kasih sayang?

95 6 0
                                        

(Rayhan's pov)

Langit sudah gelap, aku sedang membaca buku di kasurku. Hingga, terdengar suara ketukan dari depan pintu kamarku.

"Ray, ini Fafa." Ucap dari depan pintu.
'Lu gausah nyebutin nama gua juga udah tau'

"Apaan ?" Balasku.
"Ray, makan yuk..." Balasnya balik.
"Gue gak makan." Balasku singkat.
"Ray harus makan...Fafa gaenak makan sendiri" Jawab Fafa dengan nada membujuk.
"Makan sendiri aja sana! Ribet banget lu!" Balas ku kesal.
Untuk sesaat hening, tidak ada jawaban.

'Bagus..dia udah nyerah' Batin ku lega hingga...

"Kalau Ray nggak makan, Fafa juga nggak makan." Ucap Fafa yang entah kenapa dapat kurasakan rasa takut dari suaranya.
"Yaudah, rugi lu.." Balasku tak peduli.

Entah mengapa, aku merasa
bersalah dengan jawaban ku sendiri. Seakan dari suara yang aku dengar dari nya. Ini kesalahan terbesar dalam hidupku.


Keesokan harinya...

Setelah bersiap-siap, aku turun kebawah untuk sarapan.

"Ray, selamat pagi.." Sapa Fafa yang lagi duduk di kursi meja makan.
"Mbak, roti sama bekalnya?" Tanyaku pada salah satu pembantu.
"Ini mas." Ucap salah satu pembantu memberi bekal dengan roti selai coklat lalu pergi ke pintu depan.
"Ray langsung berangkat ?" Tanya Fafa. Aku hanya mengangguk.

Saat aku hendak masuk
ke dalam mobil, Fafa sudah menyusulku.

"Ray, sarapannya itu aja ?" Tanya Fafa.
"Iya, lu udah selesai makan nasi gorengnya ?" Tanyaku balik sambil masuk ke dalam mobil.
"Baru 3 suap sih, Ray ngga lapar? Tadi malam kita kan ga makan." Ucap Fafa khawatir.
"Lu beneran ga makan? Alay banget lu, gue udah biasa ga makan malam. Lu jangan sok khawatir." Ucapku sambil menutul pintu.
"Oh ya, ini mobil pribadi gue. Jadi lu kesekolah sendiri" Lanjutku seraya menutup jendela mobil.
"Pak, jalan aja" Ucapku kepada supir mobil, lalu berangkat ke sekolah.

Disekolah...

"Eh, lu udah belajar buat MTK belum ?" Tanya Joe.
"Udah lah jelas." Jawabku
"Gua mah saking pinternya kagak belajar." Jawab Joe bangga.

Disaat itu, bel bunyi
bertanda masuk bersamaan
dengan datangnya Fafa.

"Pas lu!" Ucap temannya.
"Tadi lama nunggu ojek nya" Balas Fafa masih tersenyum.

Pelajaran dimulai seperti
biasa hingga masuk jam istirahat. Dari pucatnya muka Joe, aku tau dia putus asa dengan ulangan tadi.

"Gila, otak gua gabisa jalan." Ucap Joe.
"Sejak kapan otak lu punya kaki." Balasku seraya tertawa.
"Elah, gue tau lu rank 2 di IPA MTK udah kayak mapel lu, tapi jangan bikin gua makin sengsara !" Ucap Jeo, hingga...

"Ray, ada yang manggil lu.." Ucal andi, anak kelas menunjuk ke arah pintu depan.

Seorang perempuan dengan rambut dikuncir kuda sedang tersenyum melihat kami.

Aku keluar dari kelas mengikuti perempuan itu hingga sampai didepan gedung sekolah.

"Ray, nama gue Mita dari kelas 11 IPS. Gue sayang sama lu." Ucapnya.
"Gue gabisa nerima perasaan lu, sorry." Jawabku.
Dan seperti biasa, aku kembali ke kelasku.

Semua rasa cinta mereka itu palsu. Semua ilmu yang aku dapatkan hanya kugunakan untuk menjadi ahli waris. Semua ini tidak akan berguna dihadapan kutukanku.

Sesampaiku dikelas, seperti biasa. Sepi. Tapi yang membadakan dari biasanya adalah hari ini. Fafa duduk di bangku depan ku dengan bekal yang tertutup.

"Ray, akhirnya Ray datang... Tadi Fafa cari ngga ada." Jawab Fafa dengan tersenyum manis.
"Lu mau makan, makan aja. Gausah nunggu gue." Jawabku kesal, lalu duduk dibangku-ku dan memakan bekal-ku.

"Ray habis darimana?" Tanya Fafa berbalik melihatku sambil mengunyah makanannya.
"Habisin dulu yang dimulut. Gue habis nolak orang." Jawabku kembali makan.
"Kenapa ditolak? Dia sayang sama Ray kan ?" Tanya Fafa.

"Emang dia tau penyakit gue? Orangtua gue aja...."
"Mereka sayang Ray..." Potong Fafa dengan nada menekan.

"Lu tau apa?! Kasih sayang mereka hilang setelah mereka tau gue punya penyakit ini! Gue cuma dimanfaatin sebagai pewaris! Gue selalu dilindungin! Lu tau apa?! Lu ngga tau penderitaan guee!!!" Ucapku seraya membentaknya.

Aku yang membentak
Fafa tak bisa menahan amarah lagi. Akan tetapi, ia menatapku dengan tatapan lembut dan entah mengapa sedih. Ia menggenggam tanganku lalu tersenyum manis.

"Fafa nggak tau, kerana itu Fafa mau bantu Ray. Fafa nggak bakal biarin apapun lukain Ray." Ucapnya.

☆☆☆☆☆

Blood withinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang