhirnya sampai juga di tujuan. Di dermaga sudah menunggu sopir-sopir penginapan yang bertugas menjemput mereka.

"Penginapannya jauh?" tanya Ragil pada sang sopir.

"Tidak, Pak. Ini pulau kecil tanpa macet. Sebentar juga sampai," jawab sang sopir.

Dan benar saja mereka sampai di sisi lain pulau. Penginapan mereka bukanlah bangunan bertingkat dari tembok melainkan kayu. Tidak jauh dari pantai tapi dekat dengan perbukitan juga. Mereka menyewa dua tipe bungalow. Satu family room yang berisi satu kasur double dan single lalu satu standard room yang berisi kasur twins. Kebetulan letaknya berhadapan. Penginapan mereka memiliki sekitar dua belas kamar yang saling berhadapan.

Ragil dan seorang rekannya menempati twins room sedang sisanya family room.

Begitu masuk kamar, untuk pertama kalinya ia hanya meletakkan tasnya begitu saja dan langsung berbaring.

Buaian angin laut dan suasana yang tenang mengantarkannya hingga ke alam mimpi sampai sebuah guncangan dirasakannya.

"Gil! Ragil! Bagun woy! Lo nggak shalat?"

Mendengar kata shalat, seketika mata Ragil membuka. Ia melirik arlojinya. Benar saja sudah mau magrib. Segera ia beranjak ke kamar mandi dan membersihkan diri lalu shalat.

"Langsung makan nih kita, Lang?" tanya Ragil usai shalat.

Rekannya yang dipanggil Elang itu mengangguk. "Keroncongan banget nih gue."

"Ya udah, yuk."

Ragil dan Elang keluar lalu menyusul ketiga rekan yang lain.

"Sumpah, Bang, surgaaa..." ujar rekan yang berbadan paling besar.

"Heh, Suparman! Surga dunia maksudmu? Suka-suka mulutmu bilang surga! Mati dulu kau baru lihat surga. Itu kalau masuk surga," sahut rekannya yang berbadan standar sambil menggeplak rekan yang dipanggilnya Suparman itu.

"Weits, Bang Parman dan Bang Conan berebut surga..."

"Arjuna, diam!" perintah Suparman dan Conan pada rekan termuda mereka.

"Mulutmu itu jauh lebih berbisa," gerutu Suparman.

Arjuna mendengus.

Ragil dan Elang hanya tertawa. Tawa lepas pertama setelah saat-saat yang sulit. Dan mereka merasa lengkap seandainya dua rekan mereka bisa bergabung. Sayang, karena dua yang lainnya sudah berkeluarga sehingga lebih memilih quality time bersama keluarga.

"Kita makan di resto hotel nih?" tanya Arjuna.

"Tadi sopirnya bilang ada warung ikan bakar enak," kata Ragil. "Kita ke sana aja."

"Oke, siap!" sahut Conan dan Arjuna.

"Meluncur," tambah Suparman.

🌴🌴🌴

ISLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang