Aku dan Jae In masih di aula basket yang sekarang masih sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda akan kedatangan mahasiswa lain selain kami. Kami duduk di salah satu kursi panjang yang biasanya dipakai untuk para pemain cadangan yang menunggu giliran main. Dan aku masih tidak melepaskan pelukan pada Jae In, sekarang aku tengah melingkarkan tanganku di perut Jae In dan menaruh daguku di bahu Jae In.
“Kau tidak akan melepas pelukanmu ?” tanya Jae In tiba-tiba
“Kenapa ? Kau tidak suka ?” tanyaku balik
“Bukan begitu, hanya saja bagaimana jika ada orang yang tiba-tiba datang ?” tanyanya
“Tidak akan ada yang datang. Hari ini tidak ada jadwal latihan. Aku tahu, aku pernah ikut UKM ini dan tahu persis kapan aula ini akan dipakai” jawabku tenang
Mana mungkin aku melepaskannya sekarang, saat aku sedang merasa sangat nyaman memeluknya. Merasakan kehangatan yang menjalar sampai ke hatiku.
“Kau sudah tahu jawabannya ?” tanya Jae In tiba-tiba
Aku terdiam, masih tidak menjawab apa yang Jae In tanyakan padaku.
Aku mendengar Jae In menghembuskan nafasnya panjang, dan sedikit melonggarkan tangganku yang sedang memeluknya.
“Ada apa ?” tanyaku aneh
“Kau belum juga tahu jawabannya setelah kita sedekat ini ?” tanyanya lagi yang sekarang sudah menghadap kearahku
“Aku benar-benar tidak tahu jawabannya, dan aku sungguh tidak mengerti apa yang aku rasakan” jawabku sungguh-sungguh
“Hemm. Baiklah jika memang begitu. Aku pergi dulu, sebaiknya kau pikirkan jawabannya” ucapnya lalu berdiri
Tidak, aku tidak akan membiarknya pergi, jika dia pergi mungkin dia akan menemui pria itu, dan aku tidak mau itu terjadi, jadi aku menarik tangannya dan membuat dia kembali duduk disampingku. Jae In menatapku, aku tahu arti dari tatapan itu.
“Hhhhmm. Aku sungguh tidak tahu Jae In, tapi aku akan coba menjelaskan padamu” ucapku akhirnya lalu balas memandangnya
“Sebelum bertemu denganmu, hidupku benar-benar seperti es. Beku dan dingin. Tidak ada seorang pun yang mampu menembus dinding es yang aku buat sendiri. Aku juga tidak peduli dengan apa yang mereka bilang tentangku. Hidupku hampa, kosong dan tidak berwarna” jelasku lalu menatap Jae In sebentar sebelum meneruskan ucapanku lagi
“Tapi, sejak aku bertemu denganmu, mengenalmu dan dekat denganmu semua berubah. Sedikit demi sedikit dinding es itu mencair karena kehangatan yang kau berikan. Aku juga seperti menjadi orang yang baru, setiap bersama mu aku menjadi Dong Jun yang baru bukan Dong Jun yang selama ini aku tahu. Kau seperti mengeluarkan sisi lainku yang telah lama tersembunyi. Dan kau tahu apa yang lebih lucu lagi ? Setiap aku bersamamu aku seperti terbius” ucapku lalu tersenyum
“Terbius ? Maksudmu ?” tanya Jae In tidak mengerti
“Kau mampu membuatku tidak berdaya hanya dengan melihat senyumanmu. Kau juga seringkali membuatku merasa seperti orang bodoh yang tidak bisa berpikir apa-apa hanya karena menatap matamu. Aku kehilangan akal sehatku sekaligus merasa tenang dan melupakan permasalahanku. Sama seperti saat ini” ucapku lalu menggenggam tangan Jae In
Jae In tidak merespon, dia hanya menatapku dalam.
“Hhhmmm.. Aku sungguh tidak tahu kenapa aku merasakan hal seperti itu. Dan aku juga tidak tahu harus aku sebut apa perasaan seperti itu. Aku benar-benar tidak tahu apa ini. Percayalah padaku” ucapku

KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE IN SEOUL
Genç Kurgu"kau percaya dengan soulmate?" "tidak, kau sendiri ?" "aku percaya,suatu hari nanti aku akan menemukan belahan jiwaku" "hanya orang bodoh yang percaya dengan itu" Bagaimna denganmu ? Apa kau percaya dengan apa yang dinamakan belahan jiwa ? Jae In se...