( Rayhan's POV )
Semenjak malam itu, hubungan kami sebagai sepasang anak yang tingga di satu rumah berlanjut.
" Ray, tanggal 15 nanti orangtua kita belum balik ?" Tanya Fafa yang sedang duduk dipinggir kasurku.
" Belum. Itu bukannya 2 hari lagi ?" Tanyaku balik sambil membaca buku di kursi.
" Iya..." Jawab Fafa.
' Sampai kapan gue harus bohong... '
Sebenarnya...
~flashback~
" Bunda, ada apa ?"
" Ray, sebenarnya kami balik tanggal 13."
" Oh, ngga jadi 2 minggunya ?"
" Papanya Fafa udah dapet kerja, tapi biar bisa kasih surprise ke Fafa, kita pulang lebih cepat."
" Surprise knapa ?"
" Fafa tanggal 15 ulang tahun. Jadi kamu jangan kasih tau Fafa ya."
" Ok."
~~~
Aku mendapatkan telpon itu saat menemani Fafa dikamarnya. Tanpa menunggu jawaban bunda, aku mematikan telponnya.
" Jadi hari ini mereka balik..." Gumamku.
" Ray, ada apa ?" Tanya Fafa.
" Gue seneng aja." Jawabku seraya tersenyum kecil.
Entah mengapa sebahagianya diriku, tidak dapat kutunjukkan senyum lebarku.
Terutama dalam hal ini.
Senyuman kecil bukan karena aku tak sanggup, melainkan sesuatu
menahan senyumanku.Menahan diriku bahagia.
Menahan senyuman lebar muncul.
Dengan kabar perginya
dirimu dalam kehidupan
sehari-hariku." Ray, mau tau Fakta ga ?" Tanya Fafa melihatku.
" Apa ?"
" Orang yang ditinggal mati oleh seseorang lebih sengsara." Ucapnya.
" Itu sudah jelas, orang yang mati juga tidak bisa berpikir dan merasa lagi." Jawabku.
" Ray sedih ngga kalau aku pergi ?"
" Buat apa lu nanya beginian ?" Tanyaku.
" Aku penasaran aja." Jawabnya.
" Entah, lagian juga kita cuma kebetulan habisin waktu bareng." Jawabku.
Disaat itu pula...
WA berupa foto tiket dari bunda.
Tanda lenerbangan serta waktu
penerbangan. Tanda
pertemuan aku dengannya
akan berakhir dan kembali
menjadi orang asing.Langit sudah gelap, waktu menunjukkan pukul 9 malam. Saat ini aku sedang menonton TV seraya tiduran di sofa.
" Ray belum tidur ?" Tanya Fafa yang sedang turun tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood within
RomantizmSemua manusia Sama. Setidaknya itu yang kudengar. Hemofilia adalah kutukan yang ditimpa kepadaku. Perlindungan yang selalu kudapat sepanjang hidupku. Status dan uang bukanlah suatu masalah bagiku. Hidupku dapat dikatakan sempurna. Tapi.. Saat ia dat...