Bukan buat lu

68 6 2
                                        

(Rayhan's POV)

Aku bangun kembali untuk sekolah dan saat kusedang turun ke bawah.


" Selamat pagi, Ray." Ucap Fafa seraya tersenyum manis.

" Muak gue liat lu. Ngertikan maksud gue apa?" Ucapku.

" Tapi, Fafa ngga bakal pernah muak sama Ray." Jawabnya.

" Jangan nunjukin muka lu lagi ke gue." Ucapku.

" Mustahil. Kita juga satu rumah, satu sekolah, lagipula... Fafa udah mutusin selalu dekat sama Ray." Jawabnya balik.

" Terserah." Ucapku lelah adu mulut dengannya.

" Ray, ngga sarapan lagi?" Tanya Fafa yang melihatku memasang sepatu.

" Ngga perlu." Jawabku.

" Mba, Fafa ngga jadi sarapan." Ucap Fafa ke salah satu pembantu.

" Lu ngga sarapan? Semalem muntah-muntah juga." Ucapku.

" Fafa, udah baikan kok." Jawabnya.

" Kalau gitu ngga masalahkan lu berangkat sendiri." Ucapku masuk ke dalam mobil dan tanpa menunggu jawabannya, aku pergi.

Sesampainya di sekolah...
" Ray, ntar penjas lu ikut ga?" Tanya joe menghampiriku.

" Tergantung materinya." Jawabku.

Disaat itupula bel berbunyi dan guru B.indo kami, pak Awan, masuk.
Tapi...

' Kok... si Fafa belum datang?'

Sudah 15 menit pelajaran dimulai dan Fafa belum datang sampai...

" Pak, maaf Fafa telat !" Ucap Fafa masuk ke kelas dengan penuh rasa penat.

" Kamu kenapa telat ? Ini pertama kinya bapak liat kamu telat masuk." Ucap pak awan.

" Macet pak." Jawab Fafa.

" .... ini bakal jadi yang pertama dan terakhir nya kamu telat, ngerti ?" Ucap pak Awan.

" Iya pak." Jawab Fafa tersenyum lega, salim ke pam Awan lalu duduk di bangkunya.

' ini feeling gue doang apa dia keliatan lebih cape dari biasanya..?'

Pelajaran berlangsung seperti biasa sampai terdengar bel istirahat pertama dan tidak selerti biasanya, Fafa hanya terdiam dimejanya dengan posisi  tidur.

" Mantap, hati hati sang Ray udah diambil sama Fasya." Ucap Joe.

" Najis lu, udah ah gue mau ganti baju." Ucapku mengambil pakaian olahragaku lalu pergi ke toilet.

*****

( Fasya's POV )

' Panas... kepala Fafa sakit...'

Rasa sakit yang sering aku rasakan kembali muncul. Rasa sakit dari dalamku sesuatu yang mempersingkat hidupku.

Blood withinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang