( Fasya's POV )
Aku sedang belajar disekolah seperti biasa, dan Ray belajar seperti biasa. Aku teringat kembali percakapan kami dirumah.
*Flashback
"Ray, beneran berhenti sekolah?" Tanyaku."Iya, besok pulang sekolah gue omongin ke semuanya." Jawab Ray seraya membaca buku.
"Tapi..."
"Lu sendiri gimana?" Tanya Ray.
"Gimana apanya?" Tanyaku bingung.
"Rumah lu mau gimanain?"
"Oh, itu kan kontrakan. Jadi minggu deoan udah abis." Jawabku.
"Yaudah, besok habis pulang sekolah gue bantu packing."
*****
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Ray lalu berdiri didepan kelas.
"Guys, gua ada pengumuman." Ucap Ray.
"Mau ada acara lagi Ray?" Tanya Tina, sekretaris kelas.
"Meluin, sini bentar." Ucap Ray. Meluin pun maju dan Ray merangkul pundaknya.
"Mulai sekarang, tanggung jawab Meluin balik lagi ke dia. Karena mulai hari ini gue berhenti sekolah." Jawab Ray.
Seperti dugaanku, satu kelas menjadi ribut mendengar kabar Rayhan si anak sempurna berhenti sekolah.
"Kenapa Ray?!" Tanya Beni.
"Karena ada alasan tertentu jadi, sebagai pengganti gue, gue nyalonin Fasya." Ucap Ray melihat ke arahku.
'Hah? Aku wakil...?!'
"Fasya, Meluin, gue serahin semuanya ke kalian." Ucap Ray.
"Ray, aku nggak bisa!" Balasku.
"Bisa. Kalau lu nggak bisa, mana gue nyalonin lu dan gue juga percaya sama lu." Jawab Ray.
"Mantap lu Ray. Mau keluar malah goda amak orang." Ucap Meluin.
"Gue setidaknya nggak bolos dan nggak kabur ngerjain tugas lu." Ucap Ray dan dibalas tawaan oleh yang lain.
"Yah, pangeran sekolah keluar." Ucap Joe yanh berdiri di sampingku.
"Ray disukain banyak orang.." jawabku.
"Lu ngefans sama Ray?" Tanya Joe.
"Aku bukan ngefans!" Jawabku.
"Iya iya, tapi lu nggak sedih kalau dia keluar. Kan lu ketemu juga dirumah." Balas Joe seraya tersenyum jahil.
"Kamu tau?!" Ucapku terkejut.
"Tau lah. Waktu pemakaman gue dateng dan gue juga liat waktu Ray ngebela lu." Jawab Joe.
'Jadi Joe tau... apa Ray...'
"Oh ya, tenang aja gue nggak bakal nyebar kok. Kalau disebar, lu dibully ntar sama fans-nya dia." Jawab Joe.
"Makasih Joe." Ucapku.
"Tenang aja. Gue juga sebenarnya ngefans sama lu. Tapi gue bukan tipe yang rebut punya temen sendiri." Jawab Joe.
"Joe, yang benar!" Ucapku.
"Fasya, tolong jaga Rayhan. Jaga temen gue ya. Gua titip dia ke lu." Ucap Joe tersenyum lembut.
"Gue nggak perlu dititipin segala. Gue bukan barang." Jawab Ray menghampiri kami.
"Lu nguping ya?" Canda Joe.
"Lu yang ngomongnya gede jir.." Jawab Ray.
Saat kami menuju gerbang sekolah, mobil Ray sudah menunggu seperti biasa.
"Fa, masuk!" Ucap Ray yang masuk ke dalam mobil.
"Aku boleh ikut sama Ray?" Tanyaku.
"Kan kita mau kerumah lu dulu. Gimana sih." Jawab Ray.
"Makasih Ray!" Ucapku seraya masuk ke dalam mobil.
"Lu jangan kaget ntar rumah lu rada kosong." Ucap Ray.
"Memangnya barang-barangku udah dipindahin?" Tanyaku.
"Udah sebagian. Oh ya, sampe sana lu jangan nangis atau ngeflashback kayak disinetron, gue gasuka." Jawab Ray.
Ku tersenyum kecil.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood within
RomanceSemua manusia Sama. Setidaknya itu yang kudengar. Hemofilia adalah kutukan yang ditimpa kepadaku. Perlindungan yang selalu kudapat sepanjang hidupku. Status dan uang bukanlah suatu masalah bagiku. Hidupku dapat dikatakan sempurna. Tapi.. Saat ia dat...