Si egois membully

139 18 16
                                    

"Eh, ada cewek cacat!" seringai jahil penuh iseng seorang cowok anak pemilik yayasan SMA Kartawijaya sembari menatap remeh tanpa dosa adik kelasnya, Inayah, cewek kelas 10-IPS yang selalu membawa *kruk ketiak kemana pun akibat kaki kirinya yang tak berfungsi normal sedari lahir. Kebetulan cewek itu lewat dan bertemu tanpa sengaja di koridor depan taman sekolah, jadi sudah dipastikan akan menjadi mangsa yang empuk buatnya.

Sedangkan yang bersangkutan malah menghela nafas lelah.

"Permisi, saya mau lewat."

Izin cewek itu sopan berharap belas kasihan mereka. Namun cowok egois itu, Alfan beserta komplotannya tentu tak akan membiarkannya pergi. Mereka tak pernah bosan menghinanya, menjatuhkannya, bahkan merendahkannya.

"Eh, si cacat!"

"Eh lumpuh, mau kemana? Wkwk."

Hari ini kejahilan mereka jadi lebih ekstrem karena alat bantu jalan milik cewek disabilitas itu ditarik paksa tanpa ampun hingga menyebabkannya langsung terduduk di tanah karena kakinya yang *lumpuh hemiplegia itu tak mampu menopang beban tubuhnya.

"Dasar cewek cacat!"

"Beban masyarakat lo, wkwk."

"Ah!" Inayah merengkuh lemas menahan rasa nyeri yang mulai terasa di sekitar bagian bokongnya. Ditatapnya berbagai pasang mata jahat itu, mata-mata milik mereka yang memandangnya rendah lagi penuh hina karena terlahir tak sesempurna orang normal. Cewek berhijab segitiga itu kini memegangi lengannya sendiri menahan perih yang hampir menyeruak, tak terbendung lagi di dada. Tanpa sadar perlahan buliran demi buliran bening membanjiri kedua pipi putihnya.

Sakit. Sebuah sakit yang tak mampu terdefinisikan. Apakah dia memang sehina itu? Seaneh itu? Tak wajar dan tak ada artinya di mata mereka? Sejujurnya dia sendiri juga tak pernah berharap terlahir dengan fisik dan kondisi menyedihkan seperti ini, lantas apakah salah bila dia juga menginginkan sebuah kehidupan normal bahagia penuh tawa dan perlindungan layaknya anak lain yang sempurna?

"Kenapa kalian begini, sih? Salah saya apa?" tanya Inayah di sela-sela air matanya namun hanya mendapat cemoohan, sama sekali tidak didengarkan. Bahkan dipandang 'seperti manusia' saja tidak.

Mereka tetap fokus menertawakan cewek itu, menganggap cewek itu lebih hina bahkan rendah daripada binatang.

Hingga akhirnya secercah harapan datang.

"Heh, Alfan! Lo pikir lo bisa seenaknya, hah?!" teriak seorang cewek berambut panjang ikal yang dikuncir yang tiba-tiba muncul tanpa panggilan juga telepati. Seketika cowok egois itu mendecih kesal lalu mendengus, dia menganggap cewek yang datang itu adalah penganggu kesenangannya. Itulah satu-satunya cewek yang ingin disingkirkan dari sekolah bahkan jika perlu di bumi ini, Shafa Arum Zefanya. Saingannya terberat di kelas yang membuatnya selalu terbuang ke peringkat dua dan kini malah hadir menjadi pahlawan kesiangan bagi cewek berhijab disabilitas itu.

"Apa sih, lo! Ganggu aja!" Alfan memutar bola matanya malas. Dalam hatinya masih berkecamuk berbagai perasaan emosi labil remaja dan malah menjadikan Inayah sebagai salah satu pelampiasannya. Ya, mengolok-oloki Inayah bersama teman gengnya dianggap hiburan lelucon penuh gelak tawa. Apalagi jika cewek disabilitas itu sampai menangis, bagaikan mendengar senandung harmoni seriosa di telinga Alfan.

"Lo itu ranking 2, Fan! Apa menurut lo ngebully orang disabilitas kaya gini pantes? Sia-sia aja sih lo belajar PKN kalo nggak diaplikasiin dalam kehidupan!" mulut cewek itu kembali menyerocos tanpa rem membuat Alfan benar-benar muak, cewek polos itu sangat menyebalkan! Ingin rasanya menghancurkan cewek itu entah bagaimana pun caranya.

"Bacot!" Pada akhirnya, karena sudah terlanjur kepalang basah cowok itu beserta komplotannya mundur. Dia malas sekali menanggapi Shafa yang menurutnya sangat sok tahu dan sok hebat.

Sebenarnya dia bisa meminta siapapun dikeluarkan dari SMA Kartawijaya pada sang papa. Namun apa daya, sang papa takkan mampu melakukannya jika yang ingin diusir adalah Shafa. Lagipula sekali pun Alfan anak kandungnya, dalam lingkungan sekolah Shafa lebih terpandang. Shafa adalah anak emas SMA Kartawijaya membuat Alfan tak akan sebodoh itu langsung terang-terangan berbuat kasar seenaknya. Dia harus berpikir dua kali dan tidak boleh gegabah mengandalkan emosi semata, reputasinya sebagai peringkat dua di kelas 12-IPA juga nama baiknya yang masih suci akan terancam serta tercoreng di sekolah.

Selepas kepergian cowok seenaknya yang merupakan saingan beratnya di kelas itu, Shafa segera bergerak mendekati Inayah dan mengambil kruk ketiaknya yang terlempar asal. Kemudian membantu cewek berhijab itu bangkit. Seketika hatinya terhenyuk melihat air mata yang terbuang sia-sia hanya karena perilaku tak berkeperimanusiaan mereka, untunglah Alfan termasuk orang yang memprioritaskan gengsi eksistensinya sebagai murid teladan sehingga Shafa bisa menegurnya begini. Oh, apakah Tuhan akan membalas semua kelakuan buruknya? Shafa tak mampu memikirkannya, bahkan untuk sekedar membayangkan apa ganjaran yang akan diterima cowok itu kelak.

🗿


Keterangan ya guys #digelepinajah :

*Gambar kruk ketiak :

*Lumpuh hemiplegia : Kelumpuhan anggota gerak pada satu sisi tubuh lumpuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Lumpuh hemiplegia : Kelumpuhan anggota gerak pada satu sisi tubuh lumpuh. (Dalam cerita ini pada bagian kaki kiri, sedangkan kaki kanan masih normal.)

1US - Binar Rapuh✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang