Rumah

30 5 0
                                    

( Ray's POV )

Sesampainya dirumah Fasya, kami masuk kedalam rumah itu tanpa mengatakan sepotong kata apapun.

" Benaran kosong... " Gumam Fasya.

" Barang-barang lu udah dianter ke rumah kita, sisa barang-barang yang kecil." Jawabku.

" Ok." Ucap Fasya masuk ke salah satu kamar.

Aku hanya bersandar disalah satu dinding dan melihat sebuah bingkai foto yang didalamnya terdapat foto Fasya dengan kedua orangtua-nya.

' Palingan dia nangis didalam.. '

" Ray, aku boleh bawa ini gak ?" Ucap Fasya menghampiriku sambil membawa buku album.

" Bawa aja. Oh ya, ini punya lu kan ?" Ucapku menyerahkan bingkai foto itu dan dia tersenyum kecil menerimanya.

" Makasih Ray." Ucapnya.

" Lu nggak perlu ngucapin terimakasih ke gue." Jawabku.

Tiba - tiba ...

" Fafa ?" Ucap seseorang didepan pintu.

*****

( Fasya's POV )


Saat aku membuka pintu rumah, kak Vino sedang berdiri dengan tampang penuh ke khawatiran.

" Kak Vino." Ucapku.

" Gue nyari lu juga. Lu kemana aja?!" Ucap kak Vino memegang kedua pundakku.

" Lu bisa nggak, nggak alay gitu? Malu-maluin tau nggak." Ucap Ray berdiri dibelakangku.

" Aku baru datang lagi kesini." Jawabku melepaskan tangan kak Vino dari pundakku.

" Lu Ray kan? Hubungan lu sama Fasya apa?" Ucap ka Vino menatap tajam Ray.

" Hanya kenalan biasa." Jawab Ray dengan datar.

" Fasya, kenapa barang-barang dirumah lu ngilang ?" Tanya kak Vino.

" Mulai dari kemarin Fasya tinggal dirumah Ray." Jawabku.

" Kok gitu ?!" Ucap kak Vino.

" Memang udah takdirnya. Udah ah, gue mau balik." Ucap Ray berjalan masuk ke dalam mobil

" Kak Vino, aku duluan ya." Ucapku menyusul Ray.

Kami kembali ke rumah Ray dan saat kami membuka pintu rumah, ada 5 orang pria berdiri diruang tamu dengan jas kerja mereka.

" Ray, kami tidak bisa menerimamu sebagai pemimpin baru." Ucap salah satu dari mereka.

" Pak, tunggu sebentar. Bapak sekalian  masuk kerumah saya dan langsung menyerang. Itu namanya nggak sopan." Jawab Ray seraya menarik tanganku hingga ke lantai atas.

" Lu langsung masuk ke kamar." Ucap Ray.

" Tapi Ray..."

" Turutin aja." Ucap Ray dengan penuh penekanan menuruni anak tangga.

*****

( ???'s POV )

Aku sedang berbaring dikasurku seraya menatap layar HP-ku.

" ??? ! Kamu lagi ngapain di dalam ?" Ucap ibu yang berdiri didepan pintu kamarku.

" Lagi belajar !" Jawabku.

" Yang benar belajarnya. Malu kamu udah nggak naik kelas 2 kali." Ucap ibu berjalan pergi.

" Iya iya." Jawabku seraya menelpon seseorang.

" Halo ?"

" Hai Fasya ?"

" ??? , ada apa ?"

" Lu tau si Ray kemana gak ?"

" Tau, memangnya kenapa ?"

" Gue telpon kagak diangkat dari tadi ?"

" Ray lagi sibuk tadi, dia kedatangan tamu."

" Oh... gitu, ya udah deh bye."

Aku langsung menutup telponku, lalu mengambil secarik foto dari bawah bantalku.

' Ray... lu nggak imut kayak difoto ah...'

" Tapi, karna itu kita saudara."

Seandainya dia tau, aku ada
Andai ia tau, dia tidak sendiri
Menemani kamu melalui
Caraku sendiri, Ray
Ingin sekali kukatakan
Kamu tidak pernah sendiri
Aku akan selalu ada denganmu
Kamu selalu mempunyai rumah
Tempat orang-orang yang peduli padamu berada.

*****

Blood withinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang