6

14.4K 626 9
                                    

"Usia kandungan Anda sekitar 3 minggu." Dokter wanita berambut putih itu tersenyum ramah. "Janinnya sehat dan—"

"Bisakah aku menggugurkannya?"

Pertanyaan Jasmine membuat dokter itu terkejut. "A– apa? Kenapa? Anak ini adalah anugerah dari Tuhan. Kenapa kau mau menggugurkannya?"

"Aku belum menikah," Jasmine menundukkan wajahnya, "ayahnya takkan menyukai kehadiran anak ini."

Dokter itu menghela napas. "Aku sering menghadapi hal seperti ini," ia memegang tangan Jasmine, seolah menguatkannya, "percayalah, kau takkan menyesal setelah melahirkannya nanti. Dan jika pria itu takkan menyukai anak ini, itu berarti ia tak mencintaimu juga. Tapi anak ini, akan mencintaimu lebih dari apapun karena kaulah ibunya. Saat itulah kau akan merasakan apa itu cinta sejati."

Jasmine menitikkan air matanya. "Aku mencintai pria itu."

"Sudah pasti, itu terlihat dari kau yang hendak melepaskan anak ini untuknya. Tapi.. pikirkan lagi perkataanku, oke?"

Jasmine mengangguk dan pergi dari sana dengan wajah sembab.

- - -

"Apakah semuanya baik-baik saja, Nona?" tanya supir pribadi Noah yang diutus untuk mengantar jemput Jasmine hari ini. Jerry—pria tua itu—sedari tadi menyadari raut wajah Jasmine yang tampak murung.

Jasmine mendongak dan menatap mata Jerry lewat kaca spion yang terletak di atas kepalanya. "Aku baik-baik saja." Ia tersenyum.

Jerry melirik secarik kertas di tangan Jasmine kemudian ia ikut tersenyum. "Istriku dulu sepertimu. Ia tidak ingin memiliki anak dan hendak menggugurkan anak kami. Tapi semuanya berubah begitu ia melahirkan William. Semua terasa indah dan hidup kami sempurna meski tak bergelimang harta."

Jasmine terkejut. "Aku—"

"Tidak apa. Aku akan menyimpan rahasia ini. Anda bisa mempercayaiku."

"T– terima kasih."

Sisa waktu perjalanan dihabiskan Jasmine dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi sambil mendengarkan alunan musik klasik yang disetel dari radio mobil Cadillac hitam milik Noah.

Pria itu kemungkinan besar akan marah dan mengusir Jasmine lalu menyuruhnya menggugurkan anak itu. Atau.. mungkinkah pria itu akan menerima anak mereka?

Jasmine menggelengkan kepalanya. Itu tidak mungkin.

Jasmine kembali memikirkan perkataan dokter tadi dan perkataan Jerry. Mungkinkah.. ia bisa sebahagia itu?

"Jerry," Jasmine memanggil pria tua di yang tengah mengemudikan mobil mewah tersebut. "Ya, Nona?"

"Andai kau seorang orang tua tunggal, apakah kau tetap bahagia?" tanya Jasmine.

Jerry tersenyum lebar. "Tentu saja. Pusat kebahagiaanku terletak pada putraku, Nona. Aku bisa hidup tanpa harta, tapi aku takkan mampu bertahan tanpa putraku."

Jasmine menghela napas. "Jika kau harus memilih antara putramu atau istrimu, mana yang akan kau pilih?"

"Jawaban semua orang tentu berbeda. Seperti diriku. Mungkin banyak orang akan memilih istri mereka. Tapi aku akan memilih putraku karena aku tahu, istriku pasti menyetujui hal yang sama," jawab Jerry, "semuanya pilihanmu, Nona. Saatnya Anda bahagia."

---

Jerry menghentikan mobil yang disetirnya di depan pintu sebuah rumah bertema modern, sesuai perintah sang atasan untuk mengantar Jasmine ke rumahnya.

Jerry menghentikan mobil yang disetirnya di depan pintu sebuah rumah bertema modern, sesuai perintah sang atasan untuk mengantar Jasmine ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih Jerry," ucap Jasmine sebelum membuka pintu mobil. "Sama-sama. Ingat, saatnya Anda mencapai kebahagiaan Anda, Nona." Jasmine tersenyum dan mengangguk.

"Bagaimana kata dokter?" Sebuah suara mengejutkan Jasmine yang baru saja masuk ke ruang utama rumah megah tersebut.

"H- hanya maag biasa," jawab Jasmine sambil menyembunyikan kertas USG dari rumah sakit di balik tas clutch hitamnya.

Noah bersedikap tangan. "Sudah berapa kali kukatakan, jangan telat makan dan terlalu banyak makan pedas. Kau masih saja melanggarnya."

"M- maaf," lirih Jasmine sambil menahan senyuman. Apakah Noah peduli dengannya?

"Pergilah ke kamar dan beristirahatlah. Aku sudah berbicara pada Jennifer, kau menginap di sini," kata Noah sambil memegangi kepalanya yang merasa sedikit pusing.

Sepeninggal Jasmine, Noah mengeluarkan sebuah foto polaroid dari saku kemeja putih yang sedang ia kenakan. Seorang wanita tua tersenyum di sana, meski di sekujur tubuhnya terpasang alat-alat medis yang membantunya bertahan hidup. Di sampingnya berdiri seorang wanita cantik yang masih muda dan tampak sangat modis. Wanita itu tersenyum sambil memeluk sang wanita tua tadi.

"Pikirkan kembali, Nak. Catherine adalah wanita yang baik. Apalagi terutama ia bisa menjaga dan menyayangi ibumu."

Perkataan sang ayah tadi mengiang-ngiang di kepala Noah.

Tiba-tiba wajah Jasmine muncul di bayangannya. Wanita cantik yang pendiam, tapi bisa menjadi liar pada waktunya. Hal itu membuat Noah tersenyum.

Tapi.. ibunya..

Noah mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ayahnya. "Aku terima tawaran Ayah."

"Bagus. Besok Ayah akan ke rumahmu."

Noah mematikan panggilan tersebut begitu saja. Ia menggaruk kepalanya kasar. Apa yang baru saja ia lakukan?!

Menerima perjodohan dengan wanita bernama Catherine itu berarti ia harus melepaskan Jasmine kah?

Tapi dia hanya seorang pelacur, kau masih bisa memainkannya.

Sebuah suara berbisik di telinganya.

Noah sedikit mendongak. Hei, suara itu benar.

Pria itu tersenyum puas nan picik.

Sementara itu Jasmine terduduk di tempat tidur empuk milik Noah pribadi. Ia mengelus perutnya yang masih rata dan berbisik, "Maafkan Mama, Nak. Mama terlalu mencintai Papamu. Kamu yang harus pergi." Jasmine menitikkan air matanya. 

Inilah pilihannya. Ia memilih Noah. Ia takkan memilih orang yang bahkan ia belum kenal. Ia mencintai Noah, dan hanya Noah.

Jasmine segera menghapus air matanya saat pintu kamar tersebut terbuka. Noah melangkah masuk dengan langkah lebarnya.

"Apa kau baru saja menangis?" Pria itu bertanya.

Jasmine tak dapat mengelak. Ia mengangguk, "Hanya sedikit tidak nyaman dengan rasa sakitnya."

Noah mengambil sebuah minyak angin dari meja di dekatnya. Ia melangkah mendekat dan menyibak baju Jasmine hingga sebatas dada. Dengan lembut ia mengoleskan minyak itu di sana.

Air mata Jasmine kembali menumpuk di balik pelupuk matanya. Itu anakmu yang sedang kau elus, Sir.., batinnya dengan sedih.

---

Ebook Sir Noah sudah tersedia di google play

https://play.google.com/store/books/details?id=R_q-DwAAQBAJ

Sir NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang