Prolog

5.3K 378 45
                                    

Namaku Sakura Michaelis, usiaku 21 tahun dan seorang mahasiswa tingkat 3. Aku terkenal dengan rambutku yang berwarna merah muda dan juga merupakan putri dari Pengusaha terkaya di Amerika. Ibuku sudah tiada sejak aku kecil dan kini Ayahku kembali menikah dengan seorang wanita yang sering kali membuatku kesal. 

Ibuku berasal dari Jepang dan Ayahku berasal dari Inggris, karena itu mereka menamaiku Sakura Michaelis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ibuku berasal dari Jepang dan Ayahku berasal dari Inggris, karena itu mereka menamaiku Sakura Michaelis. Leonardo Michaelis itulah nama Ayahku, dan Lili Mirai Michaelis adalah ibu kandungku. Sedangkan Yeon Hee Michaelis dan Trisca Michaelis, mereka bedua adalah Ibu dan adik tiriku.

Untuk mencapai puncak kesuksesan, Ayahku melakuka cara apapun setelah kepergian Ibuku. Sikapnya berubah setelah ia kembali menikah dengan ibu tiriku, tetapi aku tahu jika Ayah selalu mengawasiku. Walaupun aku tidak meminta, ia akan membelikan apapun yang aku mau. Berbanding dengan Trisca yang hanya bebreda satu tahun denganku, ia terlalu manja hingga selalu merepotkan ayahku.

"Dasar orang kaya baru." Cibirku setiap kali mendapati Trisca meminta banyak hal kepada ayah.

Trisca Michaelis, gadis manja dan selalu menganggapku sebagai rivalnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Trisca Michaelis, gadis manja dan selalu menganggapku sebagai rivalnya. Memiliki sifat angkuh dan juga sombong, bahkan ia lupa jika berasal dari keluarga miskin sebelumnya. Dan juga gadis itu selalu saja mengambil para lelaki yang mendekatiku. Trisca berparas cantik, ia juga berwajah asia sepertiku tetapi ia jauh lebih cantik daripada diriku.

Aku jarang memperhatikan penampilanku sedangkan Trisca selalu bergaya modis dan style yang ia miliki mengikuti perkembangan zaman. Kami berdua berbeda, jelas berbeda karena kami berbeda orang tua. Dan karena kecantikannya itu Ayah selalu membandingkannya denganku.

Hari-hariku di kampus bahkan tidak pernah tenang, Trisca selalu saja menggangguku dan berakhir dengan menangis mengadu pada Ayah. Menyebalkan, tetapi Ibu tiriku tidak pernah menyalahkanku. Tetap saja aku harus waspada kepada kedua rubah betina itu.

Kampus bersejarah Elon terletak di wilayah Piedmont Carolina Utara , bersebelahan dengan Burlington , sebuah kota berpenduduk 50.000. Elon berjarak 20 menit dari Greensboro dan dalam satu jam berkendara dari banyak universitas lain - Duke , NC State , UNC-Chapel Hill , UNC-Greensboro , Universitas Negeri A&T Carolina Utara , Guilford College , dan Wake Forest .

Elon dibagi menjadi tujuh lingkungan utama: Kampus Bersejarah, Kampus Pusat, Lingkungan Global, The Oaks, Stasiun di Mill Point, Pusat Danieley, Lingkungan Timur, Tiang-Tiang, dan Kampus Selatan. Setiap area terdiri dari berbagai layanan dan fasilitas. Ada 46 bangunan tempat tinggal di kampus dan 20 bangunan akademik utama. Elon juga memiliki banyak danau dan air mancur di seluruh kampusnya.

Itulah kampusku, aku tinggal di asrama yang di sediakan oleh pihak kampus dan beruntung aku tidak sekamar dengan Trisca. Dan juga aku memiliki pelayan pribadi yang diberikan Ayah padaku, tetapi pelayanku lebih sering bersama Trisca. Gadis manja itu benar-benar membuatku pusing dan kesulitan dengan meminjam pelayan pribadiku.

"Kakak!" aku menoleh ke arah sumber suara.

Trisca, seperti biasa pasti akan menggangguku di saat-saat aku sedang menenangkan diri di  sini. Di bawah pohon besar yang selalu membuatku nyaman untuk berpikir jernih. Melupakan semua masalahku yang telah di perbuat oleh gadis menyebalkan yang sudah berada tepat di hadapanku.

"Di mana Sean?" aku memutar bola mataku jengah.

"Kau meminjamnya sedari tadi pagi dan belum mengembalikannya hingga sekarang, kau bodoh atau apa?" jawabku sembari menghiraukan tatapan tidak percaya Trisca kepadaku.

"Aku menyuruhnya untuk kembali padamu tadi siang." Aku melihat jam di pergelangan tanganku.

16.30 sore, sudah pasti Sean sedang menyembunyikan dirinya dari Trisca. Aku mendesah kasar lalu bangkit berdiri, aku menepuk celanaku yang kotor karena duduk di atas rumput. Ku ambil buku tebal milikku, lalu meninggalkan Trisca yang hanya menatapku dengan penuh tanda tanya.

"Kakak, di mana Sean? Aku ingin meminjamnya lagi." Langkahku berhenti lalu memutar tubuhku untuk menatap gadis manja itu.

"Untuk apa kau meminjamnya?" tanyaku dan raut wajahnya mulai terlihat bingung.

"Trisca, aku sudah mendapatkan keluhan beberapa kali dari Sean saat membantumu, berhentilah melakukan hal yang tidak-tidak pada pelayanku. Sekarang kau kembali ke asramamu!" Trisca langsung saja manghentakkan kakinya dan meninggalkanku bersama pelayan pribadinya.

"Nona Sakura, maafkan saya karena tidak dapat menghentikan Nona Trisca." Aku mneoleh ke arah Luxian, pelayan pribadi Trisca.

Pria yang tak kalah tampan dengan Sean, tetapi Trisca lebih menyukai Sean dari pada Luxian. Dan saat aku meminta bertukar dengannya, Trisca menolaknya mentah-mentah. Dasar gadis manja!

"Ya, aku akan kembali ke asramaku." jawabku lalu meninggalkan Luxian yang masih menatapku dengan tatapan bersalah.

Kedua kakiku melangkah ke belakang gedung asrama campuran. Disana perempuan dan laki-laki dapat bergabung dalam satu asrama yang memiliki 500 kamar. Pohon pinus menyapa ku saat melewati lorong yang sepi dan terhubung ke taman belakang. Disana aku dapat melihatnya, Sean yang sedang merokok sambari menatap pemandangan hutan.

"Sean." panggilku, pria itu menoleh lalu tersenyum ke arahku.

"Nona Sakura," jawabnya lalu sedikit membungkuk memberi hormat. "Anda tidak seharusnya menemui saya di sini."

"Trisca mencarimu," wajah penuh senyuman itu langsung saja berganti dengan tapan datar dan dingin yang menusuk.

"Nona, kau tahu aku tidak menyukai saat berdekatan dengannya." Aku dapat mendengar perkataan dingin itu dengan jelas.

Aku menghembuskan napasku lelah, "Baiklah, lain kali aku akan menolaknya. Jadi berhenti berekspresi seperti itu." 

Sean tersenyum lalu mengecup punggung tangan kananku. Kali ini sudah pasti Ayah akan menceramahiku panjang lebar. Tetapi, aku tidak peduli  dengan ocehan Ayah yang mengharuskan aku selalu mengalah pada Trisca.

"Sakura," aku mendengar suara yang tidak asing lagi untukku.

Aku menoleh  kebelakang dan mendapati enam orang lelaki tampan sedang tersenyum ke arahku. Aku tersenyum lalu berlari ke arah mereka. Pria berwajah lembut dengan surai berwarna merah muda itu langusng saja memelukku.

"Aku merindukanmu, Sakura."



***

Seven Husbands From HellWhere stories live. Discover now