"Rumah penyandang disabilitas ini untukmu, Philia. Ini keinginanmu, kan?"
Remaja itu lantas meneteskan air matanya, luruh. Luruh sejadi-jadinya. Sedari dulu dia memang ingin sekali memiliki rumah sederhana yang dapat melindungi orang-orang bernasib malang seperti dirinya. Dia ingin sekali berada dalam suatu lingkungan damai nan nyaman karena walaupun selama ini selalu berusaha jadi anak yang kuat, dia tetap saja merasa lelah mendapat diskriminasi baik oleh ibu panti atau pun teman-teman sepermainannya.
"Sekarang, kamu tinggal disini sama mereka ya, Philia," ujar lembut ibu Dira sembari menatap bahagia remaja itu yang sudah dianggap seperti puterinya sendiri.
Setelah itu diam-diam Alfan mencari waktu untuk berduaan saja dengannya kemudian menanyakan sesuatu yang sudah lama membuatnya penasaran.
"Philia, bisakah kamu ceritain kronologis disfungsi tangan kirimu?" Pemilik binar itu pun mencoba menceritakan detail kejadian yang dia ingat, sebuah peristiwa kecelakaan tabrak lari mobil sedan hitam kala dia masih berumur delapan tahun. Tempo kejadiaannya sama dengan saat lelaki itu---menabrak seseorang kala SMA dulu. Setelah mendengarnya bercerita dengan seksama, lelaki itu yang sudah benar-benar merasa tertohok segera berlutut dalam di hadapan Philia membuat remaja itu kebingungan.
"Penabrakmu itu aku, maafin aku."
Philia tercekat, bibirnya terbungkam rapat seolah tak percaya mendengarnya. Benarkah? Benarkah? Berkali-kali banyak tanda tanya tersirat dan larut dalam pikirannya. Sebenarnya apa maksud pertemuan mereka? Apakah ada makna di dalamnya? Oh, bila dipikir-pikir mereka memang seperti sebuah pelengkap. Si egois dan sang pemilik binar yang bertemu karena takdir. Rentetan kejadian demi kejadian yang sudah diatur-Nya.Alfan, cowok itu memang dulu sangat egois dan kasar karena tabiat bawaan ayahnya dan tidak bahagia dengan kehidupannya. Dia tidak pernah mendapat kehangatan di dalam rumah, hal itu yang membuatnya berusaha mencari kebahagiaan. Bahkan dia sengaja berlaku egois dan seenaknya, hanya untuk menutupi kelemahannya. Dia sangat takut. Dia takut menderita. Pertahanannya dengan menjadi putera mahkota. Sungguh, si egois itu sangat rapuh.
Sedangkan Philia, sang remaja pemilik binar itu dulu merasa Tuhan tidak adil karena memberikannya nasib buruk seperti ini. Sudah kehilangan orang tua bahkan harus kehilangan fungsi tangan kirinya karena kesalahan orang lain, yakni si egois. Tidak berhenti sampai di situ, perlakuan semena-mena ibu panti juga telah menyakiti hatinya. Menganggapnya seolah tidak ada harga, bahkan teman-temannya juga.
Kemudian sang binar datang menolong si egois rapuh yang telah membuatnya celaka, menyelamatkannya dengan sebuah cahaya dari binaran itu. Sangat damai dan indah. Sebuah kisah orang yang seharusnya ditolong namun malah datang menolong. Sebut saja kisah sederhana ini dengan judul Binar Rapuh.
Lalu akhirnya semua kepedihan lagi kesakitan yang mereka rasakan itu tak ada artinya lagi jika berujung manis begini, terutama untuk sang binar yang sangat baik hati.
Kini ditemukan harta yang sangat berharga lebih dari apapun dalam rumah penyandang disabilitas hadiah ulang tahunnya itu. Lingkungan yang akan menyayanginya dan menerimanya, juga melindunginya. Bersama orang-orang terhebat. Bayaran dari kesabaran dan kebaikan hatinya selama ini.
"Gapapa kak, makasih ya buat semuanya."
Harapan yang tak akan sirna, binaran yang tak akan padam, perasaan yang tak akan ternodai, pikiran yang tak akan usang, kebaikan yang tak akan runtuh, kesabaran yang tak akan mengkhianati, keindahan yang tak akan hilang, dan kebahagiaan yang selalu menyertai.
Itulah Long Hope Philia.
Semoga kalian semua juga merasakannya.
Aamiin.🗿
© 2019, BINAR RAPUH.
S E L E S A I.
KAMU SEDANG MEMBACA
1US - Binar Rapuh✔
Fiksi Umum[ONE UNIVERSE STORY SERIES] WARNING! KATA KASAR BERTEBARAN! JANGAN DITIRU! BACALAH CERITA INI DENGAN BIJAK! - Alfan from Bawel vs Noob Ini adalah cerita tentang si egois Alfan dan sang binar Philia. Alfan, cowok bak putera raja karena segala keingin...