5

16.3K 592 1
                                    

Jasmine terbangun saat merasakan sinar mentari perlahan memasukki celah jendela kamarnya.

Wanita itu menyalakan ponselnya, suatu rutinitas yang ia lakukan tiap pagi setelah bangun tidur.

Mengarungi dunia maya, ia menemukan sebuah pesan yang membuatnya tersenyum lebar.

From: Sir Noah
To: Jasmine
Aku dalam perjalanan.

Jasmine membelalakkan matanya. Ia begitu terkejut saat Noah berkata ia sedang dalam perjalanan. Jasmine mengerti yang dimaksud Noah adalah perjalanan menuju kediaman dirinya. Dan lebih parahnya, pria itu mengirim pesan tersebut lebih dari setengah jam lalu. Itu berarti.. kemungkinan besar ia sudah di sini.

"Sial!" Jasmine merutuk. Ia segera bangkit dan memperhatikan dirinya di pantulan cermin. Rambut berantakan, wajah pucat, dan suara serak khas bangun tidurnya bukanlah pemandangan yang indah untuk ditunjukkan. "Sial, sial, sial!" Jasmine merutuk sekali lagi.

"Jas!" Jasmine semakin panik saat mendengar seruan Jennie yang memanggil namanya dan beberapa suara langkah kaki di luar kamarnya. Ia tak siap bertemu siapapun dengan keadaan bangun tidur seperti ini.

Jasmine baru akan menyisir rambutnya saat pintu kamarnya terbuka.

Terlambat.

Noah berdiri di sana dengan senyuman miringnya dan kedua tangan di saku celananya.

"Sir..!"

"Kau tidak perlu mencoba terlalu keras," ucap Noah tanpa menghilangkan seringaiannya, "kau selalu terlihat cantik."

Jasmine membuang wajahnya saat ia menyadari rasa panas itu mulai menjalar dari dadanya ke wajahnya. Ia yakin wajah pucatnya sudah berwarna merah karena tersipu akan ucapan Noah.

"Ah, kalian sudah berjumpa rupanya," ucap Jennie dengan napas yang tersengal-sengal. Tampaknya wanita tersebut berjalan sedikit cepat ke kamar Jasmine—mengejar langkah lebar Noah. "Noah datang mendadak. Aku tidak sempat membangunkanmu, Jas."

"Tidak apa-apa. Hm.. bisakah aku bersiap-siap sebentar?"

"Aku memberimu waktu 20 menit," jawab Noah lalu berbalik badan dan pergi dari sana.

"Kau mendengarnya," kata Jennie.

Jasmine mengangguk. "Apa kau tahu sedikit clue ke mana aku akan dibawanya?"

Jennie mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Dia pria yang penuh kejutan." Lalu ia pergi dari sana.

Sepeninggal Jennie, Jasmine yang merasa masih sedikit kebingungan itu langsung berlari ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Memoles wajahnya dengan sedikit riasan make up tipis yang tidak mencolok, dan membalut dirinya dengan pakaian kasual bertema musim semi.

Jasmine kembali dikejutkan dengan keberadaan Noah saat ia membuka pintu kamar mandinya. Pria tampan bertubuh tinggi itu berdiri tepat di depan pintu kamar mandinya sambil bersedikap tangan.

"Kau telat 5 menit," ujarnya dengan nada datar.

"Maaf—"

"Tidak apa-apa. Itu sepadan," potong Noah lalu ia membalikkan tubuhnya, "dengan penampilanmu sekarang yang selalu memukau." Dan ia pergi dari sana. Selalu meninggalkan Jasmine dengan semburat merah di wajahnya.

Seakan tersadar, Jasmine menggelengkan kepalanya sambil menepuk-nepuk pipinya. Kemudian ia dengan langkah tergesa-gesa, mengikuti langkah lebar Noah ke lantai bawah.

Di bawah, Noah sudah berdiri di samping mobil sport mewah berwarna hitam matte-nya. Bersedikap tangan sambil mendongakkan dagunya dengan angkuh. "Masuklah. Kita pergi sarapan."

Jasmine menurut tanpa bantahan. Toh, ia memang sudah cukup lapar sekarang.

Mobil yang dikendarai sang pemiliknya langsung itu tak lama terhenti di sebuah restoran Italia nan mewah yang buka 24 jam.

Jasmine yang melihat Noah turun pun ikut keluar dari mobil mahal pria itu, tanpa berharap Noah akan membukakan pintu untuknya. Itu takkan terjadi.

Noah memang pria dermawan, romantis, humoris, dan sempurna. Tapi ia tak pernah memperlakukan Jasmine sebagai ratu. Walau begitu Jasmine tetap merasa senang, hanya berdiri di samping Noah meski ia tak dapat memasukki dunia pria itu. Itu cukup untuknya.

Tak lama Noah memesankan sarapan untuknya, makanan mereka datang dalam kondisi yang masih hangat dan terlihat sangat menggiurkan untuk disantap. Keduanya makan dalam diam, hingga Jasmine merasa perutnya mulai bergejolak.

Wanita cantik itu menutup mulutnya dan melepas serbet makannya. Ia kemudian lari sekencang mungkin ke wastafel terdekat dan memuntahkan makanannya di sana.

Noah sedikit terkejut. Pria itu segera menyudahi makan paginya dan berdiri dari kursinya. Lalu Noah berjalan menghampiri Jasmine.

Beberapa pengunjung restoran tampak menatap jijik Jasmine yang masih merasa mual. Beberapa juga sampai kehilangan nafsu makan mereka dan meninggalkan tempat itu.

Jasmine merasakan seseorang menyentuh tengkuknya dan memijit kecil di sana. Ia sedikit menoleh dan mendapati Noah dengan raut wajah khawatirnya. "Sir.. aku.."

"Seharusnya kau bilang padaku kalau kau masih sakit," kata Noah.

Jasmine membasuh wajahnya dan mengelapnya dengan tisu. "Tapi aku sudah merasa baik-baik saja tadi pagi."

"Hm. Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang."

"Tidak perlu—"

"Baby Jas, turuti saja perkataanku. Ini untuk kebaikanmu sendiri."

"Tapi—" Perkataan Jasmine terhenti saat wanita itu seketika melihat tatapan Noah yang menusuk tajam, "baik."

Noah menggandeng tangan Jasmine keluar dari restoran tersebut, tanpa memedulikan puluhan mata yang menatap mereka.

Tapi baru saja mereka keluar dari pintu restoran mewah tersebut, ponsel Noah berdering. Pria itu berdecak dan mengeluarkan ponselnya tanpa melepas gandengan tangannya dengan Jasmine.

"Halo."

"Sir, Tuan Besar Kenzo Caldwell datang ke kantor dan bersikeras menemui Anda."

"Aku sibuk."

"Tapi beliau memaksa, Sir."

"Katakan pada ayahku, aku akan menemuinya besok."

"... Beliau menolak, Sir. Ini tentang ibu Anda."

"Sial. Aku dalam perjalanan ke sana sekarang. Oh ya, kirim supir dan mobil ternyaman ke restoran Italia langgananku sekarang."

Setelah menutup panggilan itu, Noah memandang Jasmine. "Aku harus pergi menemui ayahku di kantor. Supirku akan kemari. Kau pergi ke rumah sakit dan laporkan keadaanmu padaku nanti, oke?"

Jasmine sedikit mendongak saat menyadari Noah berbicara lebih panjang daripada biasanya, dan elusan lembut di rambutnya. Jasmine mengangguk kecil.

Jasmine memejamkan mata sedikit terkejut saat Noah mengecup keningnya. "Aku akan menemuimu nanti. Jangan ke mana-mana."

Dan dengan itu, Noah masuk ke dalam mobilnya dan segera melesat dari sana.

Ebook Sir Noah sudah tersedia di google play

https://play.google.com/store/books/details?id=R_q-DwAAQBAJ

Sir NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang