Part 8

59 4 0
                                    

Aku dan Jae In akhrinya pulang bersama. Kami naik bus umum, karena rumah kami satu arah jadi kami menaiki bus yang sama. Mungkin karena kelelahan menangis Jae In tertidur pulas di bahuku, aku tidak ada niat sama sekali untuk membangunkannya, karena aku tahu pasti dia sangat amat lelah dengan kejadian yang belakang ini terjadi padanya secara bersamaan. Aku memperhatikan wajah Jae In yang sedang tertidur di bahuku. Bahkan saat tidur pun dia masih sangat mempesona dan memberikan biusannya padaku hingga aku tidak berpaling sedikitpun ke arah lain selain ke wajahnya. Kulit wajahnya yang putih dan bersih mengeluarkan rona merah dipipinya, bulu matanya lentik dan panjang tertutup sempurna saat ia memejamkan mata, hidungnya mancung dan kecil membuat ku gemas untuk mencubit hidungnya, bibirnya yang tipis dan merah alami ia pakaian gloss sehingga terlihat berkilap dan indah, rambut sebahunya terjatuh lembut dan menyeruakan aroma manis yang sangat aku sukai. Tuhan, gadis ini sungguh sempurna, mungkin dia ciptaan terindah di dunia. Aku sempat berpikir apa aku akan bosan jika terus melihatnya seperti ini, tapi sampai saat ini aku sama sekali tidak bosan, semakin aku melihatnya semakin aku tertarik padanya, semakin indah dia dimataku, bahkan saat rambutnya berubah putih ia akan tetap menjadi gadis tercantik untukku.

Jae In bergeliat dan mengusap matanya perlahan, sepertinya dia akan bangun atau karena posisinya yang tidak nyaman yang membuatnya terbangun. Dia mengangkat kepalanya dari bahuku dan memandangku yang sejak tadi memang sedang memperhatikannya, dia lalu tersenyum padaku. Bangun tidur pun senyumannya masih sangat memukau.

“Bahu mu sakit ?” tanyanya lalu sedikit memijat bahuku yang dipakainya untuk alas tidur

Aku tersenyum lalu berkata “jika itu untukmu, aku tidak akan pernah merasa sakit”

“Owwhhh, kau manis sekali” ucapnya sambil mengerlingkan matanya dan bersandar lagi di bahuku

“Hei, tapi jangan terlalu lama juga. Kalau seperti ini terus aku bisa kram. Kepalamu itu berat” ledekku

Jae In mengangkat kepalanya lalu melotot kearahku dan berkata “apa katamu barusan ?”

“Kepalamu berat. Sepertinya tubuhmu lebih berat lagi” ucapku enteng

Jae In mendengus lalu membuang mukanya. Melihatnya seperti itu membuatku gemas. Apa pun yang dilakukan selalu membuatku terpesona meskipun dia sedang kesal seperti ini. Dia sungguh lucu.

“Meskipun begitu, aku menyukainya” ucapku lalu mengelus rambutnya

Jae In langsung membalikan tubuhnya menghadapku lagi dan tersenyum.

“Kau senang ?” tanyaku

“Tidak, biasa saja” ucapnya

“Haha. Benarkah ?” ucapku lagi

Jae In mengangguk kuat dan tersenyum manis.

Aku melihatnya dan menepuk bahuku pelan lalu berkata “sini, aku siap jika harus kram”

Tanpa basa basi Jae In langsung meletakan kepalanya disana. Dia sungguh gadis yang berbeda.

“Sabtu ini apa renanamu ?” tanya Jae In

“Emm. Sepertinya aku tidak ada acara” jawabku

“Kau mau pergi denganku ?”tanya Jae In lagi

“Hei, kau sedang mengajakku kencan ? Mana mungkin wanita mengajak pria seperti itu” ucapku sambil tersenyum

“Memangnya apa yang salah ?”

“Kau tidak malu ? Kau memang gadis yang aneh”

“Jadi kau tidak mau ? Kalau tidak mau aku pergi sendiri. Aku tidak memaksamu lagi pula”

SOULMATE IN SEOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang