Si egois bersenang-senang

80 16 4
                                    

"Tambah lagi, om." Alfan kini menyodorkan gelasnya lagi pada sang bartender, ini sudah ke lima kalinya dia meminta isi ulang minuman haram itu. Teman sepermainannya, Dio bahkan sampai menggelengkan kepala seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rasanya tak pernah dilihatnya cowok egois itu menjadi pecandu berat alkohol. Ada apa gerangan? Mungkinkah Alfan sedang ada masalah hingga membuatnya bak orang depresi? Soalnya cowok itu jadi kelihatan berbeda.

"Lo kuat amat, bro! Tumbenan amat minum sebanyak itu."

Yang bersangkutan alias si cowok egois itu hanya membalas racauan teman sepermainannya dengan menarik ujung bibirnya miris lagi sendu, "Gue lagi kacau soalnya, bro."

Benar. Memang rasanya Alfan jadi tidak seperti biasanya. Sama sekali tak digubris teman-teman nakal sepermainannya itu yang telah berulang kali (bahkan hingga bosan) mengajaknya menari asal dalam dentuman irama lagu beat dan kerlipan gemerlap lampu disko. Untuk kali ini, pertama kalinya dalam klub malam itu... kejadian yang benar-benar sangat langka. Kira-kira deskripsinya begini : 'cowok egois itu hanya butuh beberapa gelas minum dan segelinting rokok.' Dia benar-benar butuh pelampiasan dari segala hal yang terus menekannya ini. Entahlah, kepalanya terasa seperti tak mampu berhenti berpikir.

Dia bisa memiliki segala hal, tidak! Dia harus mendapatkan segala hal yang diinginkannya. Tidak boleh ada yang menentang, menghalau, menghalangi, apalagi menganggunya untuk meraih apa yang dia inginkan. Alfan segalanya. Alfan serba bisa. Alfan nomor satu. Alfan putra raja. Alfan harus memiliki semuanya. Alfan, Alfan, dan Alfan. Cowok itus satu-satunya penguasa.

Ya, itulah yang dipikirkannya. Bukan, lebih tepatnya itu hanyalah secuil mantra yang ditanamkan dalam otaknya sebagai bentuk sugesti perlindungan diri terhadap hal yang kian menekannya tanpa ujung ini.

Mau seberapa banyak minum juga takkan mampu membuatnya mabuk, malah semakin membuatnya terpikirkan hal-hal itu. Hal-hal yang ingin sekali dibuangnya dari dalam memori jangka pendek.

Mengapa semua rangkaian kejadian ini sungguh memusingkan kepala sekali? Oh, Alfan merasa seperti tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah ini yang dinamakan putus asa? Mungkinkah orang yang mampu memiliki segalanya itu bisa depresi juga seperti orang biasa?

Setelah dirasa kepalanya pusing tujuh keliling akibat berpikir keras juga mulai bosan karena sedari tadi hanya minum tujuh gelas dan rokok sebelas batang (namun tak kunjung menghiburnya), putera raja itu pun memilih pulang duluan meninggalkan teman-temannya. Didekatinya sedan hitam automatic hadiah ulang tahunnya ke enam belas dulu dengan tubuh dan langkah kaki yang sedikit sempoyongan. Lantas ditancapnya pedal gas menuju kediamannya di perumahan Puri Media, Jakarta Barat.

🗿

1US - Binar Rapuh✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang