Ada tiga dosa besar yang akan membuat Tessos tidak menerima jiwa manusia di dunia bawah. Satu, mereka yang menggunakan tanganya untuk menganiaya dan mengambil hidup. Dua, mereka yang menggunakan mulutnya untuk menebar kebohongan dan kedengkian. Tiga, mereka yang menggunakan pikirannya untuk kepicikan dan kekejian. Tapi dari tiga dosa di atas, ada satu hal lain yang lebih buruk, yang akan membuat Tessos mengirim jiwa manusia ke dalam api kegelapan abadi hell. Mereka yang memiliki hati tapi tidak menggunakannya saat melihat ketiga dosa itu dilakukan.
—Tiga Dosa Besar, dari Kitab Perjanjian Aksioma Tessos
Suara karnaval dan perayaan di jalanan kota terdengar hingga ke balik tembok istana. Terompet dan drum yang berdetak di udara, mungkin juga akan ada tarian seperti tahun-tahun yang lain. Di Jadecliff kami merayakan Rathúnas dengan membuat lonceng angin, menggantungnya di tebing atau pohon untuk menghargai musik alam dan memanggil berkah, dan saat senja kami akan membuat lingkaran api unggun di tebing, membakar nyala api, menari hingga tengah malam, sebelum akhirnya kami akan melepaskan lampion ke langit malam, seperti yang dilakukan semua orang. Percaya bahwa lampion akan sampai pada Heliaf di saat fajar, menemani dia seperti bintang-bintang menemani Teffa.
"Aku ingin tahu." Irene berbaring di padang rumput di belakang bangunan The Radiant, matanya menatap ke tembok hitam istana yang memisahkannya dengan kota di luar. "Apa yang terjadi di luar? Apa semua keributan itu? Aku ingin melihatnya."
Ada sesuatu di dalam suaranya yang polos, mengingatkan aku pada Dalia ketika dia menginginkan sesuatu tetapi tidak bisa memilikinya. Seperti saat dia berumur enam tahun dan kami menemukan merpati dengan sayap yang patah dan berdarah di hutan. Aku memberi tahu Dalia kalau itu tidak akan bisa diperbaiki. Dia menangis mengatakan aku benar-benar kejam karena tidak ingin membantu burung itu. Dia membawanya pulang, merawatnya tapi pagi berikutnya burung itu mati. Dalia menagis untuk satu hari itu, aku tidak mengatakan apa pun. Aku tahu bagaimana burung itu mati, itu bukan karena cederanya, dia baru akan mati mungkin tiga atau empat hari jika kami membiarkanya sendirian karena burung itu tidak mau menyentuh makanannya. Aku tahu ibuku yang membunuhnya, malam itu dia mematahkan leher merpati, aku melihatnya melakukannya. Saat aku bertanya kenapa dia melakukan itu, dia hanya tersenyum dan menepuk kepalaku.
'Sudah saatnya adikmu belajar, bahwa tidak semua yang dia inginkan bisa dia dapatkan. Dia harus belajar bahwa dunia tidak bekerja dengan cara seperti itu.' Ibuku mengedikkan bahu hampir acuh tak acuh. 'Lagi pula burung itu tetap akan mati.'
Malam itu aku sadar bahwa bahkan sesuatu selembut ibuku bisa memiliki duri.
"Berapa umurmu ketika kamu dibawa ke The Radiant?" tanyaku.
"Lima atau enam, aku tidak benar-benar ingat. Aku hanya ingat pasukkan prajurit, malam yang dingin, dan gerobak yang berguncang." Dia diam lagi, memandangi tembok seolah jika dia cukup fokus, itu akan melubanginya. "Aku tidak ingat banyak tentang hidupku di luar tembok, seperti apa itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose In the Mist and Flame [ REPOST ]✔
Khoa học viễn tưởngUpdate setiap hari Fantasy || Romance || Young Adult Grishold tempat di mana mimpi buruk hidup dan bernapas. Rosemary Roe baru saja jatuh lebih rendah di dalam hidupnya. Diseret oleh prajurit kerajaan Grishold untuk tinggal di rumah pembibitan, Ros...