Si egois bertemu sang binar

50 14 5
                                    

Netra Alfan menatap nanar anak kecil yang sudah jadi pahlawan duduk di sebelahnya. Wajahnya benar-benar polos, pupilnya berbinar dan melihatnya seperti ada api semangat kobaran yang membara. "Kakak kenapa liatin aku terus?" tanya polosnya membuat cowok itu kini tersentak. Baru disadari bahwa anak kecil itu tingkat kepekaannya tinggi.

"Gak, gapapa kok," Alfan kini membuang muka. Entah kenapa ada hal yang menarik dirinya untuk lebih mengenal anak ini namun dalam hatinya masih ada sedikit gengsi, maklumlah dia kan dulunya putera raja sebelum diusir dari kastil. Bau antiseptik rumah sakit kembali mengusik indera penciumannya sampai anak itu tiba-tiba mengejutkannya dengan berdiri di depannya.

"Kakak lagi sedih, ya?"

Alfan kini menarik ujung bibirnya sedikit menyeringai. Anak ini benar-benar menarik. Tanpa sadar, dicubitnya pipi sang anak kecil. "Aduh kak sakit tahu!" sang anak kecil mencoba menghalau jemari nakal cowok itu yang menjelajahi asal kedua pipi kenyalnya. Namun ada yang aneh, karena dia hanya menghalau dengan satu tangan yaitu tangan kanannya. Hal ini sedikit membuat tanda tanya dalam benak Alfan dan ingin mengenal anak ini lebih dalam. Tanpa sadar Alfan terkekeh, "Sok tahu, sih!"

Sekarang anak itu memajukan bibirnya lima centi, merajuk membuat Alfan jadi sedikit tidak enak. "Nama lo-eh! Ehm ... kamu siapa?" Cowok yang sudah biasa berkata kasar apa adanya itu jadi sedikit canggung karena di hadapannya adalah anak kecil dan rasanya ada yang menggerakan hatinya untuk sedikit mengerem verbal.

Kini, anak kecil itu tersenyum menunjukkan deretan giginya yang putih lagi rapih, juga lesung pipitnya yang tercetak rapi di pipi chubby-nya. Dipandangi lagi dengan detail wajah polos tanpa noda itu. Manis! Kalo udah besar pasti mantep, nih! Begitu pikir cowok itu namun dia langsung menggelengkan kepalanya. Astaga! Apa yang dipikirkannya barusan? Dia sekarang saja sudah kuliah sedangkan anak itu mungkin belum lulus SD.

"Namaku Philia Queena, nama kakak siapa?" tanya anak itu antusias juga riang. Cowok itu seketika bergeming. Nama anak kecil itu cantik sekali, bagai harmoni yang terlantun di telinganya. Membuat dadanya jadi sedikit berdegup. "Na-namaku Alfan!"

Anak kecil itu bagai magnet. Kini Alfan benar-benar tak bisa menghindarinya, netra cokelat berbinar miliknya seolah menarik Alfan semakin masuk ke dalam dunianya. "Salam kenal!" anak itu menjulurkan jemari kanannya pada cowok itu, setelah diterimanya akhirnya Alfan mulai mengoreki informasi anak itu.

"Uhm ..., tangan kirimu?" tanya cowok itu ragu-ragu sebab sedari tadi diperhatikan bahwa lengan kiri milik anak itu bergeming. Philia menoleh ringan pada lengan kirinya lalu mulai tersenyum lagi, "Udah gak fungsi lagi soalnya dulu kecelakaan dua taun."

Alfan terkejut sembari terkekeh, anak ini benar-benar menarik lagi polos. Lihat saja cara berbicaranya, ambigu. Tanda anak ini belum mengenyam pendidikan setinggi dirinya.

"Kecelakaan dua taun atau dua taun yang lalu kecelakaan?" tanya cowok itu masih penasaran.

"Oh ya! Dua taun yang lalu kecelakaan! Syukurlah kakak udah ketawa! Jadi nggak sedih lagi, kan?" Seketika cowok itu mengatubkan bibirnya, apa yang tadi sengaja dilakukan untuk menghibur dirinya?

Sekarang dia melirik tangan kiri anak itu. Pasti sedih sekali ya di umurnya yang masih belia sudah kehilangan fungsi tangan kiri? Cowok itu jadi teringat Inayah, adik kelasnya dulu yang juga memiliki keterbelakangan fisik dan selalu dibully. Alfan terhenyuk tenggelam dalam rasa bersalah.

🗿

1US - Binar Rapuh✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang