☆17

9.4K 805 70
                                    

Akhirnya hari yang dinanti tiba juga. Dan Sahil luar biasa gugup. Ia merasa lebih mudah menghadapi todongan senjata daripada ijab kobul.

"Dek...tangannya dingin amat?" celetuk Frannie saat menggenggam si bungsu yang tampak gelisah.

Sahil hanya bisa meringis. Dan Frannie pun memeluknya.

"Bismillah," ucap Sahil setelah melepas pelukan Mamanya dan mengangguk mantap.

Sahil bersama keluarganya pun berangkat ke rumah Hilwana.

Dan saat duduk berhadapan dengan penghulu dan Tamam, Sahil kembali gugup.

"Mas Sahil?" panggil penghulu.

"Siap, saya," sahut Sahil mantap walaupun jantungnya dag dig dug tak karuan.

"Sudah siap?"

"Bismillah...Saya siap. Fuuuh." Ia menarik napas lalu menghembuskannya lagi. Setelah mengucap basmalah sekali lagi ia mengulurkan dan menjabat tangan Tamam Mubarak.

"Saudara Sahil Rahim Satya Dharma Aditya bin Rashad Dwi Aditya!" ucap Tamam.

"Saya!" jawab Sahil tegas.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak perempuan kandung saya Hilwana Malaika binti Tamam Mubarak dengan mas kawin seperangkat alat shalat, uang sebesar enam juta sembilan ratus ribu sudah dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya putri kandung Bapak, Hilwana Malaika binti  Tamam Mubarak untuk saya sendiri dengan mas kawin tersebut tunai," ucap Sahil lantang dan tegas. Berhasil menutupi kegugupannya.

"Sah?"

"Sah!"

Semua berseru alhamdulillah dengan lega. Begitupun Sahil. Setelah semuanya...

Tak lama, Hilwana diajak ke depan oleh Mama dan kakaknya dan duduk di samping Sahil.

Masya Allah, hanya itu yang mampu Sahil ucapkan berkali-kali saat melihat Hilwana yang menurutnya bagai malaikat turun di bumi.

kemudian Hilwana mencium tangan tangan Sahil yang dibalasnya dengan mencium kening istrinya lembut.

Setelah itu dilanjut saling memasangkan cincin dan lain-lain termasuk penandatanganan buku nikah dan penyerahan surat nikah oleh petugas KUA.

Malamnya acara walimah dan esok paginya resepsi. Mungkin karena ada turunan timur tengah jadinya tidak murni adat Jawa. Dan sejak awal Sahil ikut saja.

🌴🌴🌴

Sahil baru saja melepas baju resepsi dan menggantinya dengan T-shirt dan city short saat melihat Hilwana tengah duduk di kursi depan cermin dan berkutat dengan pernik-pernik yang menempel di kepalanya.

"Capek ya?" tanya Sahil sambil membantu melepas semua aksesoris yang dipakai Hilwana.

Acara resepsi baru saja selesai digelar di salah satu hotel yang ada di Malang.

"Lumayan." Hilwana mengangguk.

Setelah kepala Hilwana terbebas dari aksesoris dan rambutnya tergerai bebas, Hilwana bangkit.

"Mau ke mana?" tanya Sahil.

"Kamar mandi, ganti baju," jawab Hilwana sambil meraup ujung gaunnya.

"Haduh ribet. Di sini aja. Kita sudah halal ini. Cepat atau lambat juga tahu," ujar Sahil.

"Yeee..." berkata begitu wajah Hilwana memerah.

"Sudah di sini. Mau pakai baju apa?" Sahil menuju lemari.

ISLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang