7

14.3K 669 6
                                    

Pukul 4 pagi, tepatnya saat jam mewah di rumah Noah berdenting 4 kali, mata Jasmine terbuka. Perutnya kembali bergejolak.

Jasmine mencoba untuk bangun. Tapi sesuatu yang terasa berat melingkar di pinggangnya.

"Sir..," lirih Jasmine sambil mencoba perlahan menyingkirkan pelukan Noah. Ia harus segera ke kamar mandi atau ia akan memuntahkan isi perutnya di ranjang Noah.

"Baby J, jangan pergi..," bisik Noah tanpa sadar dalam tidurnya.

Jasmine melirik Noah. Apa yang baru saja ia katakan?

Jasmine kembali merasa mual. Tanpa peduli pelukan Noah yang semakin mengerat, ia berlari ke kamar mandi.

Tentu saja pria tampan itu terbangun. Melihat Jasmine yang berlari, ia langsung mengejarnya.

"Apa kau sudah minum obat?" tanyanya sambil menggelung rambut Jasmine ke atas dan perlahan memijit tengkuk wanita itu.

Jasmine mengangguk pelan lalu membasuh wajahnya. "Maaf."

"Aku akan mematikan AC-nya. Kembalilah tidur," kata Noah. Jasmine mengangguk.

"Ada apa?" Noah mengangkat sebelah alisnya saat menyadari Jasmine masih bergeming di tempatnya.

Tiba-tiba Jasmine memeluk Noah erat dan menghirup aroma tubuh maskulin pria tinggi itu. "Terima kasih." Lalu Jasmine pergi kembali ke ranjang meninggalkan Noah yang masih terpana.

Noah menyentuh dadanya. Jantungnya berdegup amat kencang dan darahnya berdesir hebat. Perasaan hangat apa ini? tanyanya dalam hati.

Setelah Noah mematikan pendingin ruangan kamarnya, ia tak kembali tertidur. Ia hanya duduk di samping Jasmine sambil menelusuri wajah wanita itu.

Satu kata untuk Jasmine dari Noah. Sempurna.

- - -

Noah baru saja melepas apron hitamnya saat mendengar suara deru mesin mobil di pekarangan kediamannya.

Ia meletakkan sarapan yang baru saja ia masak untuk Jasmine di meja makan lalu menghampiri pintu depan rumah.

"Ayah."

Di hadapannya berdiri pria paruh baya yang rambutnya kini telah memutih. Ayah dari Noah Caldwell itu mengenakan kemeja putih dilengkapi jas hitam yang tak dikancing dan celana panjang hitam, seperti hari-hari biasanya.

"Noah."

"Aku pikir kita akan bertemu nanti siang," kata Noah.

Kenzo Caldwell mengangkat kedua bahunya. "Aku baru dapat kabar ada tamu penting siang ini. Apa kau keberatan aku datang pagi-pagi?"

Noah menggeleng. "Tidak."

Kenzo lalu melangkahkan kakinya masuk tanpa permisi pada sang putra. "Hm, wangi. Apa kau baru saja memasak sarapan?" Ia berjalan ke arah dapur.

"Ya."

"Oh, 2 porsi. Apa ada seseorang di sini selain dirimu?" tanya Kenzo saat melihat 2 piring omelet di meja makan.

"Tidak. Aku makan 2 porsi untuk sarapan," bohong Noah yang dipercaya sang ayah.

"Hm," pria tua itu memotong sedikit omelet buatan Noah dengan pisau dan garpu lalu memasukkannya ke mulutnya, "aku kemari untuk membicarakan perihal perjodohanmu dengan Catherine."

"Aku mendengarkan."

"Malam ini kalian akan bertemu di restoran Gill & Bert. Ayah sudah memesankan tempat untuk kalian di sana. Ini kontaknya, hubungi dia," Kenzo memberi sebuah kartu nama bertulisan Catherine Tilley.

"Baik."

"Omelet ini enak," Kenzo kembali melahap omelet buatan Noah, "dengar, Nak, Ayah sungguh berharap perjodohan ini berhasil. Ibumu—"

"Aku tahu. Aku akan mencoba yang terbaik."

Kenzo tersenyum. "Terima kasih. Kalau begitu Ayah pergi dulu. Masih ada banyak pekerjaan yang menanti. Sampai jumpa. Oh omong-omong, skill memasakmu lebih baik dari dulu."

Tanpa keduanya sadari, seseorang berdiri di tangga rumah Noah cukup lama. Jasmine mendengar semuanya. Semua yang Kenzo katakan perihal perjodohan Noah dengan seorang wanita bernama Catherine.

Tanpa Jasmine sadari, air matanya meleleh begitu saja. Dadanya terasa sesak. Noah sama sekali tidak mencintainya. Buktinya, pria itu akan meninggalkannya untuk wanita lain.

Lalu, untuk apa kamu bertahan untuknya? Sebuah suara seakan menyadarkannya.

Jasmine tertawa lirih sambil mengelus perutnya. "Dia tidak mencintaiku. Tapi kau.. pasti akan mencintaiku."

- - -

"Baby Jas." Noah membuka pintu kamarnya dan mendapati Jasmine tengah berbaring di kasur. Wanita itu tak tertidur, ia hanya diam memandangi langit-langit kamarnya.

Noah melangkahkan kakinya masuk dengan senampan sarapan baru yang ia buat kembali. "Ini sarapanmu." Ia meletakkannya di nakas.

"Aku akan pergi bekerja dan pulang nanti malam. Kau jangan ke mana-mana, aku yang bertanggung jawab atas kesakitanmu sekarang. Jennie sudah tahu dan ia mengizinkan," Noah membungkuk lalu mengecup pelipis Jasmine, "sampai nanti."

Pria itu lalu pergi dari sana.

Jasmine kembali meneteskan air matanya.

Bertanggung jawab atas kesakitannya, katanya?

Jasmine tertawa lirih sambil menghapus air mata di sudut matanya.

Ia bangkit dan mengintip lewat celah jendela kamar Noah. Setelah memastikan mobil sport hitam legam yang dikendarai pria itu telah menghilang di kejauhan, Jasmine mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Jennie.

"Jasmine?"

"M– Mrs. Franklin.." Jasmine tak dapat menahan isakan tangisnya setelah mendengar suara wanita tua di seberang sana.

"Jasmine, apa kau baik-baik saja? Apa kau menangis?" tanya Jennie dengan nada khawatir.

"Mrs. Franklin, aku.. aku ingin pulang!"

"Ya Tuhan, apa yang telah ia lakukan padamu? Tunggu di sana, oke? Aku akan mengirim Khan untuk menjemputmu."

Setelah panggilan tersebut mati, Jasmine segera membuka lemari besar Noah. Ia semakin terisak saat mendapati banyak baju-bajunya yang tergantung di sana, tepat di sebelah jas-jas mahal Noah. "Ini semua bukan milikku," bisiknya, menyadarkan dirinya sendiri.

Jasmine mengambil secarik kertas post-it lalu menempelkannya di atas nakas.

Sir Noah, terima kasih atas semua yang kau lakukan untukku. Aku sangat senang bisa berada di sisimu selama beberapa tahun ini, meski aku tahu, kau tak pernah menganggapku di sisimu. Aku cukup tahu diri bahwa aku hanyalah penghangat ranjangmu. Tapi maafkan aku, aku tak dapat lebih lama lagi bersamamu. Ada alasan yang tak dapat kuungkapkan.

Jasmine.

Air mata Jasmine menetes jatuh di atas kertas kuning tersebut. Ia melangkah mundur dan berbalik badan. Di saat itu juga ia terkesiap melihat sosok yang berdiri di hadapannya.

Ebook Sir Noah sudah tersedia di google play

https://play.google.com/store/books/details?id=R_q-DwAAQBAJ

Sir NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang