(Rayhan's POV)
Aku hanya duduk dikursi belakang mobil sambil melihat pemandangan dari kaca mobil yang tertutup.
Masih jelas dipikiranku bagaimana ia menatapku dengan kelembutan dan perhatian. Sesampainya dirumah..
"Ray,kamu sudah pulang?" Ucap bunda yang tidak biasanya duduk diruang tamu dengan papa dan seorang wanita dengan lelaki, terlihat seperti suaminya.
"Selamat datang. Om,tante.." ucapku salim kepada 2 orang itu dan tak lupa bunda dan papa.
"Ray, sebenarnya bunda sama papa mau ke Eropa hari ini sama mereka." Ucap bunda.
"Oh, yaudah. Emangnya sampai kapan?" Tanyaku.
"3 hari aja kok. Tapi,anak mereka nginap disini nggak apa-apa?" Ucap papa.
"Nggak apa-apa kok." Jawabku tersenyum palsu.
"Oh ya, namanya dia Fasya ya?" Tanya bunda.
"Iya,nah itu dia.." saat kumelihat kearah pintu.Perempuan yang kutemui dikelas dengan mata lembut, rambut hitam se-siku Dan senyuman lembut terlukis diwajahnya.
"Maaf Fafa telat, om, tante Nama saya Fasya panggil aja Fafa." Ucapnya salim kepada orangtua dia dan bunda serta papa.
' jadi,dia yang bakal tinggal disini? Gue kira anak kecil...'
" Yaudah Fafa, baju kamu ada dikamar atas ya. Disamping kamar Ray " ucap bunda.
"Terima kasih ya tante, om... " Ucap Fafa.
" Yaudah, kita berangkat dulu." Ucap ibu Fafa.'Semoga gua tahan 3 hari sama dia...'
" Ray, jaga Fafa. Temenin dia." Ucap papa.
" Memangnya kenapa ?" Tanyaku.
" Dia hampir sama denganmu " ucap bunda.Dapat kulihat kedua orangtua Fafa memeluknya seraya meneteskan air mata dan dia hanya membalasnya dengan senyum lembut dan membalas pelukan.
' Sama darimana? Gue laki dia perempuan. Gue dijaga karena pewaris, dia disayang dengan penuh kasih. Mana samanya? '
Saat mereka sudah pergi meninggalkanku dengan Tasya serta para pembantu rumah, aku hanya duduk di sofa dan menyalakan TV.
" Ray... "
" Please selama 3 hari lu disini, jangan pernah ganggu kehidupan gue atau sampe bikin gue terluka " Ucapku.
" Ray, Fafa tau kondisi Ray. Tapi kenapa Ray nggak salim sama ortu Ray. Kan gaada hubungannya. " Ucap Fafa polos.
" Biarin aja, pas datang juga pasti gua salim""Oh iya...." Lanjutku.
Aku membuka tas ku, lalu mengeluarkan kotak pensilku." Serutin pensil gue " Ucapku menyodorkan kotak pensil.
" Ray nggak bisa sendiri? " Tanya Fafa.
" Ntar kalo gue kebeset besinya gimana? " Jawabku.
" Ga mungkin Ray.. " Balas Fafa.
"Orangtua gue bilang bisa aja. Plus gua searching waktu itu, kemungkinannya juga 0,003% " Jelasku seraya mengganti chanel TV.Fafa pun mulai berjalan kearah tong sampah.
" Hanya sekecil itu Ray..."
" Selama bukan murni 0%, gue ga mau"
" Berati orangtua Ray sayang bangt ya sama Ray. " Ucap Fafa sambil meraut pensil Ray di atas tong sampah.
" Sayang? Itu yang lu liat? " Gumamku dengan suara kecil yang hanya dapat didengar olehku.
*****(Fasya's POV)
Aku terduduk di sofa setelah meraut pensil Ray. Akan tetapi saat aku sedang meraut, Ray pergi ke kamar nya tanpa mengucap apapun.
' apa tadi Fafa menyinggung Ray? ' Gumamku.
" Mbak kaget ya sama mas Ray? " Ujar salah satu pembantu Ray
" Maaf ya mbak, tapi Fafa ngga tau apa salah Fafa " Jawabku.
" Mas Ray dari kecil selalu ditinggal sama orangtua nya. Jadi agak sensitif gitu mbak. " Jelas si pembantu itu.' Ray udah banyak berubah... ' batinku.
Pertemuan pertamaku dengannya.
Ia, tersenyum manis kepadaku.
Dalam pertemuan itu, kamu memberiku dorongan untuk menjalani hidup dengan semangat dan senyuman." Fafa mau bantu Ray..." Gumamku meyakinkan diri.
' karena tanpa Ray, Fafa nggak bakal ada disini..'
☆☆☆☆☆

KAMU SEDANG MEMBACA
Blood within
RomanceSemua manusia Sama. Setidaknya itu yang kudengar. Hemofilia adalah kutukan yang ditimpa kepadaku. Perlindungan yang selalu kudapat sepanjang hidupku. Status dan uang bukanlah suatu masalah bagiku. Hidupku dapat dikatakan sempurna. Tapi.. Saat ia dat...